webnovel

Rahasia Inang-inang Internesyenel

Takdir membuat Kenes Kalyani yang awalnya merupakan seorang putri penjual es kelapa muda serta kudapan ringan di Pantai Pulau Merah Banyuwangi, Indonesia, menjadi seorang istri milyuner super kaya, putra tunggal seorang billionaire pemilik jaringan hotel dibeberapa negara. Kebaikan hati serta kepolosannya sebagai gadis dusun, akhirnya berubah dingin dan kejam setelah terjadi kecelakaan yang menimpa keluarga suaminya. Selang beberapa bulan kemudian, suaminya dikabarkan meninggal dengan cara di mutilasi, sedangkan putra mereka satu-satunya diculik. Kondisi dari ulat, berubah menjadi kupu-kupu, lalu terhempas kembali menjadi perempuan miskin tanpa keluarga, membuat Kalya harus berjuang, menyamar sebagai Executive Courier International atau di tempat kelahirannya di Indonesia, orang menjulukinya Inang-inang Internesyenel. Kalya yang telah berdamai dengan keadaan, memutuskan untuk bangkit berdiri, menunjukkan kepada dunia, bahwa dia adalah wanita mandiri yang mampu berdiri tegar meskipun badai menerjang. Tidak ada lagi yang memberatkannya sejak Dimi meninggal. Satu-satunya kekuatan Kalya untuk bertahan selama ini, adalah Dimi. Namun sekarang, segala pertahanan tersebut runtuh bersama kepergian Dimi, satu-satunya pria yang paling mengerti dirinya dan mencintai Kalya dengan sepenuh hati tanpa syarat. Setidaknya, hal itulah yang diketahui oleh Kalya sampai detik ketika dia menyaksikan peti mati suaminya diturunkan perlahan ke liang lahat. Situasi membawa Kalya pada kenyataan ketika dia mendapati suaminya ternyata berada di antara komunitas pemuja setan yang tersembunyi di sebuah pulau rahasia. Mampukan Kalya merebut kembali suami dan putranya dari sekte tersebut? Jejak perjuangan Kalya terekam dalam kisah Rahasia Inang-inang Internesyenel.

Risa Bluesaphier · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
97 Chs

10. Tahanan Unification Resort

Ke luar dari kamar, Dimi mendapati dirinya berada di lantai dua, posisinya dalam sebuah koridor yang memutar dengan area terbuka. Di lantai bawah terdapat ruangan besar yang bagian tengahnya kosong, sepertinya merupakan ruangan serba guna. Atapnya setinggi kurang lebih sepuluh meter dari lantai dasar langsung melewati lantai dua, disanggah oleh pilar-pilar besar di sekelilingnya.

Ada enam kamar di lantai dua, Dimi sudah menghitungnya sebanyak tiga kali, dan dia yakin dengan hitungannya. Kalaupun itu bukan kamar, setidaknya ada sebuah ruangan dari balik enam pintu tersebut. Semuanya memiliki ukuran yang kira-kira sama.

Dengan penasaran, Dimi mencoba melangkah menuju kamar di sebelahnya, kamar Dimi memiliki nomor dua belas, berada tepat dekat tangga yang menuju ruangan serba guna di bawah, Dimi mengambil rute yang menjauhi tangga, agar bisa berakhir di ujung satunya lagi saat dia selesai dengan melihat sekeliling, lalu dia akan menuruni tangga ke lantai bawah.

Perlahan Dimi mencoba untuk membuka pintu kamar nomor sebelas. Dan seperti dugaannya, kamar tersebut tidak dikunci. Dimi memasukinya perlahan tanpa meninggalkan kewaspadaannya. Tatanan di dalam ruangan sangat mirip dengan yang ada di ruangan miliknya. Tidak ada sesuatu yang istimewa, selain kamar tersebut tertata rapih, bersih dan harum. Berbeda dengan kamarnya yang berantakan.

Ketika Dimi akan melihat ke area balkon, seseorang ke luar dari dalam kamar mandi dengan membawa perlengkapan kebersihan. Sejenak mereka saling terpaku, lalu pria yang sepertinya seorang office boy tersebut membungkuk kepada Dimi dengan penuh hormat. “Salam Tuan Dimitrio, aku tidak tahu Anda sudah bangun. Jika Anda ingin kamar Anda segera dibersihkan, aku akan mengurusnya segera. Dan apakah sarapan tadi pagi sesuai dengan selera Anda? Jika tidak, koki kami akan memasak untuk Anda sesuai pesanan, dan diusahakan juga agar sesuai dengan apa yang Anda sukai. Dapur berada di lantai bawah area sayap utara, Anda bisa mengunjungi dapur kami dan memesan langsung pada koki, atau Anda bisa menyampaikan pesananan Anda kepadaku.”

Sepertinya pelayan tersebut telah terlatih secara profesional. Bahasanya tertata dengan baik dan jelas. Dimi menggeleng kecil. “Selesaikan saja dulu tugasmu di sini, lalu baru membereskan kamarku. Dan makanannya aku suka. Saat ini sudah habis, aku meletakkan wadah-wadahnya di balkon.”

Pelayan tersebut mengangguk. “Jangan hawatir, segera kamar Anda akan menjadi rapih, bersih dan harum, sehingga Anda akan merasa nyaman berada di sana.”

Dimi memperhatikan pelayan tersebut dengan seksama, postur fisiknya seperti orang Amerika Latin atau sejenisnya. Dengan hati-hati dia mulai bertanya, berharap bisa memperoleh kepercayaan dari si office boy. Diharapkan pada akhirnya bisa mengumpulkan informasi penting yang ingin dia ketahui.

“Siapa namamu?” Dimi memulai percakapan dengan sesuatu yang ringan dan umum. Dia tidak perlu memperkenalkan dirinya, karena sepertinya informasi tentang dirinya sudah diketahui seisi tempat ini.

“Aku Carlos, Tuan Dimi.”

“Apa tugasmu di sini?

“Memastikan area ini bersih, rapih dan wangi, terutama untuk kamar dan hall utama di bawah, Tuan.”

“Berapa orang yang bekerja bersamamu?”

“Kami di sini memiliki tanggung jawab dimasing-masing bidang, yaitu kebersihan, dapur, tukang kebun, teknis dan perawatan. Masing-masing bidang terdiri dari dua orang yang berotasi setiap tiga hari sekali.

Dimi mengernyitkan dahinya. “Tiga hari sekali? Kenapa begitu?”

“Kami ada beberapa tim yang masing-masing terdiri dari bidang-bidang yang saya sebutkan tadi. Kami bekerja selama dua hari, lalu di hari ke tiga, akan ada tim lain yang menggantikan kami. Khusus pada tanggal tiga dan kelipatannya, ada tiga tim yang disebut sebagai Strategic Team yang bertugas. Sedangkan tim kami disebut Support Team.”

“Sebentar, aku perlu mencerna keterangan darimu, Carlos. Bisakah kita duduk dan bicara?” Carlos mengangguk. Dimi mengajak Carlos duduk di balkon yang bersebelahan dengan balkon kamarnya. Tadi Dimi tidak begitu menyadari bahwa balkon kamar dua belas dan kamar sebelas merupakan satu kesatuan yang hanya dipisahkan oleh pagar besi setinggi enam puluh sentimeter. Bahkan pagarnya yang menghubungi kedua kamar tersebut bisa dilipat, sehingga kedua balkon bisa menyatu tanpa sekat.

“Mohon maaf sebelumnya, Tuan Dimi. Namun kami semua yang bekerja di sini, hanya bisa memberikan informasi yang kami ketahui secara umum saja.”

Dimi mengangguk. “Tentu, aku mengerti.” Dimi menghela nafas sejenak. “Oke, jadi ada dua tim yang bekerja untuk tempat ini? bagaimana seharusnya aku menyebut tempat ini? Apakah memiliki nama?”

“Kami menyebut tempat ini Unification Resort, Tuan.”

“Dan berada di manakah ini?”

“Anda saat ini sedang berada di sebuah pulau pribadi yang tidak memiliki nama di peta, Tuan Dimi, bahkan titiknya memang tidak ada di google map. Namun dari sini menuju Bahama dengan seaplane membutuhkan waktu sekitar satu jam.”

Dimi mengangguk-angguk. “Itu artinya, lokasi berada di dekat Amerika?” Dimi mencoba untuk memastikan.

Carlos mengangguk. “Benar sekali, Tuan.”

“Berapa lama kamu bekerja di sini?”

“Lima tahun, Tuan.”

“Kalian tinggal di sini?”

“Tidak, Tuan. Semua yang bekerja memiliki kontrak selama dua tahun dan bisa diperpanjang jika mau. Kami tinggal di pulau yang lebih kecil dekat sini. Di sana kami memiliki semacam asrama untuk pekerja, juga mini market yang mensupport kebutuhan sehari-hari untuk kami.”

“Berapa orang yang tinggal di sana?”

“Pulau yang ditempati oleh Tim Support memiliki populasi lima puluh orang. Terdiri dari tiga Tim Support yang masing-masing beranggota dua belas orang, jadi total ada tiga puluh enam orang. Sisanya adalah pekerja mini market dan perlengkapan lainnya, bidang kesehatan, dan mini bank.”

“Apakah yang kamu maksudkan, Tim Strategis tidak tinggal satu pulau dengan kalian?”

“Benar, Tuan. Tim strategis tinggal di pulau yang lebih kecil dengan populasi sekitar tiga puluh orang saja. Saya tidak tahu pastinya, karena saya belum pernah ke sana. Mereka terdiri dari tiga Tim Strategis, masing-masing beranggotakan enam orang, sisanya sama seperti di pulau kami. Pengurus mini market, kesehatan dan bank.”

Kepala Dimi mulai berdenyut. “Jika pulau-pulau ini cukup dekat dengan Amerika, namun tidak ada di dalam google map, bahkan tidak bisa terdeteksi, lalu bagaimana aku harus memberikan informasi kepada Kalya, Rodriguez dan orang-orangnya mengenai keberadaanku?” Dimi mulai merasa sedikit takut. Sepertinya orang yang melakukan hal ini telah memikirkan semuanya dengan matang. “Tetapi, apa sesungguhnya yang mereka inginkan dariku?” Dimi belum bisa menjawab pertanyaan yang berkecamuk di dalam hatinya tersebut.

“Lalu, bagaimana cara kalian menghubungi keluarga kalian?”

“Kami memiliki akses internet khusus yang beroperasi pada waktu-waktu tertentu untuk bisa menghubungi keluarga kami. Masing-masing diberikan kode akses untuk bisa connect.” Dimi mulai merasa sedikit ada harapan. Jadi sepertinya ada celah untuk bisa menghubungi dunia luar. “Kode akses tersebut memiliki password, verifikasi sidik jari dan retina bola mata. Tanpa itu semua, akses tidak akan tersambung.” Carlos menambahkan informasinya lebih detil.

Mendadak Dimi kembali lunglai. Yang tadinya dia merasa sudah ada harapan, tetapi ternyata tidak semudah yang dia sangka. Akses internet tidak hanya dengan password, tetapi juga perlu sidik jari dan pemindai retina bola mata, ini merupakan security access yang berlebihan jika hanya untuk sebuah resort. "Jika pulau ini sungguh-sungguh merupakan pulau rahasia, lalu sebenarnya apa yang disembunyikan di sini?” Dimi semakin bingung.

Tetapi Dimi tetap mencoba untuk mengorek keterangan lebih dalam. “Dan apakah Tim Strategis serta Tim Support saling mengenal atau pernah dipertemukan?” Pasti ada alasan dibalik pemisahan pulau antara kedua tim tersebut, pikir Dimi.

“Tidak, Tuan. Kami tidak pernah saling bertemu. Dalam kontrak, selama dua tahun kami diharuskan melakukan item-item pekerjaan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Kami juga tidak bisa meninggalkan pulau, kecuali selesai kontrak atau meninggal.”

“A-p-p-a?” Dimi kaget setengah mati.

Carlos tertawa kecil. “Tidak semengerikan itu, Tuan. Jika kami sakit, sudah ada klinik dan dokter yang akan merawat kami. Semua kebutuhan standar untuk hidup sudah disediakan di pulau. Selain itu, penghasilan kami cukup baik dengan beban pekerjaan yang cukup ringan, kecuali harus hidup terisolir selama dua tahun, sesuai kontrak. Itu saja.”

Dari raut wajahnya, Carlos memang sedang tidak membual. Dia tampak menikmati pekerjaannya, dan merasa sangat bahagia. “Kalau boleh aku tahu, berapa mereka membayarmu?” Dimi sangat penasaran.

“Untuk pemula, tiga ribu lima ratus dolar sebulan, setelah enam bulan akan di review pekerjaannya, dan bisa mendapatkan penghasilan sampai dengan empat ribu dolar. Bagi yang memperpanjang kontrak akan mendapatkan gaji dasar sebesar lima ribu dolar sebulan atau sesuai dengan loyalitas dan pertimbangan dari bidang financial atau HRD. Semuanya bersih, Tuan. Kami bisa mengirimkan seluruh gaji kami kepada keluarga, sisanya kami tidak memerlukan apapun di pulau ini. Sebab untuk semua kebutuhan sehari-hari, kami tidak perlu mengeluarkan biaya lagi. Perusahaan telah mencukupi kebutuhan kami dengan baik.”

Dimi berdecak kagum. “Sepertinya bos kalian baik sekali ya?” Dimi mencoba memancing informasi tentang pemimpin mereka.

“Saya rasa begitu, Tuan. Tetapi sejujurnya, kami tidak pernah bertemu dengan pimpinan kami, semua hal di urus oleh staff dan pengacara perusahaan.” Lagi-lagi Dimi menemui jalan buntu.

“Lalu, siapa tamu-tamu yang kemarin datang ke pulau ini, dan ke mana mereka semua sekarang?” Dimi mencoba mengorek informasi terkait video yang tadi pagi dilihatnya.

“Kemarin adalah tanggal dua belas, Tuan. Kelipatan tiga, jadi yang bertugas adalah Tim Strategis. Kami tidak tahu menahu tentang kemarin. Kami hanya menerima informasi untuk melayani Tuan Dimi dengan baik. Sebab Tuan Dimi adalah tamu istimewa. Hanya itu yang mereka sampaikan untuk kami patuhi. Selama setahun ini, baru Tuan Dimi yang sempat tinggal dan tidak kembali bersama tamu-tamu lainnya”

"Bolehkan aku berkeliling melihat pulau ini?" Tanya Dimi hati-hati.

"Ya, tentu saja Tuan. Hanya saja Tuan harus berhati-hati, sebab di pantai banyak sekali bulu babi yang bisa melukai kaki Tuan. Jika Anda belum tahu apa itu bulu babi, bentuknya semacam landak, mereka hidup di dasar di dekat pantai. Duri-durinya jika menusuk kulit atau terinjak, bisa menimbulkan demam tinggi, jika tidak mendapatkan pertolongan segera, maka kemungkinan akan mengambil nyawa orang tersebut."

Dimi mendengus, sepertinya Carlos pandai membuat harapan, lalu menghempaskannya dengan sangat kejam begitu saja. Setiap kali Dimi merasa melihat celah untuk kabur, Carlos juga memberikan informasi susulan yang membuat dirinya berpikir ulang tentang rencana tersebut.

"Maafkan aku, Tuan Dimi. Bukan maksudku untuk menakut-nakuti. Tetapi kami memang harus menginformasikan hal-hal berbahaya kepada semua tamu di resort ini. Itu ada di dalam kontrak yang kami tandatangani. Jika kami tidak bekerja berdasarkan S.O.P atau Standard Operational Procedure yang telah ditetapkan, kami akan terkena pinalti yang merugikan kami."

Dimi mengangguk. "Aku mengerti, Carlos. Terima kasih informasinya. Sangat membantu sekali." Ya, informasi yang diberikan oleh Carlos memang sangat membantu, sehingga dirinya tahu, bahwa untuk ke luar dari pulau ini, dibutuhkan pasukan khusus dengan keahlian yang setara dengan intelijen.

Pertama, perlu mengetahui titik kordinat pulau ini dengan pasti, padahal pulaunya tidak terdeteksi dan tidak terdaftar di google map. Kedua, perlu mempersiapkan moda transportasi khusus untuk bisa kabur tanpa hambatan. Ketiga, perlu wawasan seberapa berbahaya lingkungan di sekitar. Dan ke empat, yang paling penting, yaitu mengetahui detil semua informasi di dalam resort ini. Meskipun resort ini terlihat biasa-biasa saja, namun bisa dipastikan, ini bukanlah resort yang biasa-biasa saja. Karena, tidak ada sesuatu yang tidak penting, jika sampai harus memiliki berbagai hambatan berlapis agar tidak mudah di akses dari luar.

"Sama-sama, Tuan Dimi. Jika sudah tidak ada yang perlu untuk ditanyakan lagi, aku mohon izin untuk melanjutkan pekerjaan. Kami siap dua puluh empat jam untuk melayani Tuan, silahkan tekan tombol nol pada telepon yang ada di dalam kamar, maka kami akan segera datang untuk membantu."

"Ya, Carlos, silahkan lanjutkan pekerjaanmu." Dimi tersenyum pada Carlos. "Eh, satu pertanyaan lagi."

"Ya, Tuan Dimi. Silahkan."

"Mengapa dalam setiap tim tidak ada bidang keamanan?"

Carlos tertawa. "Oh, itu tidak perlu, Tuan Dimi. Sebab di pulau yang lain juga stand by Tim Taktis yang memantau resort ini dan pulau-pulau kecil di sekitar resort yang memiliki populasi sebagai pekerja. Mereka ada tim pemadam kebakaran, tim IT, dan yang menjadi security minimal adalah seseorang dengan keahlian tingkat tinggi, kebanyakan merupakan veteran perang."

"Damn!" Dimi mengutuk dalam hati. Lagi-lagi Carlos sukses membunuh harapannya untuk kabur. Namun dia hanya tersenyum pada Carlos, dia berharap senyumnya bukanlah senyum kecut, apalagi terlihat sebagai seringai singa ompong yang kehilangan harapan.

"Baiklah Carlos, aku sudah selesai. Nanti jika aku ingin tahu sesuatu, aku akan menghubungimu kembali. Sekarang aku ingin berkeliling di area dalam rumah, lalu ke luar untuk menghirup udara segar."

"Silahkan Tuan. Di ball room ada peta dan maket resort ini, Anda bisa mempelajari setiap ruangan di sana. Dan jika Anda ingin melihat-lihat ruangan lain juga dipersilahkan, semua ruangan tidak terkunci. Anda juga boleh pindah kamar, jika Anda merasa tidak cocok dengan kamar Anda sekarang.

"Sepertinya semua sudah dipikirkan dengan matang, ya?" Dimi menyindir, namun Carlos menanggapinya dengan polos.

"Tentu, Tuan Dimi. Karena standard perusahaan tempat kami bekerja sangat tinggi. Terutama dalam hal pelayanan kepada tamu-tamu penting seperti Anda.

Demi mengangkat ujung bibirnya, tidak tahu apakah dia harus merasa bangga, terharu atau sedih mendapatkan predikat setinggi itu. Bagi Carlos terdengar sangat agung, namun bagi Dimi arti 'tamu penting' di sini bisa jadi merupakan tahanan. Sungguh ironis.