Perjalanan mereka kembali ke hotel berlangsung lebih singkat daripada saat mereka pergi. Emma tanpa sadar berjalan lebih cepat karena ia sudah tak sabar ingin membuka lukisan orang tuanya.
"Kau bilang ada yang ingin kau ceritakan kepadaku," kata Haoran saat mereka tiba di lobi hotel dan bersiap masuk ke dalam lift. "Kau mau menceritakannya di kamarku?"
Emma mengangguk. Ia sudah memikirkan ini sebelumnya. Tadinya ia hendak membawa Haoran ke puncak gedung dan menceritakan semuanya, tetapi kemudian ia malah menjadi kuatir. Ia takut Haoran menjadi sangat terkejut dan bisa jatuh dari gedung. Hal itu justru akan menarik perhatian sangat banyak orang.
Suite Haoran adalah pilihan yang lebih baik, pikirnya.
DING!
Pintu lift terbuka dan keduanya segera masuk. Haoran memencet tombol lantai 10 dan pintu lift pun tertutup kembali, lalu melesat naik menuju lantai yang mereka tuju. Setibanya di suite Haoran Emma segera duduk di sofa dan berkutat membuka pembungkus lukisan orang tuanya.
Lima menit kemudian ia telah duduk terpaku menatap kagum sepasang wajah yang ia rindukan itu. Haoran merebus air di ketel dan membuat sepoci teh untuk mereka, lalu duduk bersama Emma dan sama-sama mengagumi lukisan itu.
"Kedua orang tuamu sangat rupawan," komentarnya. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan bersiap mengambil foto. "Boleh aku foto?"
Emma mengangguk. "Apa yang akan kau lakukan dengan foto itu?"
Haoran mengambil beberapa foto baru menjawab pertanyaan Emma. "Aku kenal hacker ini di Dark Net. Ia bisa mencari informasi apa saja. Dengan berbekalkan foto orang tuamu, aku yakin Goose akan bisa menemukan jejak orang tuamu dengan membandingkannya terhadap semua data base di dunia ini yang menyimpan gambar manusia dengan software pengenalan wajah."
"Goose?" tanya Emma keheranan. "Apa hubungannya itik dengan ini?"
Haoran hampir tertawa terpingkal-pingkal mendengar pertanyaan Emma, tetapi ia berhasil menahan diri. "Haha... bukan hewan. Ini julukan seorang hacker ternama di dunia maya. Panggilannya 'Goose'."
"Oh..." Tiba-tiba Emma merasa bodoh. "Bagaimana caranya kau akan memberikannya kepada Goose?"
"Aku kenal Goose," kata Haoran singkat. Ia lalu mengambil laptopnya dari kamar dan duduk di samping Emma sambil membuka laptop itu. "Mari kutunjukkan sesuatu."
Emma memperhatikan layar laptop Haoran sementara pemuda itu mengutak-atik sesuatu. Ia membuka aplikasi khusus yang berisi banyak forum yang terlihat misterius, lalu membuka sebuah tautan di sebuah browser dan memasukkan beberapa kode.
Tiba-tiba di layarnya tampak gambar planet bumi dari atas. Gambar itu dizoom semakin besar hingga terlihat masuk ke benua Asia, lalu semakin besar dan menampakkan negara China, semakin besar hingga masuk ke kota Beijing, terus membesar... membesar...
Dari kota, ke distrik, dan terus membesar ke kawasan perumahan asri, dan akhirnya berhenti pada sebuah rumah besar yang memiliki taman indah dengan beberapa pohon jeruk di depannya.
"A... apa ini?" tanya Emma keheranan. Ia masih shock dari melihat gambar bumi yang diambil oleh kamera satelit yang demikian cepat membesar hingga menunjukkan sebuah rumah di kota Beijing, China.
"Ini hadiah Goose untukku," kata Haoran. Sepasang matanya tampak berkilauan menatap rumah di layar laptopnya. "Aku bisa melihat ibuku kapan saja aku mau."
Barulah Emma mengerti apa yang terjadi.
"Ini... rumah ibumu?"
Haoran mengangguk. "Beberapa bulan lalu aku memutuskan untuk ikut karyawisata ke China agar aku bisa diam-diam bertemu ibuku. Agar rencanaku berhasil aku harus menemukan jejak ibuku terlebih dahulu. Makanya aku masuk ke Darknet dan menyewa hacker atau finder terbaik di dunia untuk mencari ibuku. Semua orang di forum mengatakan bahwa hacker terbaik di dunia saat ini adalah Goose, maka aku pun menyewa jasanya. Dengan membuktikan identitasku sebagai Haoran Maximilian Lee, aku berhasil membuatnya setuju untuk memberikan jasanya kepadaku dengan bayaran tertunda. Saat umurku 25 tahun aku akan membayarnya lima kali lipat biaya yang ia minta sekarang."
"Oh.. jadi kau baru akan membayar jasanya nanti setelah kau mewarisi kekayaan ayahmu?" Emma yang cerdas dapat segera mengerti maksud Haoran.
"Benar. Goose memasang tarif sangat mahal dan aku tidak dapat membayarnya dengan uang sakuku sendiri. Kalau hanya membayar guru les sih, bisa..." Haoran tersenyum sambil mengerling ke arah Emma. Gadis itu mengerti Haoran sedang menggodanya, sehingga ia hanya mengangkat bahu.
"Memangnya berapa tarif yang dikenakan Goose?" tanya Emma sambil menyeruput tehnya.
"Tarifnya dimulai dari satu juta dolar," jawab Haoran.
Seketika Emma menyemprotkan tehnya mendengar kata-kata pemuda itu.
SATU JUTA DOLAR? Dari mana ia nanti bisa mendapatkan uang sebanyak itu??? Ia bukan pewaris Lee Industries seperti Haoran...
Ah, ya.. Emma memiliki sangat banyak kemampuan ajaib. Ia tentu bisa menggunakan salah satu kekuatannya untuk merampok bank dan lolos, kemudian ia akan...
"Tetapi ketika ia tahu bahwa aku mencari ibuku... ia tidak mau dibayar." Haoran tersenyum geli melihat reaksi Emma barusan, sehingga ia buru-buru menambahkan keterangannya. "Jadi, kau juga tidak usah takut harus membayar mahal jasanya."
"Kenapa Goose begitu?" tanya Emma keheranan. "Dia tidak butuh uang?"
Haoran mengangkat bahu. "Dia tidak mengatakan apa-apa kepadaku. Mungkin ia juga kehilangan orang tuanya... aku tidak tahu. Yang jelas ia berhasil menemukan ibuku."
Emma terkesiap ketika melihat di layar laptop Haoran tampak seorang wanita keluar dari pintu rumah dan membawa keranjang kecil lalu memetik beberapa jeruk dari pohon jeruk di pekarangannya dan kemudian duduk di bangku taman dan menikmati buahnya.
Wanita itu cantik sekali dengan langkah gemulai dan penampilan yang anggun. Emma dapat segera melihat kemiripan antara wanita itu dengan Haoran.
"Apakah itu ibumu?" tanyanya sambil menoleh ke arah Haoran.
Pemuda itu mengangguk. "Benar. Goose sangat baik kepadaku. Ketika ia mendengar aku tidak bisa pergi ke China.. karena ayahku ternyata mengawasi ibuku dengan sangat ketat, ia lalu mengubah salah satu koordinat kamera satelit untuk menampilkan rumah ibuku dan aku diberinya akses tanpa batas untuk melihat ibuku kapan pun aku mau."
Emma menekap bibirnya dengan kedua tangan karena terkejut dan sekaligus kagum. Goose sungguh terdengar sangat luar biasa. Dan ia juga baik sekali! Haoran sungguh beruntung ia dapat melihat ibunya setiap hari dengan cara seperti ini...
"Untuk sementara aku sudah puas bisa melihat ibuku dari jauh..." kata Haoran. Suaranya terdengar agak emosional, tetapi ia dapat menahan dirinya dengan baik. "Selama aku tahu bahwa ibuku baik-baik saja, maka itu sudah cukup. Nanti kalau aku sudah menguasai semua Lee Industries, aku akan melawan ayahku dan pergi menjemput ibu. Aku harus bersabar hingga saat itu tiba..."
Emma menyentuh bahu Haoran dan meremasnya sedikit, memberinya dukungan. "Waktu akan berlalu dengan begitu cepat. Kau akan segera bertemu ibumu..."
Haoran mengangguk. "Aku tahu. Karena itulah, kita juga harus mulai mencari orang tuamu."
"Tetapi... bagaimana kalau Goose meminta bayaran kepadaku?" tanya Emma dengan nada suara ragu. Ia tidak tahu alasan pasti kenapa Goose tidak mau menerima bayaran dari Haoran, tetapi ia tidak mau dengan gegabah menganggap bahwa ia juga tidak harus membayar.
Ia tidak punya uang satu juta dolar. Kalaupun ia memang terpaksa harus merampok bank, maka ia perlu membuat rencana...
"Kau tidak usah kuatir tentang itu.. Saat aku berumur 25 tahun aku akan membayarnya. Toh aku memang sudah menyiapkan diri untuk membayar..." kata Haoran menenangkan Emma.
"Tapi aku tidak enak... Aku tak mau berutang budi kepada orang lain," kata Emma berusaha menolak.
"Kalau begitu jangan anggap aku orang lain," balas Haoran. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Siapa tahu enam tahun dari sekarang kau menjadi istriku... tentu akan sangat wajar kalau kau memakai uangku. Milikku adalah milikmu..."
Wajah Emma seketika berubah merah mendengar kata-kata Haoran yang diucapkannya dengan begitu ringan seolah hanya angin lalu.