Hanna menyemburkan permen yang ada dimulutnya kearahku, sehingga permen itu dan percikan-percikan air liurnya mengenai tanganku. Aku merasa sangat marah kepada Hanna, dia adalah teman yang egois. dia tidak menerima bahwa dirinya sudah terpapar virus, dan dia tidak rela bila kita semua yang terlihat sehat tidak ikut terkena virus.
"Heeii..!! sialan kau Hanna." Teriakku memekik.
selanjutnya...
Sebenarnya aku naik pitam, ingin sekali rasanya aku memaki Hanna karena telah tega melakukan itu kepadaku. Padahal awalnya niatku baik, tetapi mengapa dia malah balas diiriku dengan air garam. uhhh..
Kulihat Raja jalan mendekatiku dan meraih tanganku, seketika amarahku meredam ketika tanganku digenggam olehnya, dan dia berusaha menghapus percikan air liur yang menempel di tanganku ini.
"Heii jangan ja, ini bahaya buat lo!" Kutarik tanganku dari genggamannya, sebenarnya aku enggan melakukannya. Karena diriku merasa nyaman ketika dia menggenggam tanganku.
"Gue gak mau lo mengapa-mengapa" Kata-kata Raja sungguh membuatku terenyuh. "mungkin inilah saatnya gue harus mengatakan tentang perasaan gue sama lo. gue sayang sama lo, gue cinta. Gue rela kalau gue harus ikut terpapar virus COVID-19. Asal itu sama lo, maafin gue karena selama ini gue terlalu pengecut, ga berani ungkapin perasaan gue ini sama lo.!!"
"Ahh.. serius lo ja?" Aku terhanyut terbawa perasaan.
Bertapa terkejutnya diriku mengetahui bahwa sebenarnya Raja juga memiliki rasa yang sama dengan aku. Padahal selama ini aku benar-benar menutup rapat-rapat rahasiaku yang memiliki rasa suka terhadapnya. Tahu seperti ini, mengapa tidak dari dahulu saja aku ungkapkan perasaanku lebih dahulu kepadanya.
Tubuhku terpelantik dalam pelukan laki-laki itu. sebab tiba-tiba saja Raja menarik tanganku dan menjatuhkannya ke dalam pelukan yang hangata, membuat jantungku yang berdegup kencang menjadi makin tak karuan. Malu dan takut jika debaran jantung ini terdengar sampai ke telinganya.
"Ciiee…!!" Naya dan Ruli menggodaku, aku merasa sangat malu. Perasaanku kini bercampur antara sedih, takut, dan senang semuanya menjadi satu.
Aku mendorong tubuh Raja "Lalu bagaimana dengan mereka berdua??" Tanyaku kepada Raja.
"Iyaa kita lakukan hal yang sama dong, seperti apa yang Hanna lakukan ke kamu!" Raja mengedipkan sebelah matanya.
"Heiii heii,, manusia Zombie! kalian tidak boleh melakukan hal itu yaa!" Wajah Ruli memerah, dia terlihat sangat ketakutan ketika Raja berkata seperti itu.
"Hahaha!!" Aku dan Raja saling tatap dan tertawa terbahak-bahak.
"Yaa enggak lah, gue kan bukan si Hanna, gue ga akan menyakiti teman-teman gue sendiri. Lagian lo berdua juga masih dibutuhkan di sini. Lo berdua inilah juru kunci yang akan melepaskan kita semua dari mobil ini."
"hufttt…" Ruli bernafas dengan lega.
"Rul, lo coba hubungi Jeason, catat nih nomornya.!!" Raja mengeluarkan handphone genggam yang berada di saku celananya.
"Mana sini hp lo, biar gue yang telepon pakai hp lo..!" Ruli meminta handphone genggam milik Raja, namun Raja melarangnya. "Yehhh elo.. dikasih yang enak malah minta yang ga enak, lo mau pegang hp bekas tangan gue? Yakin lo?"
"Ohh iyaa lo kan udah terpapar virus setelah sok-sokan menjadi pahlawan kesiangan!"
"Sialan lo! udah cepat save nomornya, habis itu lu hubungi Jeason!" Bentak Raja.
"tetapi ja, gue kaga ada koneksi internet nih.. paket data gue habis ckckc" Ruli tidak bisa menghubungi Jeason karena dia tidak memiliki koneksi internet.
"Huuu bilang dong dari tadi!!. Sini ja, biar gue yang menghubungi ka Jeason." Naya menawarkan diri untuk menghubungi Jeason.
"Yaudah nih save nomornya!!" Raja menyebutkan satu per satu nomor Jeason lalu diikuti dan diketik oleh Naya di handphone genggam miliknya.
Setelah mendapatkan nomor Jeason, Naya segera menjauh dan menghubungi kaka ketua nya untuk menanyakan bagaimanakah langkah selanjutnya. "Halo ka Jeason, ini saya Naya yang berada di deck lantai atas. Saya mau tanya tentang kelanjutannya, bagaimanakah nasib kami semua yang ada di sini?"
Setelah berbincang dengan Jeason lewat handphone, Naya mendapatkan informasi bahwa sebentar lagi mobil ini akan berhenti di salah satu Rumah Sakit yang berada di Kota Jakarta.
Sesampai di sana, instruksi selanjutnya adalah pintu lantai atas akan dibuka setelah mereka semua yang ada di lantai satu mengosongkan mobil, dan garda terdepan SATGAS COVID-19 akan masuk ke dalam mobil ini. Untuk menyemptotkan desinfectant keseluruh sudut mobil. Mulai dari gagang pintu, seluruh bangku yang ada, jendela-jendela hingga ke lantai mobil.
Sampai semuanya dinyatakan aman, barulah tim SATGAS COVID-19 membatu kita semua yang berada di lantai atas untuk turun dari mobil satu per satu.
Tiga puluh menit telah berlalu setelah Naya selesai berbincang dengan Jeason di teleponnnya. Aku dan yang lainnya menunggu hingga mobil bus ini berhenti.
Aku merasakan Raja begitu romantis karena terus memegang tanganku, tanpa melepasnya.
"Kamu masih kuat kan sayang..??" Tanya Raja kepadaku.
"Kok kamu manggil sayang ja? Memangya aku sudah menyatakan bahwa aku juga cinta sama kamu.??"
"Belum sih, kalau begitu jawab dong!!"
"Jawab apa??, pertanyaanya saja aku belum tahu.." Aku mencoba mengetes Raja, apakah dia benar serius kepadaku.
"Novelyn Erithia Pratama. Aku sayang sama kamu, maukah kamu menjadi pacarku??" Raja berlutut di hadapanku, dan dia benar-benar menembakku di depan Ruli dan Naya. Di saat-saat genting seperti ini ternyata Raja benar-benar serius menyatakan tentang perasaanya kepadaku.
Aku merasa gugup dan grogi juga bercampur malu untuk menjawab pertanyaan seorang pria yang telah lama aku incar di depan Naya, Ruli, dan juga beberapa manusia zombie yang pada terkapar dibangkunya masing-masing.
"Bagaimanakah my baby angel..? Apakah kamu mau menerimaku??" Raja bertanya sekali lagi, tatapannya membatku tersihir sungguh membuatku makin gugup. Aku tidak kuat bila harus terus-terusan dipandangi seperti ini oleh laki-laki pujaan hatiku.
Aku menutup mata, dan mengatakan soal perasaanku yang sebenarnya kepada dirinya. "Hmm.. ja, sebenarnya sudah lama aku juga menaruh rasa kepadamu. Dan aku mau menjadi pacarmu!!" Jawabku malu-malu
"Ciee selamat ya..!!" Naya meneriakiku dan mengucapkan selamat kepadaku..
" Hehe Iya Nay, makasih yaa.. Ehh..ehhh jangan mendekat!!" Aku memberikan kode jangan mendekat kepadanya.
"Oya!!, aku lupa kalau kamu sudah terinveksi virus, soalnya kamu terlihat seperti baik-baik saja, dan tidak terjadi apa-apa kepadamu dan juga Raja. Tidak seperti mereka yang sudah terkapar.."
"Ada kemungkinan, karena aku dan Novel sedang bahagia, jadi imunitas kita bagus. Kan katanya virus korona itu menyerang imun, dan orang yang punya imunitas yang kuat itu penyakitnya tidak betah bersarang ditubuh kita, ya kan sayang??" Raja menoleh kepadaku dan menanyakan pendapatku. "Iyakan sayang?"
"Iya sayangku…" Aku mengiyakan apa yang iya katakan dan menatapnya penuh cinta.
"Heiii.. kalian Jangan senang dahulu!. Bisa saja virusnya belum terasa karena kalian kan baru saja terinfeksinya. Siapa tahu satu jam lagi atau dua jam lagi, kalian juga akan seperti mereka!" Ucal Ruli berusaha menakut-nakutiku.
"Iihh.. gak mau. Sayang lihat deh Ruli menakutiku terus, kan aku nya jadi takut." Aku mengadu kepada Raja, berharap Raja akan membelaku di hadapan Ruli.
"Rul. Nilai lo gak akan gue bantu lagi mau…?"
Benar saja Raja benar-benar memanjakanku. dia membela diriku dengan mengancam nilai Ruli.
"tidakk.. tidakk..! okayy aku tidak akan menakutinya lagi." Ucap Ruli yang terlihat ketakutan karena ancaman Raja soal nilainya.
***
'sreeett… jeder..'
Aku mendengar seperti pintu terbuka.
"Apakah itu?" tanyaku kepada Naya.
"Gue juga gak tahu, coba bentar gue cek dahulu ke bawah." Naya berjalan mendekat ke jendela. hendak menengok keadaan di luar bus.
"Ruli, coba lo lihat ke bawah!!. Apakah mereka semuanya sudah pada turun."
"Siap Nay" Ruli pun turun mengikuti arahan dari Naya.
"Iya Nay mereka semuanya lagi pada keluar dari mobil ini."
"Oke, gue lihat kita juga sudah ada di parkiran Rumah Sakit Asrama Bakti."
Ruli dan Naya berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di luar mobil.
"Itu dia.. akhirnya kita setelah ini akan selamat kawan. Karena sudah banyak petugas kesehatan yang akan naik ke mobil ini." Teriak Naya, suaranya bergetar memberitahuku dan juga Raja yang tidak bisa ikut melihat ke arah luar.
Aku dan Raja hanya bisa pasrah dan berdiam diri menunggu pertolongan yang sudah ada di depan mata.
"Coba lo hubungi Jeason, setelah ini prosedurnya kita harus ngapain!!" Raja menyuuruh Naya untuk menghubungi Jeason, namun teleponnya belum juga diangkat oleh Jeason.
"Gak diangkat ja!!"
"Yasudah kita tunggu dahulu saja, pasti mereka sedang mengusahakan supaya kita semua bisa keluar dari sini..!" Aku dan yang lainnya terpaksa diam dan harus menunggu lagi, menunggu mereka untuk bersiap-siap menurunkan kita semua yang terjebak di dalam bus raksasa ini.
Setelah beberapa menit kemudian..
"Haloo!!! Adakah yang bisa mendengar suara saya di sana??" Suara wanita yang kita kira dia adalah SATGAS penanganan COVID-19. "Iya mba…tolong!! Kita semua ada di sini. Tolong kami mba!!" Teriakku dan yang lainnya meminta tolong untuk segera mengeluarkan kami.
"Ada berapa jumlah kalian yang ada di atas dan ceritakan keadaan di sana secara detilnya?" Tanya wanita salah petugas kesehatan itu.
"Sekitar 20 orang mba, 4 orang termasuk saya masih sehat, dan sisanya mereka ada yang sudah pingsan, ada yang terdiam lemas, ada yang batuk parah, dan juga ada yang panas tinggi sampai kejang-kejang." Naya yang berada di bawah dengan posisi pintu yang masih tertutup, dia menyebutkan secara detail keadaan di kita semua yang berada di deck atau lantai atas.
"Oke baik perkenalkan saya Ratna, saya salah satu dari SATGAS covid-19. Tolong semua nya jangan panik, dan dengarkan arahan dari saya!! sebentar lagi pintu ini akan saya buka. Saya minta, Salah satu dari kalian silakan keluar untuk ambil masker penutup wajah, sarung tangan, beserta hand sanistizer yang telah saya taruh di depan pintu ini! setelah itu, silakan kalian pakai masker penutup wajah, dan hand sanistizer di tangan kalian, setelah itu gunakan sarung tangan yang telah disediakan.!!!." Salah satu petugas kesehatan memberikan kita arahan.
Raja memakaikanku masker wajah yang telah diberikan, serta menyemprotkan hand sanistizer ke tanganku. Saat ini aku merasa sangat bahagia, karena aku tidak pernah merasa diperhatikan oleh seorang laki-laki seperti ini sebelumnya.
Dahulu Raja hanyalah cowok idaman yang selalu aku impi-impikan untuk menjadi kekasihku. Namun sekarang semuanya jadi kenyataan, kini aku dan Raja meresmikan hubungan di dalam keadaan yang tidak disangka-sangka.
Raja kembali membantuku untuk memasangkan sarung tangan. Dan setelah itu, aku yang bergantian memasangkan satu per satu sarung tangannya. Kita terlihat seperti pasangan yang sangat serasi, Naya mengaku ikut bahagia melihat keromantisan aku dan Raja.
Namun tidak dengan temanku yang satunya. Ruli, si cowok menyebalkan yang memiliki mulu tajam dan julid, sama seperti ibu-ibu kompleks yang ada di rumahku.
"Huuftttt.. menyebalkan sekali, aku harus melihat pasangan yang lebay sepeti kalian.!!" Ucap Ruli dengan nada bicaranya yang menyerupai ibu-ibu yang sedang bergosip.
"Yee,,, iri aje lo!!" Tandasku kepadanya.
Setelah semua nya selesai memakai perlengkapan-perlengkapan yang disarankan oleh mba Ratna, Naya kembali ke bawah dan memberi tahu mba Ratna bahwa kita semua telah melakukan apa yang dia sarankan.
"Mba!!.. kita sudah lakuin semua arahan dari mba!. Lantas habis ini kita harus apa??."
"Oke baik, jika kalian sudah mengikuti apa yang sudah saya arahkan. pintu ini akan saya semprotkan desinfectant untuk mensterilisasi virusnya. Setelah itu, kalian yang masih merasa baik-baik saja silakan keluar secara bergantian!!, kami akan masuk dan mengevakuasi teman-teman kalian yang lainnya".
Aku, Raja, Naya dan Ruli turun secara bergantian dari mobil namun tidak disangka Ruli mendorongku dari belakang, setelah Naya lebih dahulu berhasil keluar dari mobil.
"Oii.. awas dong!! Biar gue yang duluan, lo dan Raja kan sudah terpapar virus, jadi biar gue dan Naya yang belum terpapar lah yang duluan.."
Dorongannya begitu kuat, sehingga membuat aku terjatuh dan mengenai salah satu pinggiran bangku. Raja meraih tanganku dan membantuku untuk bangun. "Jangan kasar begitu dong sama cewek.!! Lo cowok bukan sih..? cowok kok berani main kasar sama cewek.."
"Gue kan sudah bilang, cewek lo itu udah terpapar covid, sama kaya lo!! Jadi gue gak salah dong bilang seperti itu..!"
'Brukkk' Tangan Raja melayang tepat di bibir Ruli, darah telihat mengalir di bawah bibirnya. Aku merasa takut, baru kali ini aku melihat Raja emosi seperti itu di depan mataku.
Naya yang sudah lebih dahulu keluar dari mobil tidak mengetahui tentang keributan Raja dan Ruli. Aku merasa kebingungan, tidak tahu harus melakukan apa untuk menghentikan mereka.
"Hmm..hmm Raja, awa lo ya..!" Ruli menangis layaknya seorang anak kecil yang kalah karena rebutan mainan.
Semula aku takut dan bingung, aku tidak tahu harus melakukan apa untuk melerai mereka, Namun setelah melihat sikap Ruli yang hanya bisa menangis dan langsung berlari keluar, membuatku tergelitik. Lucu sekali..
"Ruli menggemaskan ya ja, masa dia malah nangis seperti anak kecil yang kehilangan mainannya., ckckck." Aku menoleh ke arah Raja.
"Iya Nov, aku pikir dia akan membalasku. tetapi ternyata dia malah kabur dan menangis, memalukan sekali Ruli itu..! ckckck"
Aku dan Raja tertawa terbahak-bahak sampai terlupa bahwa aku masih berada di dalam mobil bus yang kami tumpangi. "Ehh.. bagaimana tangan mu, masih sakit?" Tanya Raja yang mengkhawatirkan keadaanku. Aku menggelengkan kepala mengisyaratkan kepadanya bahwa aku baik-baik saja.
"heii.. kalian yang masih berada di sana, cepatlah keluar!! Kita akan segera mengevakuasi para penumpang."
"Baik mba!!" Jawabku dan Raja dan segera turun dari mobil. "silakan tuan putri, kamu berhak turun duluan!" Sikap Raja sangatlah gentleman, dia mengedepankan Wanita terlebih dahulu dibanding dirinya. Caranya memperlakukan wanita sangat jauh berbeda, bila dibandingkan dengan Ruli yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
Setelah turun dari mobil bus, aku dan Raja diarahkan untuk mengikuti tes pemeriksaan CPR covid -19. Aku melihat di sekeliling Rumah Sakit yang tampak ramai, banyak petugas yang mondar mandir menggunakan pakaian lengkap seperti astronaut, dan pasien yang lalu lalang, serta ada juga pasien yang dimasukan ke dalam tabung berbentuk kotak, layaknya sebuah akuarium. Dan ada satu hal lagi yang membuat bulu kudukku merinding, ada banyaknya mobil jenazah yang keluar masuk untuk mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Aku merasa suasana di sini seperti tak terkendali lagi, tampak semeraut, mencekam, dan menyeramkan. Rasanya aku ingin segera pulang dari sini.
selanjutnya..
assalamualaikum guys...
Novel merasa sangat ketakutan, setelah ia berada di Rumah Sakit yang hampir seluruh pasiennya adalah orang-orang yang terjangkit virus covid-19.
Untuk para readers kesayangan, tetap jaga kesehatan ya meskipun Covid-19 kini sudah berakhir. Agara tetap sehat dan tetap bisa lanjut pantengin kisah sederhana dari Novelyn Erithia Pratama.
pantengin terus cerita Quarantine Tower 7 di episode berikutnya yaa
stay healt, stay love
@by.fatimahaziz