webnovel

2. SISI CINTA YANG TERSEMBUNYI

Trilogi cinta terkadang membuat galah seorang pelaku menjadi patah hati bahkan ketiga-tiganya jadi patah hati semua. Semua itu terjadi karena di dalam mereka menjalani hubungan tali ikatan suci itu tak ada saling keterbukaan. Satu hal yang dianggap sepele oleh seseorang itu akan menjadi bumerang baginya. Sama halnya seperti yang dialami oleh tiga pemuda-pemudi ini.

Nia, begitulah teman-teman sekampusnya memanggil. la dikenal agak pendiam tapi aktif dalam organisasi. Karena sifat pendiamnya itulah teman-temannya jadi menganggapnya masih jomblo sampai saat ini. Hingga pada suatu hari Nia jatuh cinta dengan teman sekampusnya yang lebih dulu masuk, lelaki itu adalah seniornya.

Damar, itulah namanya. Seorang Laki-Laki yang dikenal aktivis dan cekatan. Selain itu ia dikenal sebagai cowok yang susah jatuh cinta. Bukan karena apa-apa, hanya saja orang tuanya adalah seorang yang terpandang di masyarakat. Jadi, la takut mencemarkan nama orang tuanya kalau sampai salah dalam hubungan cinta.

Perjumpaan mereka sebenarnya sudah lama. Hanya saja saat itu Damar tengah terburu-buru dengan urusannya. Tetapi perjumpaan yang hanya sekilas itu memberikan kesan yang mendalam bagi Damar. Saat itu Damar sedang berjalan menuju laboratorium Bahasa dengan terburu-buru. Ketika sampai di tikungan ia tak sengaja menabrak seorang cewek. "Bruk…"

Buku-buku yang mereka bawa terjatuh. Spontan saja mereka berjongkok bersamaan memunguti buku-buku yang berserakan di lantai tanpa melihat satu sama lain.

"Eh sorry ya, aku nggak sengaja," kata Damar sembari mengambil buku-buku yang berserakan.

"Iya, nggak apa-apa," jawab Nia tanpa melihat wajah Damar.

Namun, kemudian pandangan mereka bertemu ketika tersisa satu buku yang belum diambil. Sehingga mereka bersamaan mengambil buku itu. Mereka terdiam sekian detik saling memandang lalu mereka berdiri dengan perasaan canggung.

"Eh maaf... Namaku Damar," katanya memperkenalkan diri sambil tersenyum kecil.

"Aku, Nia."

"Eh, sorry ya aku lagi buru-buru. Mungkin lain kali kita bisa ketemu lagi. Nih nomor HP aku", tambah Damar Sembari memberikan kartu namanya lalu pergi meninggalkan Nia.

Nia tidak menjawab apa-apa, ia hanya mengernyitkan dahi lalu tersenyum melihat Damar jalan terburu-buru.

"Orang aneh, tapi ganteng juga," gumamnya dalam hati.

•••••

Hari mulai gelap, Damar tengah melamunkan wajah yang baru saja ia lihat, membuat hatinya seolah melayang, berdebar hebat. Benar-benar bagai rusa yang diburu singa untuk disantap. Di tengah lamunannya itu, tiba-tiba. handphonenya berbunyi dan diangkatnya.

"Hallo, kak Damar?"

"Iya, ini Nia, kan?"

"Iya, Kak."

Ya, malam Itu menjadi kali pertama mereka saling bercakap-cakap panjang lebar. Dari situlah Damar mulai mengenal Nia lebih jauh, begitu juga dengan sebaliknya. Keesokan harinya mereka bertemu di kampus dan membuat janji untuk ketemu di sebuah restoran yang menjadi tempat favorit anak muda di sekitar daerah kampus untuk makan atau berkencan bersama pacar. Namun kali ini Damar ke sana untuk sekedar pendekatan dengan perempuan yang berhasil membuat jantungnya berdebar-debar.

"Nia, udah lama nunggunya?" tanya Damar begitu Sampai di tempat duduk Nia.

"Ah, nggak Kak, aku juga baru datang," balas Nia sederhana.

Setelah pertemuan di restoran mereka menjadi akrab satu sama lain dan Damar mengetahui fakta bahwa Nia masih single. Nia memberitahu statusnya kepada Damar dengan ekspresi yang ragu dan kikuk. Keakraban mereka membuat perasaan Damar semakin menggebu dan merasa harus mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya. Untuk melakukan moment penting itu Damar memilih tempat yang romantis, yaitu di pantai sambil menyaksikan matahari terbenam. Ia benar-benar berharap senja itu akan menjadi momen yang sempurna untuknya. Dengan segala keyakinan yang dimiliki Damar dan dengan sedikit keraguan Nia, cintanya diterima untuk mengisi kekosongan hatinya. Sekarang Nia berstatus sebagai pacar Damar.

Layaknya Sepasang kekasih, mereka saling bermanja satu sama lain, curhat, berbagi suka dan duka bersama. Mereka terlihat seperti pasangan yang sempurna. Hampir semua teman-teman kampus mengetahui hubungan Damar dan Nia, tak terkecuali orang tua Damar.

Disaat hubungan mereka sedang berada di puncaknya, muncul seorang lelaki yang mengaku sebagai pacar Nia lewat telepon.

"Hallo, lo Damar, ya?" tanyanya memastikan.

"Iya, lo siapa?" Damar balik bertanya.

"Hm, kenalin gue Aziz pacarnya Nia."

"Apa?" Pengakuan Aziz membuat Damar kaget.

"Ni anak gila kali ya, sok-sokan ngaku pacar Nia. Ngelawak ni orang." Damar bermonolog dalam hati.

"Eh, maksud lo apaan? Jangan ngelawak deh!" Tambah adam kesal.

"Yah, terserah lo deh, yang penting lo harus tau kalau sebelum lo jadian sama Nia, kita udah jadian duluan. Tut…." Aziz memutuskan telepon secara sepihak.

"Woi, hallo, hallo, ah sial nggak jelas banget ni orang."

Mendapat teror seperti itu membuat pikiran Damar menjadi kalut. Perasaannya tidak lantas percaya dengan pengakuan Aziz, namun setelah menerawang setiap kejadian bersama Nia, Damar merasa ada yang janggal. Terkadang Nia tiba-tiba pamit disaat duduk berdua dengan Damar untuk mengangkat telepon dari seseorang.

Keesokan harinya Damar bertemu dengan Nia di restoran seolah tidak terjadi apa-apa. Berawal dari basa-basi, kemudian mengutarakan rasa penasarannya.

"Gimana kuliahnya tadi, sayang?" tanya damar.

"Huh, bosen banget, biasalah dosen baru." Tiba-tiba terdengar dering handphone dari tasnya Nia.

Damar sudah menduganya kalau akan ada telpon dan itu pasti dari Aziz. Sekaranglah waktunya pembuktian atas semua dugaannya.

"Sebentar ya, sayang. Mau angkat telepon." Izin Nia pada Damar.

"Iya."

Setelah diizinkan, Nia langsung pergi ke pagar luar restoran dan mengangkat teleponnya. Setelah kurang lebih lima menit, dia kembali. Damar berasumsi bahwa saat Nia kembali, dia akan langsung meminta izin untuk pulang.

"Dari siapa?" tanya Damar singkat.

"Biasa, temen kampus."

"Cowok?"

"I— iya."

"Aziz?"

Mendengar Damar menyebut nama Aziz, wajahnya seketika berubah. Tingkahnya menjadi kikuk dan terlihat cemas. "Kok Damar tau Aziz, sih. Duh gimana nih kalau sampai ketahuan bisa mati nih, gawat, gawat, gawat," gerutu Nia dalam hati.

"Hah? Aziz siapa, aku nggak kenal."

"Oh, nggak kenal ya? Sekarang nggak mau pamit?" tanya Damar seolah tau apa yang Nia pikirkan.

Tentu saja Nia menjadi semakin takut karena Damar tau apa yang dia pikirkan. Daripada berlama-lama di sana hanya menambah runyam keadaan, jadi pamit adalah pilihan terbaik.

"Em, kayanya iya deh. Yaudah aku pamit duluan, ya."

Merasa firasatnya tepat, Damar segera menelpon teman Nia yang kebetulan rumahnya bersebelahan.

"Eh Damar, ada apa nih, tumben nelpon." Parman mengangkat telepon dari Damar.

"Gue mau tanya sesuatu nih, lo tau nggak cowok yang sering datang ke rumah Nia?"

"Ada."

"Siapa?"

"Ya elo, siapa lagi?"

"Bukan, selain gue ada nggak?"

"Em, selain lo, entar gue inget-inget dulu … ah iya ada. Kalau nggak salah namanya Aziz."

Mereka berbicara panjang lebar hingga akhirnya Damar tahu siapa lelaki yang sering berhubungan dengan Nia, seperti apa ciri-ciri orangnya, sudah diketahui. Damar dibuat bingung, saat hubungannya dengan Nia sedang indah-indahnya, malah muncul masalah yang membalikkan keadaannya.

•••••

Pagi ini Dama benar-benar ingin tahu tentang kebenaran perihal Aziz. Siapa sebenarnya dia sampai berani mengaku sebagai pacar Nia dan apa alasan Nia yang tiba-tiba pergi dengan alasan yang tidak masuk akal. Entah apa yang akan terjadi jika prasangkanya selama ini benar.

Berkali-kali Damar menelpon Nia, namun tidak diangkat. Puluhan SMS nya bahkan tidak dibaca sama sekali. Kini ia benar-benar frustasi dengan situasi yang dihadapinya. Seolah ia sedang diburu ribuan singa lapar dan dia hanya berbekal sebilah pisau yang tumpul. Rasa kesal, marah, benci, bercampur aduk di dalam hatinya, ingin rasanya melampiaskan kemarahannya, tapi kepada siapa? Di Saat kebingungannya itulah tiba-tiba Nia datang di hadapannya.

"Damar, sorry aku nggak berani ngomong langsung ke kamu. Cuma ini yang bisa aku lakukan," ucap Nia sambil menyerahkan sepucuk surat kemudian pergi.

Damar hanya tercengang melihat Nia tiba-tiba datang dan pergi. Dilihatnya selembar kertas di tangan. Entah apa yang yang tertulis di dalamnya, kenyataan pahit atau manis. Dengan perlahan Damar membuka lembaran kertas yang terlipat itu dan membacanya.

_______

Untuk: Damar

Dalam mengarungi lautan cinta, terkadang aku membutuhkan suasana baru di hati. Dikala hati merasa kebosanan dan merasa penat, saat itulah kau datang menghibur dan membawakan penawar untuk hatiku yang sedang bimbang.

Namun aku tidak bisa memungkiri bahwa aku masih memiliki cinta yang kala itu sedang mengalami keretakan, sedangkan aku tak mampu menolakmu yang sangat baik dan penuh pengertian.

Akan tetapi, sekarang dia sudah memperbaiki keretakan itu, aku tidak bisa mengabaikannya, aku lebih memilih dia. Maaf karena tidak memberitahumu dari awal, biarkan cinta ini mengalir dengan tenang.

Dari: Nia

————

Hancur sudah kilauan permata yang sedari dulu dipuja-puja oleh Damar.

"Kenapa? Kenapa harus ada sisi cinta yang tersembunyi?

SELESAI

By: Mufti Arman

Jum'at 23 september 2011

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

KarimaIfhacreators' thoughts