webnovel

Putri Lycan

Caroline dibuang keluarganya hanya karena dia dianggap cacat. Bersama sepupunya Luis, Caroline harus tinggal di asrama khusus. Dia tidak bisa keluar dari tempat itu dan semua orang menatapnya sebelah mata. Tapi semua itu sirna saat wujud serigalanya muncul, bukan wujud serigala biasa melainkan Lycan. Serigala yang lebih kuat dari Werewolf. Dan tanpa dia sadari bahwa dia adalah keturunan terakhir dari Lycan. update setiap hari

Park_Keyza · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
318 Chs

Takut

Pintu terbuka, Caroline menatap ke arah Sena yang ternyata berdiri di depan pintu. Manik biru Caroline menatap Sena bingung tapi dia langsung melangkah memasuki kamarnya tanpa peduli apa yang di lakukan Sena. Tangannya sibuk mengambil beberapa roti miliknya dan langsung berniat pergi.

Terlihat jelas Sena yang menatapnya, sebenarnya ada apa? Jelas sekali manik aber itu menatapnya, memang apa yang salah dengannya. Merasa aneh Caroline langsung berlari keluar berharap Sena tidak mengganggunya. Jelas dia terlalu malas untuk berurusan lagi dengan Sena yang menyusahkan.

"Kau makan bersama siapa?"

Langkah kaki Caroline terhenti menatap ke arah Sena yang masih berdiri di depan pintu yang terbuka. Alisnya terangkat, mencoba berpikir kenapa gadis yang lebih muda darinya itu bertanya padanya. Apakah gadis itu mulai tertarik pada kegiatannya? Atau ada hal lain yang dia sembunyikan?

Dia terlalu berpikiran buruk mengingat Sena adalah adik sang Luna, apalagi dia sedang dalam situasi buruk dengan pasangan Luna itu "kau sakit?"

Bukan menjawab Caroline malah bertanya akan keadaan gadis itu, dia jelas ingat bahwa Sena yang baru saja menyelesaikan masa Heat pertamanya. Caroline berpikir ada yang salah dari otak Sena sekarang, entah apa itu tapi sepertinya otak Sena telah bergeser.

Sena mendekat menarik keranjang makanan milik Caroline tanpa peduli pada sang pemilik "eh..!!"

Caroline terkejut menatap tajam tepat pada manik aber itu, apakah ada yang salah dari Sena sekarang? Kenapa sikapnya menjadi sangat menyebalkan dari biasanya. Caroline kembali mengambil keranjang makanan miliknya dengan cepat mengabaikan Sena yang juga terkejut.

Caroline berniat pergi, tubuhnya berbalik untuk segera kabur dari gadis yang lebih muda itu. Ini aneh dan dia terlalu malas untuk bermain dengan gadis itu, apalagi dia tengah di tunggu Luis sekarang.

"Aku ikut makan bersamamu!"

"Apa!!"

Langkah Caroline kembali terhenti, mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya. Maniknya melirik Sena yang sudah ada di sebelahnya, sebenarnya kenapa dengan gadis itu?

Sena menoleh menatap Caroline yang masih berdiri diam di sebelahnya "kau tidak jadi pergi?"

Caroline mendengus berjalan pergi dengan berbagai pemikiran alasan gadis itu mengikutinya. Selama perjalanan keduanya tidak saling bicara, mereka terlihat cangung untuk di sebut sebagai teman satu kamar.

"Luis.."

Pria bernama Luis itu menoleh menatap Caroline yang berlari menuju ke arahnya, keduanya langsung mencari tempat duduk mengabaikan Sena yang masih berjalan menghampiri mereka.

Tunggu!!

Luis merasakannya, aroma yang sangat manis itu mulai memenuhi pikirannya. Maniknya bergerak menatap ke arah di mana Sena tengah berjalan, apakah dia tidak salah. Kenapa dia mencium aroma manis itu dari teman satu kamar Caroline, ini aneh dan Luis langsung melesat mendekati Sena yang ternyata juga merasakan hal yang sama.

Caroline terlihat bingung, dia menatap ke arah Luis yang tengah berdiri di hadapan Sena. Ada sebuah tanda tanya besar di kepalanya saat ini tapi dia juga tidak bisa menanyakan alasan Luis menghampiri Sena. Caroline menghela nafas panjang sebelum bersikap masa bodoh dan makan dengan tenang.

Dia hanya perlu mengabaikan hal itu sampai Luis bercerita sendiri.

"Mate"

Satu kata tapi penuh arti itu di ucapkan Luis dengan lembut, manik coklat kemerahannya mulai memancarkan warah merah darah. Aroma itu semakin jelas dan Luis tidak pernah salah untuk tau siapa gadis di hadapannya sekarang "Lyra"

Tangan Luis bergerak menggenggam tangan Sena yang bergetar, ternyata gadis itu juga cukup terkejut akan situasi tidak terduga ini "Mate kau takut?"

Sena menggeleng cepat dengan sebuah air mata yang mengalir mengabaikan tatapan Caroline yang terkejut saat ini. Pendengaranya itu sangat baik dan dia jelas mendengar apa yang di katakan Luis sejak tadi.

Tubuh Caroline membeku menatap pasangan itu dengan sebuah ketakutan, hal yang membuatnya takut adalah di tinggalkan oleh Luis. Ikatkan itu jelas akan memburuk saat sebuah cinta datang, dan Caroline menyadari bahwa waktunya telah habis.

Sekarang prioritas utama Luis pasti adalah Sena, Mate-nya. Dia hanya seorang sepupu dan juga sahabat Luis, tidak lebih selain itu. Jika di tanya apakah Caroline senang, maka jawabnya adalah iya. Hanya saja dia merasa kehilangan satu hal yang berharga, tanpa sadar air matanya jatuh dengan sebuah senyuman.

Apakah dia terlihat aneh? Kenapa dia malah menangis di saat sepupunya bertemu dengan Mate-nya. Caroline menjatuhkan rotinya dan pergi meninggalkan pasangan baru itu. Pikirannya kacau, entah kenapa dia harus merasakan hal ini sekarang.

Apakah dia akan di tinggalkan oleh Luis? Caroline menangis, dia tidak tau kenapa dirinya jadi sangat bodoh seperti ini. Kenapa? Langkah kakinya dia percepat menuju ke danau yang membeku itu. Dia tidak peduli akan dinginnya udara malam, yang terpenting dia mampu membuang segala pikiran buruknya.

Luis pasti akan tetap menjadi sahabat baginya, iya dia bukan orang yang meninggalkan dirinya walau sudah memiliki Mate. Padahal dia susah mempersiapkan dirinya jika hal itu tiba, lalu kenapa dia sekarang merasa tidak bisa menerima hal ini.

Caroline takut, hanya Luis yang dia punya di dunia ini. Hanya Luis yang tau segalanya tentang dirinya, hanya Luis yang selalu mempercayai dirinya. Suara isakannya terdengar pelan, dia menunduk menyembunyikan wajahnya di balik kedua lututnya. Caroline tidak ingin memikirkan apa pun sekarang.

'Aku buruk sekali'

Tapi nyatanya pemikiran itu terus membayangi dirinya, dia tidak bisa seperti ini terus. Orang akan menganggapnya aneh jika menangis karena Luis bertemu Mate-nya. Seharusnya dia ikut bahagia dan memberikan selamat pada keduanya, tapi Caroline tidak bisa.

Caroline mendongak menatap ke arah langit yang terlihat gelap, tidak ada bintang yang terlihat. Air matanya masih mengalir mengabaikan suhu dingin yang semakin menusuk ke tubuhnya "aku egois"

Iya, dia sangat egois. Kenapa dia berpikir Luis harus masih mengutamakan dirinya jika Mate-nya sudah ada bersamanya. Dia harusnya tidak memikirkan hal seperti ini, harusnya dia bisa menerima dengan baik bahwa sepupunya telah menemukan takdirnya.

Dan Caroline harusnya tau bahwa setelah ini dia harus siap berjuang sendiri. Tapi air matanya masih terus mengalir tanpa mau berhenti. Sebenarnya kenapa dia seperti ini? Apa benar ini hanya bagian dari sebuah ketakutannya? Kenapa dia jadi berpikir buruk sekarang.

Terdengar suara langkah kaki dan Caroline langsung berlari untuk bersembunyi. Tidak dia tidak boleh ketahuan jika sedang menangis saat ini. Siapapun itu Caroline berharap dia segera pergi. Tubuh Caroline tertutupi semak-semak, dia mencoba mengatur nafasnya.

"Caroline.."

Itu suara Luis, kenapa Luis ada di sini? Seharusnya dia bersama Sena sekarang!

"Aku tau kau ada di sini, Lin.. aku mohon keluarlah"

Ada yang kangen gak..

bentar lagi volume satu bakal selesai, menurut kalian apa yang akan menjadi bagian akhir dari volume ini?

Park_Keyzacreators' thoughts