webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
49 Chs

Kembali Sepenuhnya

Kelas XII A

Semenjak mengetahui gadis mungil itu kembali ke sekolah, Laurent selalu mengikuti kemanapun Gibran pergi karena takut kebusukannya terbongkar oleh orang-orang sekitarnya.

"Gibran, kenapa kamu tidak memberitahuku kalau gadis itu sudah pulang dari rumah sakit?" Tanya Laurent heran.

"Memang apa untungnya kalau aku memberitahumu?" Pria berkulit putih pucat itu balik bertanya.

"Oh, aku tahu jangan-jangan kau tidak menyukai keberadaan Anna ya?" Sambungnya.

"Bukan seperti itu, aku hanya terkejut saja tiba-tiba dia masuk ke sekolah lagi." Laurent menjawabnya dengan wajah kaku.

"Apa kau yakin?" Tanya Gibran sambil memicing curiga.

"Iya," sahut gadis agresif itu kikuk.

"Gawat, jangan sampai rahasia besarku terbongkar," sambungnya dalam hati.

Tanpa diberitahu pun, pria berkulit putih pucat itu mengetahui gelagat anehnya Laurent namun dia pura-pura mempercayai bualannya sebab dengan cara seperti ini dia dapat membongkar rahasia besar gadis itu sendiri dengan sangat mudah tanpa harus melakukan interogasi.

"Ini baru permulaan Laurent, ku harap kedepannya kau bisa mempersiapkan diri untuk bersedia mendekam dipenjara," ujar Gibran dalam hati.

Gadis agresif itu masih betah bergelayut manja dilengan kekarnya Gibran, sehingga membuat siswa-siswi penghuni kelas tersebut memandangnya risih namun memang pada dasarnya gadis itu tidak punya urat malu sama sekali jadi ingin berperilaku seperti apapun dia masa bodoh.

"Laurent apa kau tidak malu bergelantungan dilengan sahabatku seperti lintah darat?" Tanya pria berbahu lebar itu sarkas.

"Untuk apa malu? Gibran itu kekasihku," sahut Laurent percaya diri.

"Kekasih? Hey nona kau jangan terlalu percaya diri dong, sejak kapan sahabatku mengencanimu? Haduhh miris sekali," sindir Adnan menohok.

"Yakk Adnan! Jaga bicaramu! Memang kenyataannya dia kekasihku, benar kan Gib?" Ujar Laurent tak terima.

"Hmm gimana ya? Sepertinya sekarang kita hanya sebatas teman saja," jawab pria berkulit putih pucat itu apa adanya.

"Kau masih punya telinga bukan?" Tanya Adnan mengejek.

Laurent melepaskan pegangannya seketika, dengan wajah memerah padam karena harus menahan malu didepan umum setelah itu dia pergi keluar dari kelas dengan kaki dihentak-hentakkan, ingin marah pun percuma sebab rasa obsesi kepada pria berkulit putih pucat itu begitu besar.

Selepas kepergian sang pengganggu, pria berkulit putih pucat itu segera mendaratkan bokongnya dibangku miliknya tepat samping sahabatnya dengan memasang wajah datar andalannya seolah tak ada yang terjadi sebelumnya.

"Aku heran kepadamu Gib, kenapa kau selalu bersikap biasa saja ketika si Lintah Darat itu bergelantungan dilenganmu?" Ujar Adnan heran.

"Ck, kau seperti tak mengenalnya saja Nan, aku melarangnya pun dia tetap memaksa." Gibran menjawabnya malas.

"Namanya juga lintah darat. Jujur aku sangat risih melihatnya, tak ada pantas-pantasnya sama sekali," kata Adnan blak-blakan.

"Apa kau sedang cemburu?" Tanya pria berkulit putih pucat itu asal.

"Tentu saja tidak, buat apa aku cemburu? Jika melihatmu bergandengan tangan dengan Bilqis, baru aku akan cemburu," cerocos Adnan.

"Dasar bucin," cibir Gibran.

"Bucin pada orang yang tepat itu terasa indah sob," jawab pria berbahu lebar itu sambil tersenyum tampan.

Gibran memutar bola matanya terhibur.

"Ngomong-ngomong apa sudah ada kemajuan tentang ingatannya Anna?" Tanya Adnan penasaran.

"Ya begitulah, dia belum mengingatku sama sekali," sahut pria berkulit putih pucat itu datar.

"Sabar ya, aku yakin suatu saat nanti ingatannya kembali seperti semula," ujar Adnan sambil menepuk pundak sahabatnya.

"Tapi harus sampai kapan?" Tanyanya entah pada siapa.

"Sstt jangan menyerah begitu, siapa tahu setelah pulang sekolah, besok atau lusa, amnesia itu sembuh," tutur Adnan sambil tersenyum tipis.

"Ck, kau sok tahu banget jadi orang," cibir Gibran sambil berdecak sebal.

"Hey, tidak ada yang mengetahui datangnya keajaiban," kata Adnan kesal.

"Terserahmu saja," jawab Gibran acuh.

'''''

Tring~

Tring~

Bel tanda istirahat berdering, semua siswa-siswi berhamburan keluar dari sarangnya menuju tempat tongkrongannya masing-masing. Berbeda dengan pria berdimple yang kini sudah ditagih janji oleh sepupunya sendiri beserta sahabatnya dan sepertinya dia tidak dapat menghindar lagi.

"Kau tidak ada niatan untuk kabur kan?" Tegur gadis mungil itu memastikan.

"Tidak, tenang saja," sahut John kikuk.

"Tapi sebelum aku menceritakan tentang kak Laurent, sebaiknya kita makan di kantin saja dulu," sambungnya.

"Tidak ada kantin-kantinan, nanti waktunya terbuang sia-sia John, aku tidak ingin itu terjadi," celetuk Anna kesal.

"Sudahlah John, jangan menunda-nunda waktu, kasihan Anna," kata gadis berjuluk chipmunk itu membela sahabatnya.

"Huft baiklah," jawab John mengalah.

"Ayo, ketaman belakang saja ceritanya." Anna mengajaknya dengan semangat.

Tanpa basa-basi gadis mungil itu segera menggandeng tangannya John sehingga membuat sang empu susah payah menahan gejolak didalam hatinya sedangkan Bilqis hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya saja sambil tersenyum tipis.

Akibat tindakan spontan itu, hampir seluruh pasang mata memperhatikan pasangan sepupu tersebut dengan tatapan berbeda-beda namun mereka sendiri tidak menghiraukannya sama sekali. Ternyata ada saja yang iri melihat kedekatan mereka, sehingga dengan beraninya gadis agresif paling bungsu dalam geng Blue Bird bertindak diluar dugaan.

"Hey, berani sekali kau menyentuh lelaki-ku, lepasin tuh tangan! Jadi wanita, murahan banget sih!" Hardik Nanda sambil menunjuk-nunjuk gadis mungil itu dengan jari telunjuknya.

Anna reflek melepaskan tautan tangannya dengan wajah bingung, bukan karena mendapat serangan tiba-tiba dari gadis agresif yang berada dihadapannya namun dia merasa familiar dengan pelakunya seakan-akan pernah atau bahkan sering mengalaminya.

Sedangkan John maupun Bilqis merasa geram dengan tindakan ataupun ucapan Nanda yang sangat tidak pantas untuk didengarkan, rasanya mereka ingin menjahit mulutnya saja dengan rapat agar tidak bisa berbicara sekalipun.

"Kenapa kau diam saja?! Hahaha aku yakin, kau pasti baru menyadari bahwa kau wanita murahan, benar kan?! Dalam artian kau adalah JALANG! HAHAHA DASAR JALANG MURAHAN!" Umpat Nanda sambil tertawa sinis.

"Nanda! Jaga bicaramu! Ngaca dulu sebelum ngatain orang! Kau sendiri yang dapat gelar seperti itu! Karena dengan percaya dirinya kau menyebut John milikmu?! HAHAHA MIMPIMU TERLALU TINGGI NONA! MANA MUNGKIN DIA MENYUKAI GADIS MENYE-MENYE SEPERTIMU?! BILANG SAJA KAU IRI MELIHAT KEDEKATAN MEREKA YANG TERLIHAT SEPERTI PASANGAN KEKASIH, BENAR KAN?! NGAKU AJA GAK APA-APA KALI!" Cecar gadis berjuluk chipmunk itu sambil tertawa mengejek.

"KAU SENDIRI GADIS MENYE-MENYE BUKAN?! DAN KAU JUGA BERMIMPI UNTUK DAPAT BERSANDING DENGAN KAK ADNAN! ITU SAMA SAJA KAU MENGATAKAN KEBURUKAN MU SENDIRI! KAU TIDAK ADA BEDANYA DENGANKU! KAU PUN TAK PUNYA URAT MALU! SELALU MENGEJAR-NGEJAR KAK ADNAN PADAHAL BELUM TENTU DIA MENYUKAI GADIS KESEPIAN SEPERTIMU!" Sungut Nanda tak mau kalah.

"CUKUP NANDA! Aku tidak ingin mendengarkan cacianmu lagi! Dan ku tegaskan kepadamu, jangan sekali-kali melarang Anna atau menghakiminya karena sebenarnya aku menyukai segala tindakannya," ujar pria berdimple itu penuh penekanan.

"Dan soal Bilqis, sepertinya kau salah besar dalam menilainya buktinya kak Adnan sendiri yang terlihat bucin kepadanya, lalu seenak jidatnya kau mengatai temanku gadis menye-menye sepertimu? Ck, yang benar saja?" Sambungnya.

"Tap_" baru saja gadis agresif itu membantah ucapannya John, sudah dipotong oleh salah satu siswa half nerd satu-satunya disana.

"Stop! Saking asyiknya kalian berdebat hingga tak menyadari Anna sedang kesakitan," ujar Arkand dengan suara deepnya sambil memegang kedua bahunya gadis mungil tersebut.

"Astaga, kenapa kau tidak bilang lebih awal?" Sahut Bilqis khawatir.

"Minggir, biar aku saja yang memegangnya," usir pria berdimple itu dengan memasang wajah tak suka.

"Na, kau kenapa?" Tanya John khawatir.

Nging~

Gadis mungil itu tidak mendengarkan ucapan sepupunya, yang dilakukannya hanya menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangannya sambil meringis kesakitan karena semenjak adu mulut itu terjadi tiba-tiba telinganya berdengung disertai suara sayup-sayup yang saling bersahutan.

"Na, biarkan aku mengantarmu ke ruang UKS ya? " Arkand menawarkan dirinya tidak peduli dengan death glare yang John lemparkan untuknya.

"Anna, lebih baik pulang saja ya, nanti aku yang minta izin kepada Bu Nurma," ujar Bilqis khawatir karena sahabatnya mulai mengeluarkan keringat dingin.

Anna masih tidak meresponnya, sehingga membuat orang-orang yang mengerumuninya ikut merasa tegang dengan suasana seperti ini kecuali Nanda.

"Halah, mungkin dia hanya pura-pura atau sedang mencari sensasi saja," cibir Nanda dengan wajah angkuh.

"Jika kau tidak tahu, lebih baik diam saja!" Tukas Bilqis geram.

"Na, jawab dong, jangan bikin kita khawatir," ujar pria berdimple itu dengan wajah gusar.

Grep!

Tubuh mungil itu hampir saja terjatuh menyentuh lantai jika John tidak segera menahan pinggang rampingnya, tanpa berpikir panjang dia membawa sang terkasih ke ruang UKS dengan menggendongnya ala bridal style sedangkan Bilqis dan entah dapat keberanian darimana Arkand ikut membuntutinya dibelakang mereka.

Sesampainya disana, dia segera membaringkan Anna pada salah satu brankar yang tersedia diruang tersebut.

"Untuk apa kau ikut kemari?" Tanya John tak suka, entah kenapa hatinya selalu cemburu ketika melihat pria bak dewa Yunani itu berada disekitar mereka.

"Ingin mengetahui keadaannya Anna, memang tak boleh?" Sahut Arkand apa adanya.

"Kenapa John selalu terlihat cemburu setiap melihat bocah ini?" Tanya Bilqis dalam hati.

Suasana diruang tersebut mendadak terasa mencekam karena pria berdimple itu selalu menatap nyalang kepada Arkand yang sayangnya tidak ditanggapi sama sekali oleh sang empunya sedangkan Bilqis hanya diam saja, meskipun dia cerewet tapi tidak pandai dalam mencairkan suasana.

Brak!!

Pintu berwarna putih gading itu terbuka dengan kasar, pelakunya adalah pria berkulit putih pucat beserta sahabatnya lalu disusul oleh Rama dengan wajah datar andalannya dan juga Devan yang selalu setia disampingnya.

"Kenapa ini bisa terjadi kepadanya?" Tanya pria berkulit putih pucat itu datar namun tersirat kekhawatiran.

"Begini kak, aku tidak sengaja melihat Nanda menyerang Anna tiba-tiba, lalu Bilqis dan John meladeninya adu mulut sampai melupakan keberadaannya hingga tak menyadari bahwa Anna diam saja karena telinganya merasa kesakitan dan berakhirlah dia pingsan," jelas pria jelmaan Dewa Yunani itu apa adanya.

"Serius John?" Tanya Rama tak percaya.

"Hmm." John hanya menyahutnya dengan gumaman malas.

"Laurent dan Nanda, memang tidak ada bedanya," cibir Adnan.

"Maklumlah satu titisan," timpal Devan membenarkan.

Gadis berjuluk chipmunk itu lebih memilih diam saja, sambil memegang kedua telapak tangannya Anna, hatinya merasa tidak tenang melihat sahabatnya kembali terbaring lemah walaupun bukan dirumah sakit seperti sebelumnya.

"Kenapa belum siuman juga? Na, cepatlah bangun, bukankah kau ingin mengetahui tentang kak Laurent sepenuhnya?" Gumam Bilqis.

Tiba-tiba jari mungil itu tergerak dengan perlahan, manik bambi sewarna hazelnut nya pun mengerjap.

"Bang Gibran..."

Semua orang yang berada diruangan tersebut membelalakkan matanya, bukan karena melihat gerakan kecil dari tangan ataupun matanya namun suara lirih dari bibir yang gadis mungil itu ucapkan. Tanpa membuang waktu Gibran segera mendekat kearah sang terkasih, senyumnya kembali muncul walaupun sangat tipis.

Netra itu perlahan membuka, membiaskan cahaya yang berlomba menerobos masuk ke manik bambinya. Gadis mungil itu segera memeluk seseorang yang berada di dalam hatinya, seseorang yang sempat hilang dari ingatannya.

"Maafkan aku bang, karena sempat melupakanmu," ucap gadis mungil itu lirih.

"Tidak masalah, yang terpenting kau sudah mengingatku kembali," balas Gibran lembut.

"Tapi aku jahat, karena kau pasti merasa sedih," kata Anna tak terima.

"Sstt, ini bukan salahmu," sahut pria berkulit putih pucat itu sambil mengeratkan pelukannya.

''''''

"Singkat saja, waktu Nanda menyerangku tiba-tiba semua memori yang sempat hilang menerobos otakku secara beruntun, itulah sebabnya mengapa aku diam tak bergeming sambil menutup kedua telingaku, hingga semuanya memenuhi dan karena aku tak kuat dengan pening dikepala akhirnya pingsan," tutur gadis mungil itu sambil tersenyum tipis.

"Hebat, ternyata serangan Nanda ada gunanya juga," ujar Devan sambil berdecak kagum.

"Van apa kau sehat? Tetap saja dia salah karena sudah berucap kasar kepada Anna!" Kata pria berparas anime itu kesal.

"Tahu tuh kak Devan gimana sih?" Timpal Bilqis sambil merengut lucu.