webnovel

Awal dari segala kebohongan

Perkenalkan namaku Andi Mojong Patta biasa dipanggil Andi dan ada juga yang manggil Mojong. Saya anak desa yang ceritanya mau melanjutkan sekolah menengah pertama di kota, jadi siswa baru lah. Karena saya hanya dari kampung, saya jadi incaran bullying di sekolah.

Saat awal masuk sekolah adalah hari dimana saat aku pertama kali menginjakkan kakiku di sekolah. Buruknya lagi aku telat datang tetapi pintu pagar tidak tertutup, jadi aku terobos ajalah. Saat aku memasuki area sekolah tampaknya belum ada guru yang masuk mengajar. Aku melihat-lihat sekeliling mencari ruang kelasku dimana katanya aku bertempat di ruang kelas 7A.

Saat asyik berkeliling, tiba-tiba ada seorang cowok berbadan besar yang menyenggol ku hingga tubuh ku terpental ke dinding lalu mengetawaiku. Tiba-tiba ada seorang cewek yang memanggilnya "Erikk!" kata cewek itu dengan wajah tampak marah.

Erik:"Melysa!.. owh maafkan aku sayang... aku gak sengaja."(ujarnya sambil mengangkat kedua tangannya)

Ternyata pacarnya gess, Cewek itu kemudian menghampiriku.

Melysa:"Kamu gak apa-apa kan? maaf ya"

Yaah... pastinya aku tidak akan membuatnya khawatir dan bilang kalau aku tidak apa-apa, padahal lenganku sakit banget terbentur di dinding. Aku melihat cowok itu memang tampaknya tidak suka dengan keberadaanku dan melirikku dengan mata yang tajam kemudian pergi.

Melysa:"Siswa baru yah?"

Gue jawab "iya"

Melysa:"Perkenalkan aku Melysa kelas 9A".

Gw:"Aku Andi Mojong Patta kelas 7A".

Melysa:"Ruangan kita deketan donk...".

Dia pun mengantarku sampai di depan kelasku.

Melysa:"Aku ke kelasku dulu ya... kalau ada apa-apa teriakin aja namaku".

Aku pun jawab "iya". Membingungkan juga sih kenapa cewek ini begitu baik banget. Lebih anehnya lagi pas masuk kelas semua orang bengong ngeliat ku. Parahnya lagi karena aku juga ikut bengong. Terus aku duduk di kursi yang kosong bagian paling belakang. Pas duduk teman di sampingku langsung ngajak kenalan.

Anto:"Perkenalkan nama saya Anto".

Gue Jawab "Andi". Tidak lama duduk-duduk tiba-tiba ada yang menendang pintu, segerombolan kakak kakak kelas cowok cowok masuk. Terus orang di barisan paling depan naik ke atas meja paling depan bagian tengah.

Anto:"Ketua OSIS namanya Jamal"(ngebisik)

Jamal:"Semua yang ada di kelas ini, kenal gua Gak!?".

Semua siswa baru sontak jawab "Kenal".

Jamal:"Waah... ini nih yang paling gua demen sama siswa baru".

Si Jamal ini kemudian lompat ke lantai dan minta jatah ke semua siswa baru di kelasku.

Jamal:"Eh.. sini duit Lo.. kalo sekolah di sini ada jatahnya"(sambil mengambil duit siswa baru satu satu)

Sampai giliran ku yang diminta terus tidak punya uang. Mampuslah aku.

Jamal:"Heh kamu, mana duit kau?".

Gue:"Gak punya duit bang".(merunduk)

Si Jamal kemudian menamparku "PLAK!!" kepalaku tidak bergoyang sama sekali, seakan tamparannya tidak ada apa-apanya (demagenya kurang kali) terus salah seorang temannya melerai "Udah udah... cukup, kita keluar aja, pergi ngopi oke...". Kemudian mereka pergi.

Jamal:"AWAS KAU!!!"(sambil melangkah keluar pintu).

Jam menunjukkan pukul 09.00 barulah seorang guru laki-laki masuk ke ruang kelas kami, tidak lain dan tidak bukan adalah wali kelas kami yang datang untuk memperkenalkan diri dan menyambut kami sebagai siswa baru di sekolah juga tidak lupa mengingatkan bahwa besok sudah belajar normal.

Bel pulang berbunyi dan semua siswa bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Aku yang paling belakang keluar dari kelas tiba-tiba di hadang di depan pintu oleh si Jamal Abdillah bin Abdul Qodir Jaelani Hutabarat, itulah nama yang muncul di kepalaku saat pertama kali melihatnya.

Jamal:"Lu siapa... ha!!? berani-beraninya tidak patuh sama gue... lu siapa anjing!!"(sambil mendorong-dorongku dengan kasar)

Akupun merasa agak emosi, tapi mengingat tamparannya yang tidak berasa, akupun berfikir kalau dia berani karena teman-temannya saja.

Gue:"Maaf bang saya memang tidak punya duit...".

Jamal:"Haahh... apa lu bilang? apa aku gak salah dengar?".(tanya dia sambil mendekatkan kupingnya) kek songong banget nih orang.

Gue:"Iya bang aku gak punya duit".

Jamal:"Heh... miskin amat! anak sekolahan jaman sekarang gak jajan... emang gak laper? pantesan kurus kerempeng kek gitu.. bulan puasa masih lama...booss.. hahahaha..."(tertawa)

Si Jamal ini kemudian menendang dadaku yang membuat kepalaku terbentur ke dinding, membuat suara gemuruh bergema di sekolah. Kepalaku yang mulai sakit banget membuatku emosi dan ingin menghabisinya. Saking sakitnya aku berteriak kesakitan memegang kepalaku "Aaakkhh..." Si Jamal kemudian jongkok menarik rambutku dan menatapku dengan senyuman liciknya.

Jamal:"Uuhh... kasian banget... mamah gak ada disini sayang... mau tambah lagi GAK!!!".(kemudian melepaskan tangannya dari kepalaku)

Akupun yang emosi kemudian tersenyum.

Gue:"Mau ditambah berapapun aku tidak akan mati sampai kau yang mati duluan..".

Jamal:"Beneran mau mati nih anak."(katanya sambil mengayunkan pukulannya)

Belum juga sampai mengenaiku tiba-tiba saja tangannya berhenti, ya seseorang menahannya dari belakang yaitu temannya yang mengajaknya minum kopi tadi.

Jamal:"Belum pulang Lo!?".

Temannya kemudian menyeretnya keluar.

Jamal:"Heyy... heeyy... lepasin! aku belum selesai dengan anak ini wooyy... Aaakh... sakit Don...!!!". (sambil tangannya di seret dan digenggam dengan kuat oleh temannya).

Di perjalanan pulang saat aku lewat di sebuah warkop, tiba-tiba si Erik memanggilku dari warkop tersebut. Terus kusamperin lah.

Gue:"Ada apa kak?".

Erik:"Maksud Lo tadi apa... haa?".

Gue:"Emangnya saya kenapa bang?"

Erik:"Kenapa kenapa... sini Lo ikut gua".

Dia mengajakku ke suatu tempat di hotel tua dan sepi. Kemudian dia menarik bajuku dan memukul kepalaku dua kali yang membuat sakit kepala waktu terhantam di dinding tadi mulai terasa lagi. Emosiku pun kini memuncak, sakit di kepalaku membuatku marah besar.

Erik:"Lu tadi deketin Melysa maksudnya apa... ha? anak kecil jangan sok deketin cewek orang."(Sambil ancang-ancang mau memukul lagi)

Aku yang terlanjur marah hanya menahan pukulannya satu tangan dan memutarnya, menundukkan kepalanya dan mencekik lehernya kemudian menendang kepalanya dua kali dan kemudian memukul lehernya tepat di jakunnya"Toklokk...Hrrrrrraahh...." leher si Erik kemudian bersuara layaknya sapi kurban yang digorok lehernya. Saat ia terjatuh kutambah lagi dengan menginjak-injak kepalanya hingga ia tak sadarkan diri, kemudian aku meninggalkannya.

Aku pulang ke rumah dengan badan yang nampak baik-baik saja tetapi ngilu seluruh badan, ditambah lagi dengan kepala yang masih agak sakit. Memang tamparannya si Jamal gak kerasa tapi waktu aku ditendang barulah membuat ku berfikir kalau dia itu berbahaya juga.

Saat sampai di rumah aku langsung menyimpan tas kemudian langsung tidur, dan memikirkan apakah si Erik sudah mati.