webnovel

Possessive Wife

Kisah drama keluarga, seorang istri yang memiliki sifat posesif dari suami yang sangat penyabar..

Christina_240986 · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
12 Chs

Bab 12

Hari ini suami lepas piket, aku terbangun dan melirik ke arahnya yang masih terlelap berbalut selimut. Tumben masih tidur, gumamku dalam hati. Mungkin suamiku terlalu lelah, selain ia harus bekerja, juga terlalu sering sibuk dengan pekerjaan rumah tangga.

Biasanya selelah apapun, selalu bangun lebih awal dan mengerjakan beberapa pekerjaan IRT. Ada perasaan was-was di hatiku, ku tatap lagi wajahnya lekat, ku perhatikan dadanya, ahhh, lega, suamiku masih bernafas.

Aku keluar dengan mengendap-endap, takut ia terbangun. Bergegas ke belakang, mengerjakan beberapa urusan rumah tangga, mencuci piring, memasak nasi, membersihkan dapur, terakhir membersihkan rumah.

Aku mengintip sedikit dari balik pintu, pak suami masih terlelap, ku lanjutkan rutinitasku dengan mandi, kemudian bersolek sedikit. Sejak hamil aku merasa wajahku sangat kusam, sekalipun sudah berdandan, tetap terlihat kusam.

"Sayang, sudah cantik aja," tegur pak suami yang tanpa ku sadari ia telah terbangun dan berdiri di belakangku.

"Iya, tapi bunda belum masak yah," jawabku menoleh ke arahnya kemudian tersenyum.

"Iya, nanti beli lauk pauk matang aja bun, ga apa-apa ga masak, santai aja, masak nasi sudah?" tanyanya kemudian mengambil handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi.

"Sudah sayang," jawabku.

"Yahh ... bunda mau ngomong boleh?" tanyaku lagi, aku sedikit berteriak, agar suamiku yang ada di dalam kamar mandi mendengar suaraku jelas.

"Tanya apa sayang? Sebentar to, habis ayah mandi, kita bli makan, baru ngobrol ya ...." ucap suamiku.

"Baiklah, oke boss," jawabku singkat.

Ku ambil ponsel suamiku, ku mainkan sembarang, melihat semua aplikasi. Seperti sudah menjadi kebiasaanku, mengintip segala sosial medianua. Tanpa kusadari suamiku sudah berdiri di belakangku.

"Ngintip apa bun? Hayo ... Kepo ya?" tanyanya, di elusnya pucuk kepalaku perlahan.

"Ga ngintip kok yah, kan sengaja lihat. Boleh donk kalau istri kepo sama suami, biar tahu, kalau ada yang aneh-aneh nanti bisa di tindak sesegera mungkin, hihihi ...." jawabku menoleh ke arahnya sambil terkekeh, dan membalikkan badanku.

"Ada-ada saja, aneh-aneh terus, ga bosan apa, curiga mulu sama suami? Ya sudah kita kluar dulu yuk, cari makan, atau mau beli lauk pauknya saja? Hmm ....?" Ajak suamiku kemudian.

"Lauk pauk aja sayang, kan sudah ada nasi, biar ga boros juga," jawabku sambil merapikan rambutku yang sedikit panjang.

"Oke, yuk jalan, biar ga keburu siang." Lelakiku sudah berjalan lebih dulu setelah memakai topinya. Itulah ciri khas dia, selalu memakai topi kemanapun pergi.

Aku mengikutinya, kemudian kami berkeliling mencari warung yang buka untuk membeli lauk pauk teman sarapan kami, kebetulan tadi pagi aku sudah memasak nasi, the first mungkin yah, karena biasanya pak polisiku yang memasak. Ahh, luar biasa.

*****

"Yah ...." ucapku memanggil pak suami yang tengah duduk memainkan ponselnya di teras depan di rumah kami.

"Bunda mau tanya apa? Hmm?" tanyanya, ia masih fokus sama ponselnya, bahkan bertanyapun tak menoleh ke arahku.

"Taruh dulu hpnya sayang, ga bisa ya?" ucapku dengan nada yang lebih tinggi kemudian aku duduk di sebelahnya.

"Iya, iya sayang, apa?" Andra menatapku lekat, hpnya ia taruh di depannya, di atas meja.

"Sayang, kemarin ibu-ibu itu cerita ini itu, juga bilang kalau ayah bisa aja baiknya karena kita baru nikah, dan bla, bla, bla ...." Kuceritakan semua apa yang ku dengar kemarin dari ibu-ibu asrama.

"Bunda percaya? Ayah kan sudah bilang sama bunda, jangan terlalu mendengarkan cerita orang, ayah ini suami bunda, harusnya bunda bisa lebih percaya ayah. Masalah suami mereka ya itu urusan mereka, yang penting ayah tidak seperti itu ya ... Bukan maksud ayah membela diri, bundapun bisa menilai sendiri," jelas suamiku.

"Ayah janji ga nakal?" tanyaku lagi.

"Janji ... Kalau ayah nakal, sudah pasti rumah tangga tidak akan bahagia, hancur." Suamiku mencoba meyakinkanku.

"Satu lagi, jangan terlalu sering kumpul-kumpul sama ibu-ibu ya, ayah khawatir bunda dengar yang tidak-tidak dan membuat kita bertengkar tidak jelas. Ayah tidak suka. Ayah malas bertengkar," lanjutnya.

"Iya sayang. Siap." Ku berikan senyum termanisku pada pak polisi yang sudah berhasil mencuri hatiku ini.

Ahhhh, mana sangka, jodoh seunik ini. Akan ku kisahkan bagaimana perkenalanku pada awalnya dengan doi, dulu, tahun 2011 lalu, ketika hp belum memiliki fasilitas bbm, whatsapp dan saudara-saudaranya. Seorang teman menawarkanku untuk berkenalan dengan doi melalui tlp dan sms, aku di Bali, doi di Papua.

Perkenalan aku terima, 1 minggu berkenalan doi memintaku untuk jadi kekasihnya, kenapa cepat? Alasannya ia harus dinas di wilayah tanpa signal, jadi mau tidak mau sebelum ke tempat tugas, harus sudah benar-benar mengikatku meski itu sekedar pacaran.

Oke, waktu itu akupun menerima doi sebagai pacar, walau kami sama sekali belum pernah bertemu, selama pacaran, komunikasi masih bisa di hitung dengan jari, karena doi jarang turun ke kota untuk mencari signal. Ia lebih sering berada di tempat tugas disebabkan jarak ke kota menempuh waktu berjam-jam dengan jalan yang sulit.

Dan akhirnya kesabaranku di uji, aku tidak kuat, banyak pertanyaan dan ketakutan-ketakutan yang menghantuiku.

Apakah dia serius? Kenapa jarang memberi kabar? Seandainyapun dia ke Bali, apa iya benar aku yang akan di pilih? Apa iya saat ini cuma aku satu-satunya?

Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku berfikir secara logis, rasanya semua itu mustahil. Aku mulai bermain-main, mencoba dekat dengan orang lain, dan akhirnya, doipun tahu. 5 bulan kisah cinta LDR yang tidak pernah bertemu itupun kandas begitu saja.

Ku lalui hari-hari baruku seperti biasa, mulai mengenal cinta yang nyata melalui orang-orang terdekat atau ssekitark. Tapi sayang, gagal dan selalu gagal lagi, begitu terus.

Oktober 2018, aku mulai berfikir, sesulit inikah aku menemukan jodohku? Tiba-tiba aku teringat dengan doi, baru saja mengenangnya, ada notif permintaan pertemanan di facebookku, dan itu doi, belum sempat aku menerimanya, doi sudah memblokirku terlebih dahulu.

Aku tidak menyerah, terpaksa aku membuat akun facebook baru, aku menemukannya, ku tambahkan sebagai teman. Sayang, permintaan pertemananku di abaikan, aku kirimkan pesan melaluu inbox, pesankupun tak di bacanya.

Lagi-lagi, tak ada kata menyerah. Dengan memberanikan diri, aku kirim permintaan pertemanan kepada beberapa teman-teman seprofesinya, yang aku fikir berada dalam 1 tempat tugas dengannya.

Hasilnya, NIHIL. Astaga, susah sekali aku menemukannya, ku putuskan ambil waktu sampai Desember 2018, jika sampai akhir tahun tak juga menemukannya, itu artinya dia bukan jodohku.

Ahhh, niatku sekedar meminta maaf, itu tepatnnya. Sekalipun menemukannya, belum tentu dia masih sendiri. Mungkin saja dia telah memiliki kekasih, atau bisa jadi sudah menikah. Setidaknya, setelah meminta maaf padanya,jalanku untuk bertemu jodoh dipermudah.

Bersambung....