webnovel

Pulau Seberang

Kisah perjalanan Mahila Reena saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya Jana Ariana. Yang kemudian bertemu dengan adik ipar Jana Ala Balian. "Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius. "Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya. Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku. "Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

unn_naeil · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
11 Chs

Salah Paham

Ini hari kelima aku di Bangka, duduk diteras depan rumah Jana menggambar sketsa desain ku sambil menikmati secangkir teh sereh hangat. Masih pagi sekitar jam enam, udara segar dan tenang. Sesekali terdengar cuitan burung atau kokok ayam jantan. Aku menyukai tempat ini, karena sangat cocok untuk merenung dan mencari ide.

"Kling.."

"Bu.. apakah desainnya sudah jadi, hari ini kita harus mulai produksi untuk event bazar bulan depan" Lisa manager butik ku sudah mulai menerorku. Sebenarnya aku punya bagian desain sendiri selain aku, tapi seminggu yang lalu dia resign karena suaminya dipindah tugaskan jauh dari kota tempat tinggal ku.

Sudah beberapa kali ada yang melamar, tetapi belum ada yang cocok dengan kami. Terpaksa aku menanganinya sendiri.

"Ini udah jadi beberpa, nanti siang aku kirim ya.." Aku membalasnya, untungnya ada banyak ide yang terpikir diotakku. Aku mulai menggambar dengan hening, hanya terdengar suara gesekan pensil dan pewarna.

Jana menghampiriku dan duduk didepanku. Dia diam saja sambil membaca entah buku apa. Jana tau, ketika aku sedang focus menggambar siapapun tidak akan aku pedulikan. Bahkan aku tidak tau Jana sudah pergi beberapa menit yang lalu.

Aku mulai tersadar ketika tempat dudukku sekarang panas karena tidak kebagian atap. Aku kaget melihat jam, sudah pukul sepuluh lebih tiga puluh menit.

Aku foto desain ku tadi, dan kukirimkan kepada Lisa. Sejauh ini aku sangat mempercayai Lisa, dia sangat rajin dan jujur. Lisa juga cepat belajar dan dia tegas disaat yang diperlukan bahkan kepadaku. Dia pengingat dan penasehat yang baik. Maka dari itu aku tidak segan mempercayakan butik ku saat kutinggal seperti sekarang.

Aku membereskan peralatan desainku dan membawa masuk kekamar. Rumah terasa sepi aku mencari-cari orang diruang tengah, kosong...., aku menengok kedapur, terlihat emak sedang menumis sesuatu dikompor dan Jana sedang membuat adonan gorengan sambil duduk dilantai. Ditempat cuci piring ada Abang Zikri sedang membersihkan ikan.

"Sini bantu.." Jana menyodorkan sebaskom daun ubi dan daun pepaya kepadaku. Aku mulai memetik.

Jana melirikku sambil menyodorkan HP nya. Aku mengambilnya dan refleks menutup mulut karena kaget. Jana menempelkan jari telunjuk nya kebibir, sebagai tanda aku harus diam.

*grup chat fakultas pendidikan S1* (aku sudah keluar dari grup itu)

Ira mengirim foto pernikahan Jana, dengan keterangan "Selamat ya Jana semoga selalu bahagia"

(L) "Lho.. itu bukan Darma"

(R) "Iya ya..."

(Z) "Lho.. ini gimana maksudnya aku nggak faham"

(Sekar)"Darma kamu kalo mau cerita rumahku selalu terbuka untukmu"

Sekar cukup dekat dengan Jana dan Darma, mereka sering "Doubledate" tentunya Sekar dengan pacarnya. Meski tidak seakrab Jana, aku lumayan mengenal Sekar dan pacarnya.

"Mending kamu bilang aja ke Sekar gimana kejadiannya" Jana menggeleng malas.

"Bodoamat... kesel sih.. tapi biarin lah.. jauh juga" Jana melanjutkan

Aku kesal, Jana mengambil HP nya dari tanganku, mengotak atik dan memberikan padaku lagi.

"Suatu hari penghianat akan dihianati. Semangat Darma, suatu hari nanti kamu pasti akan menemukan orang yang lebih baik" Status teman dekat Darma.

"Waahhhhh... kampret emang.." Aku meradang, emosi tingkat tinggi, tidak habis pikir dengan teman Darma yang sok tahu itu.

Jana segera menutup mulutku dengan tangannya yang penuh tepung. Aku tidak sempat menghindar.

"Hahahha... maaf refleks" Jana tertawa terpingkal-pingkal.

***

Aku mengecek HP ada pesan dari Sekar menanyakan apa yang terjadi.

"Sebenernya enakan ketemu, tapi aku lagi di Bangka, aku jelasin singkatnya aja ya, mudah-mudahan kamu faham"

Aku menghindar dari dapur, masuk kekamar dan mengunci pintu. Aku mulai merekam suaraku, kuceritakan cerita singkatnya dengan suara lirih agar tidak terdengar keluar.

"Ya ampun... aku ngerasa bersalah banget sama Jana, mana udah komentar digrup sok tau banget aku" Sekar mebalas pesanku.

"Nggak papa, kamu chat Jana aja, kasih selamat gih..."

"Iya Hil.. Galau aku sekarang"

Kita memang terbiasa melihat sekilas tanpa mau tau apa, mengapa dan bagaimana. Terbiasa menghakimi tanpa tau benar atau salah, hanya mempercayai apa yang kita lihat, padahal bisa jadi... itu sisi luar cangkang yang palsu.

Terkadang kita juga hanya ikut-ikutan agar tidak terkucil. Ikut berasumsi padahal tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa sadar memperkeruh keadaan dan meluaskan salah paham.

Aku merenung sambil duduk diujung dipan memegangi HP.

"Hila.. Ayo makan.." Suara Jana memanggilku dari ruang tengah depan kamarku.

Aku keluar dan membantu menyiapkan makan siang, Hana dan Eka terlihat baru pulang sekolah, masuk kamar masing-masing untuk ganti baju dan keluar untuk makan siang bersama.