webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
49 Chs
avataravatar

Cemburu Buta

Happy Reading 📖 💜

𝘊𝘦𝘬𝘭𝘦𝘬!

Suara terbukanya pintu itu mampu mengalihkan atensi ketiga makhluk berbeda jenis kelamin yang berada didalam ruangan itu, lalu tak lama kemudian nampaklah pria berkulit putih pucat masuk berniat untuk duduk didepan brankar namun dia merasa heran kala tak mendapatkan seseorang yang dicarinya.

"jika bang Gibran mencari Anna, sekarang dia sedang jalan-jalan ditaman dengan bang Rama, " Ujar pria ber 𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu seakan membaca pikiran saudara kandungnya.

"kenapa harus dengan Rama, bukankah kau sepupunya? " Tanya Gibran dengan emosi teredam.

"Bang, apa kau lupa dengan kondisinya sekarang? " John membalasnya dengan pertanyaan.

"Aku tidak lupa, hanya saja kita tetap harus mewaspadai Rama, karena bagaimanapun juga dia tidak terlalu dekat dengan kita, " Cecar pria berkulit putih pucat itu geram.

"lalu kami harus curiga kepada bang Rama karena takut akan berbuat yang tidak-tidak bahkan sampai menculiknya, begitu? " Sahut John dengan nada mengejek.

"bang, bang, aku tahu sebenarnya kau cemburu dengan bang Rama karena dia yang lebih beruntung dari kita, jujur aku pribadi ada rasa tak rela bercampur syukur karena bang Rama yang dianggap sepupunya, bukan si Evans, " Sambungnya.

"maaf Gib, aku ingin membenarkan ucapan John, menurutku ada benarnya juga lagipula kalau diperhatikan Rama terlihat sangat menyayangi Anna, bahkan dia banyak bicara dan tersenyum, mungkin kalau dia mikirnya '𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢-𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶? ' dijamin gak bakal rela menemani Anna ke taman karena menurutnya sangat merepotkan, " Tutur Adnan panjang lebar.

"Aku tidak cemburu hanya saja_"

"hanya saja apa bang? Sudahlah sebaiknya untuk sementara terima saja kenyataan pahit ini ," Cela pria ber 𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu berusaha membuka jalan fikiran saudara kandungnya.

"sudahlah jika kau tak bersedia menjaga Anna, biarkan aku saja yang melakukannya sendiri, " Sahut Gibran geram.

"terserah, " Jawab John final.

Tanpa berfikir panjang pria berkulit putih pucat itu segera melenggang pergi begitu saja, dia menjelajahi setiap sudut bangunan RS tersebut dengan kaki jenjangnya tak lama kemudian pria itu sampai ditempat tujuannya, setelah itu ia pun segera menyapu pandangannya.

Selang lima menit Gibran sudah menemukan sosok gadis pujaan hatinya, namun ketika ingin beranjak menemuinya onyx kelamnya membola sempurna kala melihat adegan yang sangat menyesakkan dada.

𝘈𝘯𝘯𝘢 𝘱𝘰𝘷 𝘰𝘯

Menurutku bang Rama adalah kakak sepupuku yang paling pengertian karena dia sangat baik kepadaku, selain itu dia selalu mengutamakan keinginanku seolah hanya akulah yang menjadi prioritasnya.

Aku berharap dia akan seperti ini seterusnya, karena sejujurnya aku merasa sangat nyaman ketika sedang berdua ataupun bercanda dengannya. Aku tidak rela jika ada gadis lain yang mendekatinya, hal itu akan membuatku merasa cemburu. Aku memang gila karena menyukai sepupu sendiri, tapi apakah aku salah dengan perasaanku ini?

"Na, " Aku sedikit tersentak mendengar suara 𝘩𝘶𝘴𝘬𝘺 miliknya.

"ada apa bang? " Tanyaku heran.

"hmmm bolehkah aku menciummu? " Ujarnya meminta izin kepadaku.

"yakk dasar mesum, " Teriakku sambil memukul lengannya main-main.

"Aku hanya mesum kepadamu saja kok, tidak masalah bukan? " Sahutnya sambil menaik turunkan alisnya untuk menggodaku.

"tidak boleh, disini ramai, " Aku merutuki diriku sendiri karena sudah menjawab dengan ambigu.

"berarti jika dirumah aku boleh melakukannya, " Sial, dia semakin gencar menggodaku.

"yakkk berhentilah menggodaku, " Aku merengek kesal. Lalu menyembunyikan wajahku dengan menggunakan kedua tanganku untuk menutupi pipiku yang terasa semakin memanas.

"astaga, bagaimana aku bisa bosan kalau mempunyai sepupu menggemaskan sepertimu, " Ucapnya sambil mengusak rambutku dengan sayang.

Setelah itu dia tiba-tiba memelukku dengan posesif, seolah-olah tak ada yang bisa merebutku darinya. Jika dia selalu memperlakukanku seperti ini, bagaimana bisa aku mengenyahkan perasaan ini?

𝘈𝘶𝘵𝘩𝘰𝘳 𝘱𝘰𝘷 𝘰𝘯

Pria berparas 𝘢𝘯𝘪𝘮𝘦 itu terlihat menikmati kesempatan ini, sambil sesekali tertawa geli kepada Anna yang masih setia menyembunyikan wajahnya bahkan mendusalkan kepalanya didada bidangnya.

Sedangkan Gibran masih bergeming ditempatnya, rahangnya mengeras sambil menekan lidah didalam mulutnya untuk menahan emosi yang teredam. Iri? Tentu saja dia merasakannya karena seharusnya pria berkulit putih pucat itu lah yang berada di posisi Rama sekarang, ingin menyalahkan merekapun percuma karena ini bukan salah mereka sama sekali.

"Gibran, apa yang sedang kau lakukan disana? " Tegur Rama heran.

Pria berkulit putih pucat itu tersentak namun bukannya menjawab, alih-alih justru pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Bang, temanmu aneh sekali, " Cibir gadis mungil itu heran.

"entah, abang pun tak tahu, " Sahut Rama acuh.

'𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘱𝘶𝘱𝘶𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘕𝘢, '

Rama hanya mampu tersenyum miris, ketika menyadari perannya yang hanya sementara karena bagaimanapun juga dia harus membantu gadis mungil itu sembuh dari amnesia nya, namun dia bersyukur telah diberi kesempatan oleh Tuhan agar lebih dekat dengan pujaan hatinya.

''''

"John, bukankah mereka sudah lama keluar? Kenapa belum kembali juga? " Tanya gadis berjuluk 𝘤𝘩𝘪𝘱𝘮𝘶𝘯𝘬 itu heran.

"Kau benar juga Bil, kira-kira mereka pergi kemana? " Sahut John sambil bertanya-tanya.

"mungkin mereka betah ditaman, " Jawab Adnan asal.

"aishhh masalahnya sebentar lagi hari mulai petang, " Pria ber 𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu menggerutu kesal.

"kalau begitu kau harus menyusul mereka, " Ucap Bilqis memberikan solusi.

"baiklah, " Jawab John final.

Setelah itu John segera beranjak dari duduknya berniat untuk menyusul gadis pujaan hatinya yang mungkin sedang bermanja-manja ria dengan Rama, namun baru saja sampai didepan pintu tiba-tiba suara knop pintu diputar terdengar dari luar, lalu perlahan seorang gadis masuk dengan menggunakan kursi roda yang didorong oleh pria berparas anime dengan hati-hati.

"eoh John, apa kau sudah ingin pulang? " Tanya gadis mungil itu penasaran.

"tidak, aku berniat untuk menyusul kalian, " Sahut John apa adanya.

"menyusul kami? " Rama mengulangnya.

John hanya menganggukkan kepalanya saja "aku hanya ingin memberi tahu kalian bahwa hari sudah mulai petang, "

"Kau ini aneh sekali John, bukankah lewat pesan singkat atau panggilan juga bisa? Lalu kenapa harus repot-repot menyusul kita? " Tanya Anna heran.

"ah_aku lupa Na, " Jawab pria ber 𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu sambil menggaruk pipinya yang mendadak gatal.

"aishh yasudahlah, " Celetuk Anna geregetan.

"Bang Rama~ ayo, aku sudah lelah, " Sambungnya sambil merengek.

"makanya jangan bandel, sudah tahu belum pulih total pake acara minta keliling taman segala, " Ujar pria berparas 𝘢𝘯𝘪𝘮𝘦 itu dengan memasang wajah sok garang.

"tapi kan aku ingin menghirup udara segar, " Sahutnya sambil mempoutkan bibirnya.

"hmm tapi lain kali jangan diulangi lagi ya, " Titah Rama mutlak.

"iya deh, " Jawab Anna mengalah.

Kemudian pria berparas 𝘢𝘯𝘪𝘮𝘦 itu segera mendorong kursi rodanya dengan pelan-pelan menuju brankar karena Anna merasa lelah akibat mengelilingi taman RS yang cukup luas.

Sedangkan John menatap kedua insan itu dengan miris lalu tersenyum kecut setelahnya, rasa cemburu menggerogoti hatinya tapi sebisa mungkin dia harus menahannya karena sadar bahwa gadis mungil itu sedang mengalami hilang ingatan.

Sementara itu Bilqis dan Adnan yang selaku sahabat dari Pradipta bersaudara beserta gadis mungil kesayangan mereka (Gibran dan John) memahami posisi tersulit seperti sekarang ini, maka dari itu mereka harus setia mendampingi kedua sahabatnya ya walaupun kadang-kadang menjalankan misinya.

"John, kenapa kau masih berdiri disitu? Apa kau tak cemburu melihat kekasihmu duduk dengan pria lain? " Tanya gadis mungil itu heran.

Pria ber 𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu tersentak dari lamunannya, dengan wajah blank karena ucapan Anna yang mampu menohok hatinya.

"yakk Anna, aku bukan kekasihnya John, " Teriak Bilqis tak terima.

"eh? Benarkah? " Tanya Anna ragu.

"iya Na, jadi berhentilah bilang seperti itu, " Sahut Bilqis sambil mempoutkan bibirnya kesal.

"Aku fikir kalian sepasang kekasih, soalnya waktu sebelum aku kecelakaan kalian terlihat sangat akrab, " Ujar gadis mungil itu apa adanya.

'𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘕𝘢, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯, 𝘥𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘥𝘪𝘬𝘦𝘭𝘢𝘴'

"aishh kau ini ada-ada saja, " Celetuk Bilqis.

"Bilqis itu calon masa depanku, asal kau tahu itu, " Ujar pria berbahu lebar itu dengan nada kesal yang ketara.

Tak tahukah Adnan akibat ucapannya pipi gadis berjuluk 𝘤𝘩𝘪𝘱𝘮𝘶𝘯𝘬 itu merona hebat? Hanya saja dia memilih untuk menundukkan kepalanya agar tak ada yang menyadarinya.

"Astaga serius kak?! Lalu bagaimana dengan nasib kak Becca? " Tanya Anna sok dramatis.

"Becca itu bukan siapa-siapa ku Na, dia hanya teman satu kelas saja, " Jelas Adnan gregetan.

"ehehehe maaf deh, aku tak tahu apa-apa tentang kalian, " Sahut Anna dengan cengiran watadosnya.

"tak masalah, " Jawab Adnan acuh.

Lalu apa kabar dengan pria ber 𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦? Posisinya tetap sama, dia masih bergeming ditempatnya berdiri dengan berbagai pikiran yang bercabang, mengabaikan semua tatapan heran dari kedua pasangan adam dan hawa.

Sampai kapan dia harus menjaga jarak dengan gadis pujaan hatinya? Tetap saja dia akan merasa lelah dikemudian hari karena bagaimanapun juga dia hanyalah manusia biasa.

'𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘪𝘯𝘺𝘢?'

Perlahan John melangkahkan kakinya menuju gadis mungil yang kini sedang berbaring sambil memainkan jemari kekar milik Rama sesekali terkikik geli karena pria itu meringis kala sang empu meremas jarinya dengan keras.

"Na, bolehkah aku memelukmu? " Pria ber dimple itu meminta izin dengan wajah sendu.

"eh? " Sahut gadis mungil itu sambil mengerjap lucu.

John segera menarik gadis mungil itu kedalam dekapan hangatnya tanpa menunggu persetujuan dari sang empu terlebih dahulu, hanya dengan cara seperti inilah dia bisa meluapkan perasaan rindunya terhadap Anna.

Sedangkan Anna hanya mematung di posisinya tak menolak ataupun tak membalasnya, karena dia merasa 𝘥𝘦𝘫𝘢𝘷𝘶. Rasanya begitu familiar seperti pernah merasakan sebuah pelukan hangat itu terjadi namun dia lupa dengan wajah pelakunya.

"maaf bukannya aku lancang, tapi aku sedang merindukan sepupuku karena dia pun seumuran denganmu, " Ujar pria ber 𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu lirih.

"tak apa John, " Sahut Anna sambil tersenyum tipis walaupun tahu pria itu tak melihatnya.

'''''

Di lain sisi pria berkulit putih pucat itu tidak berminat untuk makan malam bersama keluarga besar Pradipta, menghiraukan panggilan mamahnya berpuluh-puluh kali karena pikirannya hanya satu yaitu waktu gadis pujaan hatinya berpelukan dengan seseorang yang disangka sebagai sepupunya terlihat sangat cocok jika disandingkan kesimpulannya CEMBURU BUTA.

Seperti saat ini Gibran sedang mengamuk dikamar nya yang bernuansa hitam putih seperti kehidupannya dulu sebelum bertemu dengan gadis mungil itu.

𝘗𝘙𝘈𝘕𝘎𝘎𝘎!

Lagi? Dia meninju cermin dengan tangan kosongnya tak peduli serpihan kaca menancap ditangannya beserta darah yang mengalir deras hingga menetes dilantai, setelah itu dia kembali membanting vas bunga dengan keras sehingga pecah seketika.

Seolah tak cukup dia kembali memporak-porandakan king size beserta isi kamarnya dengan sebuah teriakan yang terdengar sangat frustasi.

"ARRRGGGHHH SAMPAI KAPAN AKU HARUS MELIHAT DIA BAHAGIA DENGAN ORANG LAIN?! SAMPAI KAPAN INGATANNYA HILANG?! SAMPAI KAPAN?! AKU SUNGGUH TAK TAHAN YA TUHAN!! " Teriaknya.

Setelahnya tubuh pria berkulit putih pucat itu meluruh dilantai sambil menangis pilu membuat siapapun yang melihatnya akan menyayat hati, pandangannya kosong dengan menerawang jauh, pikirannya selalu melayang tentang apa yang dilihatnya waktu siang hanya tersisa raganya disini, tepat sekali Gibran terlihat seperti mayat hidup hanya karena cemburu buta yang lebih mendominasi nya.

Dia enggan bergerak dari posisinya, membiarkan darah segar membanjiri baju beserta jeans yang dikenakannya, mungkin sebentar lagi dia akan kehilangan banyak darah.

𝘛𝘰𝘬! 𝘛𝘰𝘬! 𝘛𝘰𝘬!

Suara ketukan pintu terdengar jelas di telinganya namun hal itu tidak membuat pria berkulit putih pucat masih betah di posisinya, menghiraukan teriakan khawatir dari sanak saudaranya.

"𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘱𝘢𝘱𝘢𝘩 𝘥𝘰𝘣𝘳𝘢𝘬?! " Teriak papah Yanuar diluar sana.

Sekali lagi pria berkulit putih pucat itu hanya memandang pintu kamarnya dengan kosong, pandangannya mengabur kala pintunya berhasil dibuka secara paksa karena dobrakan papahnya dan semuanya berteriak panik saat gelap menyerang manik kelamnya.

TBC