webnovel

Pulau Seberang

Kisah perjalanan Mahila Reena saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya Jana Ariana. Yang kemudian bertemu dengan adik ipar Jana Ala Balian. "Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius. "Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya. Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku. "Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

unn_naeil · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
11 Chs

Perpisahan

Pagi itu cerah, Langit bersih tanpa awan, udara tidak panas dan tidak dingin, ombak menjilat-jilat bibir pantai dengan tenang, burung berkicau sahut menyahut, angin berhembus sepoi-sepoi, sungguh pagi yang indah.

Kami pulang dengan diam, saling menghindari pandangan, canggung. Sesampainya dirumah aku langsung turun dan masuk rumah tanpa basa-basi dengan Lian.

Aku masuk rumah, kemudian mandi dan merebahkan badan ku dikasur.

"Kririring...." Suara ringtone ku berbunyi. Dari Lisa.

"Kak... kayaknya Kak Hila harus balik deh.., Penjahit dua duanya masuk UGD kak, Bagian pemasaran online dan offline terkapar semua kak, diare, aku juga" Lisa menelfon ku dengan lemah.

"Kok bisa...? Aku panik

"Iya kak kayaknya karena makanan katering kemarin siang deh.., katering yang biasanya Libur, ada keluarga yang hajatan, jadi kita cari yang lain, malah kayak gini..." Lisa menjelaskan dengan suara seperti sedang menahan sakit.

"Trus..." aku belum selesai bicara

"Udah dulu ya kak, aku mau kebelakang lagi. Tut" Aku panik, segera membeli tiket online dengan penerbangan sore ini.

"Jana... aku pulang hari ini" Jana bingung

"Lah... kenapa? kan masih enam hari lagi harusnya" Jana nyerocos

"Masa gara-gara Lian semalem?" Abang Zikri serius. Aku melambaikan tangan sambil tertawa.

Kuceritakan obrolaku tadi dengan Lisa kepada meraka.

"Hah..... terus gimana? Mereka bertanya sambil berteriak padaku.

"Ya makanya.. aku mau pulang.." Jawabku ikut berteriak.

"Iyalah kalo gitu" Jana dan Abang Zikri mengangguk. Abang Zikri mengotak atik HP nya menelfon Lian.

"Dek.. nanti siang anter Hila kebandara" Abang Zikri melihat hpnya bingung karena telfon dimatikan oleh Lian.

"Kririring... " Hp ku berbunyi, Lian menelfon ku.

"Hil.. kamu mau balik kejawa hari ini? Kalo karena kejadian semalam aku minta maaf, aku nggak akan ganggu kamu lagi" Lian meyakinkanku.

"Nggak Ian.. Ada masalah dibutik... nanti aku ceritakan dijalan, aku mau siap-siap dulu" Jawabku jujur

"Oke.." Dia menutup telepon dan aku mulai membereskan barang-barang ku. Emak yang baru tau mulai panik ingin membawakanku segala macam, merica, kemplang, pempek, beras. Aku menolak dengan halus.

"Nggak usah mak..., kapan-kapan aku kesini lagi ambil oleh-olehnya" Aku menenangkan emak sambil sedikit tertawa.

"Bener lho.. Emak tunggu" Aku mengangguk.

Memang.. dua bulan lagi aku berencana kembali kesini untuk pemotretan koleksi baju baru denga model Jana tentunya.

Lian datang tepat setelah azan dhuhur selesai, Emak menyuruh kami makan dulu sebelum berangkat, kami menurut, memang sudah lapar sih.

"Ayo kita makan bareng-bareng aja mak.." Aku mengajak emak dan emak mengangguk setuju.

****

Sekitar pukul satu siang aku berangkat kebandara, jarak antara rumah Jana dan Bandara dua jam perjalan menggunakan motor. Aku menceritakan kenapa aku pulang dengan terburu-buru. Lian mendengarkan dengan ekspresi murung.

"Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius.

"Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya.

Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku.

"Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

Aku menutup mulutnya dengan telapak tanganku takut ada yang mendengar. Dia menggenggam pergelangan tanganku dan menariknya agar aku melepaskan mulutnya.

"Wajar.. kita cuma terbawa suasana..., lagian mana bisa orang jatuh cinta cuma dalam waktu satu minggu" Aku berusaha menjelaskan apa yang ada dipikiran ku. Sebenarnya aku hanya takut, aku tidak percaya dengan perasaanku yang sudah terjatuh padanya dan sedikit ragu Lian sungguh mencintaiku atau hanya penasaran.

Lian menarik nafas dalam, menaiki motor lagi dan mulai jalan. Setelah tiba kami duduk dibangku. Waktu penerbangan masih satu setengah jam lagi.

"Yakin nanti kamu nggak kangen Bangka?" Dia bertanya basa-basi

"Kayaknya aku bakal lebih kangen kamu" Aku menjawab dengan tenang.

"Kamu kalo nolak yang bener dong.." Lian emosi lagi.

"Yakin...."Aku menjawab dengan nada menantang.

"Ya enggak.." Dia menjawab sambil membuang muka.

Dia mengantarku sampai pintu masuk, aku melambaikan tangan dan berbalik badan.

"Hila..." Tiba-tiba Lian memanggilku.

Dia maju kearahku dan memelukku erat, aku diam, tak membalasnya tapi juga tidak menolak.

****

Rasanya hampa, seperti ada yang kosong di hatiku, aku sudah merindukan Lian. Aku duduk diruang tunggu, menghela nafas berat. Aku kira hanya yang ditinggalkan yang akan sakit, ternyata yang meninggalkan sama sakitnya.

"kalo udah nyampe rumah kabari" Aku mengirim pesan pada Lian. Tidak ada jawaban, mungkin dia masih dijalan.

Aku tiba dikost sekitar jam sembilan malam, meletakkan barang-barang ku, cuci muka seadanya dan pergi ke kostan Lisa, membawa bubur yang tadi aku beli diperjalanan.

Aku langsung masuk kedalam kost Lisa, ku ketuk kamarnya tidak ada jawaban, aku menghambur masuk, kulihat Lisa tergelak dilantai, lemah.

"Lis.. Lisa... ku goncangkan sedikit badannya" Dia mengerang lemah

"Astaga..." Aku segera menelfon taksi online agar mengantarkan kami kerumah sakit.

Lima menit kemudian taksi datang, aku memapah Lisa dibantu teman sekost Lisa.

"Langsung depan UGD ya pak" Aku memberi instruksi pada supir taksi

"Siap kak..." mobil melaju cepat, sopir taksi sadar keadaan mendesak. Sampai depan UGD supir segera turun dan meminta bantuan kepada perawat yang lewat. Dia segera menghampiri sambil membawa kursi roda.

"Makasih ya pak..." Aku menganggukkan kepala.

"Sama-sama kak.." taksi melaju meninggalkan UGD.

Aku menunggu Lisa diperiksa sambil menanyakan kabar karyawan ku yang lain, syukurlah mereka sudah jauh lebih baik. Aku mencari dua karyawan ku yang kemarin sempat dirawat di UGD juga, sekarang sudah pindah diruang rawat inap, mereka juga jauh lebih baik. Besok mungkin mereka sudah bisa pulang.

Aku kembali ke tempat Lisa, rupanya dia dehidrasi parah. Dalam satu jam Lisa sudah menghabiskan lima kantong infus.

Aku menelfon kakak Lisa yang bekerja tidak jauh dari rumah sakit ini. Setelah kakak Lisa datang aku kembali kekost Lisa memgambil motor dan pulang kekost ku.

Aku mandi, ganti baju dan merebahkan badanku sambil mengecek HP yang sepertinya tadi ada pesan yang belum aku baca. 20 misscall dari Lian, Aku telfon balik

"Tut.. Halo... Hila.. kamu kemana aja dari tadi" Lian ngomel memarahiku.

"Tau nggak Hil.. dia mondar mandir kayak setrika dari tadi..." Suara Jana ikut nimbrung.

Aku ceritakan kejadiannya, bahwa aku panik jadi tidak sempat membalas pesannya dan minta maaf. Dia masih terus mengomel panjang dan lebar.

"Baiklah.... Iya.. aku udah ngantuk..." Aku mencari alasan.

"Yaudah tidur sana... Tut.."

"Ya ampun.." sadis tapi bikin aku gemes

***

Aku pergi ke Butik pagi ini, sepi.. Hanya aku dan Minki kucing anggora warna putih kesyangan kami. Aku memberi makan Minki membersihkan toiletnya dan menggati dengan pasir yang baru. Membersihkan butik dan membukanya.

Sembari menunggu pelanggan aku mulai memgecek stok, mencatat yang sudah habis.

"Klining.." Suara bel pintu butik, otomatis berbunyi jika pintu terbuka.

"Selamat datang.." Aku menoleh, kecewa... bukan pelanggan yang datang tapi Rizal...