webnovel

Pulau Seberang

Kisah perjalanan Mahila Reena saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya Jana Ariana. Yang kemudian bertemu dengan adik ipar Jana Ala Balian. "Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius. "Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya. Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku. "Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

unn_naeil · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
11 Chs

Kejutan

"Aku tadi lewat depan sini liat kamu, jadi aku mampir" Rizal menjelaskan situasi tanpa kutanya.

"Trus.. mau apa?"

"Mau aku traktir kopi?"

"Aku nggak pernah minum kopi" Aku menjawab singkat.

"Oiya.." Rizal menepuk keningnya

Krining... Suara bel berbunyi, segerombolan perempuan seumuran anak kuliahan masuk kebutik.

"Selamat datang... ,Eh.. Mbak Bela.." Aku mengenali salah satunya, karena dia sudah langganan cukup lama.

"Lho.. Kak Hila jaga sendiri..?" Bela celingak-celinguk mencari karyawan lain.

"Iya.. Merka sakit bareng-bareng karena keracunan makanan" Aku menjelaskan.

"Lho.. Rizal.. Kamu Rizal kan?" Salah satu teman Bela sepertinya mengenal Rizal sambil menunjuk-nunjuk Rizal.

Rizal terlihat bingung karena ada yang mengenalnya.

a

"Katanya kamu pindah ke Jepang, Kak Mila galau banget waktu kamu tinggal, sampe sekarang dia masih nungguin kamu lho" Dia melanjutkan lagi.

"Hil.. aku pergi dulu ya... tiba-tiba ada panggilan rapat" Rizal pergi terbirit-birit seperti orang dikejar debt colector.

Aku mengangkat bahu, tidak peduli. Mereka kupersilahkan memilih-milih koleksi kami. Aku menjelaskan bila ada yang bertanya.

"Wah... masa bilang pindah ke Jepang, padah jelas-jelas dua tahun ini dia menggangguku, kalo cuma mau diginiin ngapain dulu selingkuh segala. Emang... Asli buaya.." Aku menggumam tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rizal.

"Kak.. Kak Hila" Bela didepan ku melambai-lambaikan tangan.

"Kita mau bayar kak.." Bela melanjutkan.

"Oiya, iya" Aku tersadar dan melayani mereka.

Jam lima sore aku sudah menutup butik, sebelum pulang aku menempelkan pengumuman lowongan kerja part time. Karena sangat kewalahan bila aku kerjakan semua sendiri. Meskipun besok dua karyawan ku sudah siap mulai kerja lagi. Lisa masih harus dirawat karena ada radang usus besar.

***

"Hil.. aku diajuin beasiswa dari perusahaan, tapi ada banyak banget tesnya dan harus jurusan pariwisata" Lian menelfon ku setibaku dikost

"Iya coba aja.. kali aja masuk, di kotaku juga ada" Aku mencoba memberi semangat pada Lian.

"Yang bener..." Dia langsung semangat.

"Iya.. agak jauh sih dari tempatku, kira-kira lima puluh menit"

"Itu ma deket.." Dia terdengar semangat.

Sekitar satu jam kami berbincang, entah yang penting atau sekedar tanya kabar dan sederet obrolan kasik lainnya. Kami menyudahi setelah pukul sepuluh malam. Saling mengucapkan selamat tidur dan menutup telfon.

Selama dua bulan kami jarang berkomunikasi, aku sibuk dengan butikku, mempersiapkan event bazar dan kontrak tempat sudah habis, kami harus bersiap-siap untuk pindahan. Aku memang tidak memperpanjang kontrak, karena aku butuh tempat yang lebih luas.

Aku butuh penjahit tambahan karena peminat koleksi kami bertambah banyak. Aku juga butuh tempat tinggal, karena aku tidak nyaman tinggal dikost yang menurutku terlalu ramai.

Aku mendapatkan ruko dengan tiga lantai, Lantai satu akan digunakan untuk butik, bagian belakang dipakai untuk bagian produksi yaitu penjahit.

Lantai dua digunakan sebagai kantor dan sebagai penyimpan stok.

Lantai tiga akan aku gunakan sebagai tempat tinggal ku, aku suka dengan desainnya, teras yang sangat luas, akan aku buat taman kecil yang kutanami bunga dan sayur.

Bagian dalam hanya ada ruangan luas kira kira 6x6m. Satu kamar mandi dan dapur, dibagian belakang ruko ada tangga yang menghubungkan setiap lantai, jadi tidak perlu masuk toko dulu jika akan naik kelantai dua atau tiga. Tapi ada tangga bagian dalam yang menghubungkan lantai satu dan dua. Ruko ini sempurna untukku.

Selama seminggu kami membereskan kantor, galeri dan ruang produksi. Setelah beres urusan pindahan dan beberes tempat kerja aku baru memindahkan barang-barang ku diakhir pekan. Karena aku perlu renovasi rumah dulu, menberikan skat kamar dan butuh memasang rak diruang ganti.

"Huffh... Selesai jugaa...." Aku merebahkan badan dilantai, tapi ini belum berakhir, aku masih harus menyingkirkan debu-debu ini. Mengambil vacumclener menyedot semua debu, memasang sprei, mengepel lantai. Ah... aku lapar dan tidak sanggup lagi kalau harus memasak.

Aku mandi dan memesan makanan dengan ojek online. Aku makan dengan lahap sambil menonton drakor (drama korea) favorit ku. Aku mengantuk, hari ini minggu sore, angin berhembus dengan lembut membuatku terbuai.

"Kririring...

"Halo Lian..."Aku kembali tersadar

"Kamu tidur jam segini? nanti bingung lho.." Lian mengingatkanku, iya juga...

"Aku ngantuk banget baru selesai beres-beres.." aku mengeluh..

"Jalan-jalan aja.. novelnya Andrea Hirata udah rilis lho.."

"Ha.. yang bener..., Iyalah aku ke toko buku aja" Aku segar lagi, Lian menutup telepon setelah aku bilang akan berangkat ke toko buku.

Ada banyak penulis yang aku tunggu-tunggu karya barunya. Dalam setengah jam aku sudah mendapatkan lima novel yang akan aku beli. Aku segera kekasir, karena aku ingin segera pulang dan membacanya.

Aku berjalan keluar toko buku dengan santai dan sedikit bersenandung.

"Hila..." Aku menoleh.. rupanya Mila dan disebelahnya Rizal. Sepertinya mereka sudah kembali bersama.

"Kalian dari mana?" Aku bertanya basa-basi, sebenarnya aku tidak peduli, tapi akan terlihat aneh kalau aku langsung kabur.

"Kita habis nonton bioskop, Ayok makan bareng" Rizal yang menjawab, dengan tatapan mata yang tidak aku sukai. Ada raut kecewa diwajah Mila.

"Aku udah makan tadi sebelum kesini, aku pulang dulu ya.."Aku menuju motorku, memakai helm dan segera melaju.

"Huffh... Rizal ini emang harus dilaporin ibu Susi biar ditenggelamkan" Aku ngedumel sendiri diatas motor.

Aku sampai lalu memarkirkan motor, menaiki tangga sambil mengecek HP

"Hil.. aku pengen ketemu kamu" Pesan dari Rizal.

"Waaaw.. Luar biasa... dia ini manusia jenis apa sih, bisa-bisanya aku dulu naksir sama dia. Dia ini otaknya pajangan apa gimana ya? Yaudah aku block aja lah, mumpung dia nggak tau tempat baruku"Aku ngedumel panjang lebar, sendiri. Aku melanjutkan menaiki tangga dan masuk rumah.

***

"Hil... Aku keterima" pesan dari Lian.

"Syukurlah.... aku jadi kangen..."

"Jemput aku di bandara Hil.."

"Bandara mana?" Aku acuh menanggapi keisengannya

"[foto bandara kota ku]"

"Hah.. nggak usah ngerjain aku..."

Kririring... vidio call dari Lian

"Liat ni kalo nggak percaya..." Dia tertawa-tawa melihat ekspresi kagetku.

"Iya... tunggu ya tujuh belas menit, lewat dua detik" kataku

Aku berlari menuruni tangga mengambil motor dan menuju bandara. Hahaha... dia memang penuh kejutan. Perjalanan terasa sangat lama, seperti sudah berjam-jam aku mengendarai motorku ini. Dari kejauhan dia sudah melambaikan kedua tangannya padaku.

Dia berdiri, meregangkan kedua tangannya, aku turun dari motor dan menghambur memeluknya. Dia menepuk-nepuk bahuku, aku membalas menepuk-nepuk bahunya... kita tertawa bersama.

Dia memeluk pinggangku selama perjalanan, bercerita bahwa minggu depan setelah urusan daftar mendaftarnya selesai dia akan memdaki gunung Lawu bersamaku.

"BTW.. kapan aku setuju?"Aku pu

ra-pura heran.

"Besok kalo udah hari H kamu juga setuju" Dia tertawa-tawa lagi.

Dia menutup mulutnya saat tau rumahku harus menaiki tangga yang sangat panjang. Aku tertawa senang melihat ekspresinya.

"Kamu tiap hari naik turun kayak gini nggak papa" Dia bertanya serius padaku.

Aku mengangkat bahu sambil tersenyum.

"Ayo.." Aku membawakan satu kerdus bawaannya yang terasa ringan, sepertinya isinya kemplang (kerupuk ikan) semua.

"Waaaw... ini ma lebih dari cukup membayar kelelahan naik tangga" Dia melihat sekeliling dengan takjub.