webnovel

pondasi huruhara

Dunia magis dimana banyak para ahli berada... Pondasi huruhara adalah sebuah organisasi (Paguyuban) yang memiliki beberapa anggota dengan macam macam ahli dan kemampuan unik. kisah cerita akan berfokus ke petualangan Yaq dan Bag seorang ahli yang mempunyai kekuatan petir..

pencerita_mu_96 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
26 Chs

Ular Mata Putih

"jadi ini tempatnya? tempat ini indah" ucap Bag sembari melihat kearah pemandangan yang ada di depannya.

Tempat itu adalah air terjun yang sebelumnya di temukan oleh Yaq, selain air terjun, di sana juga terdapat danau dan banyak bebatuan.

"Lihat, kau nampak batu yang di sana itu?"

Ucap Yaq kepada Bag, sambil memberikan isyarat kearah batu yang ada di tengah danau.

"Iya ada apa Yaq?"

"Coba kau melompatlah kesana dan diamlah sebentar"

"Hah?"

Mendengarkan perkataan dari Yaq, Bag langsung menjadi bingung.

Untuk apa dia menyuruhnya diam di tengah tengah danau?

Kenapa bukan dia saja yang melompat dan diam disana?

Dirinya hanya terdiam dan melihat batu itu dari pinggiran danau.

Perasaan kurang enak ia rasakan dalam perintah Yaq kali ini.

"Cepatlah kesana Bag"

Ucap Yaq yang segera menyuruhnya untuk melompat.

Mendengar itu dirinya mau tidak mau melompat ke tengah danau tersebut dan mendarat persis di atas batu yang berada di tengah tengah danau.

Tepat di saat Bag mendaratkan kakinya di atas batu itu.

Sepasang mata bersinar, di dalam dasar danau tersebut.

Segera gelombang dan riak air tercipta di permukaan danau, air yang semula tenang kini terlihat berombak dan tidak teratur di 1 titik.

"ZRAAAAASSSSHHH"

Sesosok makhluk muncul dari dalam danau dan berdiri menjulang ke atas dengan gagahnya.

Besar makhluk itu tidak terlalu besar, berkisar 1-2 meter.

Namun tinggi dari makhluk ini tidaklah sepele, dari permukaan air tubuh makhluk menjulang ke atas 6 - 7 meter, bayangkan dengan sisa tubuhnya yang ada di dalam danau itu.

"Ular mata putih?"

'kenapa ada makhluk ini di tempat seperti ini?' pikir Bag, dirinya tidak menyangka akan bertemu hewan magis tingkat 6 disini.

Sangat jarang untuk menemukan hewan magis tingkat 6 di dalam danau, tapi sekarang makhluk ini ada di sini, itu berarti danau ini bukanlah tempat biasa.

Mungkin ini alasan Yaq bilang soal gempuran yang akan datang.

Dirinya sekarang menjadi semakin bingung untuk melakukan sesuatu. Ia diperintahkan Yaq untuk ketengah danau dan diam, tetapi tanpa ia duga malah ada hewan magis yang muncul, apakah ia harus melawan?

Ini bukan hewan magis biasa, tapi tingkat 6, hewan yang bahkan di hindari Ahli ilmu beladiri di ranah Ksatria.

Di kepala Bag terbersit pikiran untuk melarikan diri, karena sejujurnya dia sendiri sadar kalau kekuatannya belum cukup untuk menghabisi hewan magis tingkat 6 ini.

Walaupun tingkatannya sama dengan kupu-kupu ilusi tetapi ular mata putih jauh lebih unggul di kekuatan fisik.

Sedangkan kupu ilusi sangat unggul dalam memperdayai mangsanya.

Pada akhirat dirinya tidak berani untuk melakukan gerakan apapun, namun tidak dengan ular yang ada di depannya, sedari tadi ular itu terus melihat ke arah Bag, Bag pun sedikit bingung dengan tingkah dari ular ini.

Dirinya seperti sedang di pelototi oleh kedua mata dari ular itu.

Setelah memelototi Bag, dan seakan sadar akan sesuatu, ular itu langsung membuka mulutnya lebar-lebar dan berniat memangsa dengan gigi taringnya mengarah ke Bag.

Bag yang kaget pun tidak sempat untuk bereaksi, bahkan dirinya ingin berteriak sekarang namun tidak bisa.

Dirinya terhenti dan kaku hanya bisa melihat ke arah ular itu.

"BOOOM"

Sebuah ledakan besar terjadi tepat di depan Bag, ular itu terseret hingga ke sisi danau yang lain dan terlihat linglung.

Di sisi lain dari arah ledakan, Yaq terlihat telah mengayunkan tangannya tepat ke arah ular besar itu.

Bag pun tidak melewatkan kesempatan itu, dirinya langsung melompat ke tempat dimana Yaq berada.

Namun, tidak hanya Bag, ular mata putih tersebut juga melesat dengan cepat bergerak lurus kearah Yaq

Yaq yang menyadari hal itu langsung melompat pergi dan kemudian berkata;

"Kita mundur Bag"

Bag yang mendengar itu seketika mengaktifkan petir di kakinya dan kemudian melesat menyusul Yaq.

Dirinya agak sedikit terlambat menyadari Yaq yang melompat pergi, sehingga dia hampir ditelan oleh mulut dari ular itu.

Andai dia telat mengaktifkan petir kakinya itu, maka pasti dirinya sudah termakan jadi santapan hidup hidup oleh hewan buas itu.

Di sisi lain mereka sudah berada di atas sebuah ranting pohon, dan dari kejauhan mereka mengamati danau itu lagi.

Sesaat setelah Bag melompat, ular itu tidak terus mengejar, melainkan berbalik arah kembali ke dalam perairan danau itu.

Itu cukup aneh mengingat ular mata putih bisa mencium aroma mangsanya dari jarak jauh, di tambah lagi kecepatannya di katakan setara dengan ranah Ksatria.

Tapi kenapa dia tidak meneruskan untuk mengejar Bag, dengan kecepatan ular itu, ranah Pendekar bahkan tidak memadai.

Bag tertolong karena ada petirnya, tapi jika itu kejar kejaran jangka panjang, pastilah Bag akan tetap terkejar oleh ular tersebut.

"Apa kau gila Yaq!! menyuruhku jadi tumbal di danau itu?!!"

Gerutu Bag kepada Yaq, dirinya kesal karena merasa di jadikan umpan hidup untuk makhluk buas itu

Melihat itu Yaq hanya tertawa kecil dan kemudian berkata;

"Kenapa tidak kau hantam saja makhluk itu tadi?"

"Apa kau gila!!? Itu hewan magis tingkat 6! Kau pikir seranganku bisa mengatasinya?!

Kembali dirinya mengerang dan memarahi Yaq karena di jadikan umpan hidup.

"Itu sebabnya aku menyuruhmu untuk terus mencapai tingkat ranah yang tinggi"

Ucap Yaq dengan nada yang tegas.

Bag seketika terdiam mendengar perkataan dari Yaq tersebut, dirinya mulai menyadari bahwa cepat atau lambat kejadian seperti hari ini bisa menimpanya kapan saja suatu saat nanti.

Sekarang dirinya mulai merasa menyesal karena kurang berlatih dan tidak sungguh sungguh dalam mengasah ilmu beladirinya.

Yaq kemudian tersenyum dan berkata;

"Seharusnya kau hantam saja makhluk tadi, siapa tau dia akan menurut padamu dan jinak ke kau setelahnya "

Ucap Yaq dengan tertawanya.

Itu sebenarnya adalah pengingat dari Yaq akan kekuatan Bag yang sekarang.

Meskipun kekuatannya cukup untuk menanggulangi hewan magis tingkat 4 dan 5, tapi itu masih tidak berguna di hadapan hewan magis tingkat 6.

Karena kejadian inilah dirinya menjadi semakin serius untuk mengasah kekuatannya

Bag yang merasa di ejek pun kemudian berkata;

"Dasar gendeng"

Setelah mengamati semuanya yang ada di situ, dan mengetahui seluk beluk dari tempat yang ada di misi mereka, Yaq lalu berbalik dan beranjak meninggalkan tempat itu sembari berkata;

"Ayo kembali, tugas di sini sudah beres"

Bag yang mendengarnya sedikit heran, jarang sekali Yaq membiarkan begitu saja buruan yang ada di depan matanya.

Karena penasaran dirinya pun berkata;

"Sudah? Hanya begini Yaq?"

Mendengar itu Yaq hanya melirik lalu berkata;

"Ya hanya begini Bag, kau mau yang bagaimana?"

"Kau bilang ada gempuran?"

"Tadi sudah.. Lagipula misi kita untuk mengecek, bukan untuk membunuh, jadi biarkan saja ular itu, yang penting kita sudah tau ada apa saja disini dan bagaimana bentuknya. Tapi kalau kau masih ingin gempuran ya aku tunggu kau untuk bergelud dengan hewan itu tadi"

Ucap Yaq sambil menyeringai dan tertawa

Mendengar itu, Bag pun bergidik dan mulai mempercepat langkahnya, dirinya tidak ingin menjadi santapan dari hewan itu .

Merekapun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan kembali ke Huruhara untuk melaporkan misinya.

3 hari berlalu..

Bag dan Yaq sudah berada di perbatasan wilayah Sendan, mereka sudah semakin dekat dengan gedung Pondasi Huruhara.

"Batu Rodra.. kenapa mahal sekali ya Yaq?, Tidak seperti alat magis yang lainnya batu itu setara dengan 1000 koin emas bahkan bisa lebih"

Ucap Bag kepada Yaq, dia memang pernah mendengar cerita tentang harta yang di sebut batu Rodra ini.

Tetapi ini akan menjadi pertama kalinya dia akan melihatnya secara langsung.

"Tentu Bag, bahkan benda itu kadang di sebut sebagai harta dunia, salah satu sebabnya adalah bisa di jadihan bahan material peningkat beladiri spiritual"

Jawab Yaq, sambil terus berjalan dan melihat kedepan.

"Lalu kenapa malah sekarang di jadikan sebagai alat pembayaran? bukannya malah rugi kalau memberikan imbalan dengan benda yang seberharga itu?"

Ucap Bag dengan wajah yang cukup kebingungan.

"Ya kau mungkin benar Bag, seharusnya tidak perlu untuk memberikan harta dunia sebagai imbalan untuk misi, apalagi hanya sekedar mengecek sebuah tempat. Tapi kau juga perlu tahu, jika seseorang memberikan imbalan atas sesuatu, kebanyakan orang itu sudah menilai bahwa imbalan yang di berikan adalah harga yang kecil dari kesepakatan yang telah dibuat"

"Dan jika memang itu benar, alasan mereka berani memberikan harta dunia sebagai imbalan misi ini.. itu berarti mereka sangat kaya, atau mungkin karena terpaksa. Siapapun yang memberikan misi ini"

Ucap Yaq sambil terus berjalan, terlihat senyuman aneh di wajahnya.

Bag yang melihat itu, dirinya hanya terdiam dan tidak menanggapinya.

Mereka berbicara sambil terus berjalan mengarah ke Paguyuban Pondasi Huruhara.

Tak terasa waktu berlalu, terlihat dari kejauhan mereka telah sampai di depan gerbang Pondasi huruhara.

Tidak membuang banyak waktu, Bag dan Yaq segera masuk ke dalam gedung Huruhara, Yaq kemudian menyuruh Bag untuk melapor ke resepsionis.

Meskipun yang memberikan misi ini adalah ketua dari Hurahara sendiri, tetapi mereka tidak langsung menemui ketua untuk melaporkan hasil dari misi. Itu karena prosedur yang di terapkan di Huruhara adalah melapor ke bagian resepsionis dahulu.

Baru setelah sang resepsionis sudah mengkonfirmasi dan mendapatkan ijin dari ketua, maka mereka di ijinkan untuk bertemu sang ketua.

Hanya dalam keadaan yang benar benar gentinglah prosedur ini bisa untuk diabaikan.

Tidak lama setelahnya, sang resepsionis pergi meninggalkan Bag.

Dan tak berselang lama, resepsionis itu lalu kembali.

"Kalian di minta untuk datang ke ruangan ketua"

Ucap resepsionis itu kepada Bag.

Segera, Bag berjalan ke tempat dimana ketua berada.

Ia memberikan isyarat kepada Yaq untuk mengikutinya, Yaq yang paham akan hal itu, dia mengikuti Bag dari belakangnya.

"Lapor kak Budiya, kami sudah memeriksa dan mengecek tempat yang di maksud di surat kaca ini"

Ucap Yaq yang menundukkan kepalanya lalu melempar surat kaca tersebut ke Ketua Huruhara.

Surat kaca itu mendarat dengan halus di depan Ketua Huruhara dengan halus, mendarat tepat di atas meja di depannya.

"Baguslah kalau begitu, sekarang katakan padaku apa apa saja yang kalian amati di sana"

Ucap Kak Budiya dengan senyum di wajahnya

Yaq pun melihat ke arah Bag, Bag yang langsung memahami maksud dari Yaq, dirinya langsung bercerita tentang apa apa saja yang telah dia amati.

"Terdapat banyak sekali tanaman obat disana?"

Ucap kak Budiya dengan raut wajah yang cukup datar, dirinya tidak terlalu terkejut dengan soal banyaknya tanaman obat ini, lagipula membayar dengan batu Rodra, maka pasti ada hal lain yang lebih berharga dari kedua batu Rodra tersebut.

"Iya, ada ratusan bahkan mungkin ribuan tanaman obat di saat aku menyebrang"

Ucap Bag, dengan begitu semangat

"Buaya pekat ya, apa hanya itu hewan magis yang mendiami area sana?"

Tanya kak Budiya, dia agak sulit mempercayai kalau kalau di tempat yang di suruh mengecek dengan bayaran batu Rodra hanya di diami 1 jenis hewan magis.

"Ada kak, 1 hewan magis yang lain"

Ucap Bag dengan wajah yang serius.

"Hewan apa itu?"

"Hewan itu adalah Ular mata putih"

Mendengar itu kak Budiya mengerutkan dahinya, dirinya menatap Bag dengan sungguh sungguh lalu kemudian berkata;

"Ular mata putih? Di area itu?"

"Iya"

Kembali kak budiya memadatkan matanya dan bertanya;

"Lalu bagaimana caramu lolos dari hewan itu"

Bag yang mendengarnya langsung menjawab;

"Itu.. Yaq mengusirnya dengan ilmu anehnya"

Mendengar jawaban dari Bag, ketua Huruhara langsung melihat kearah Yaq, Yaq pun memandang ketua Huruhara dan kemudian mengangkat kedua bahunya dan dengan senyum di sudut bibir.

Ka Budiya tidak ingin memusingkan hal itu, justru sekarang dirinya malah menggerutu dan bergumam;

"Orang orang itu, apa mereka sengaja memberikan bayaran yang tinggi dan membuat ku mengirim anggota Paguyubanku ke misi bunuh diri? Jika itu yang mereka inginkan aku pastikan untuk menuntut balas"

Mendengar gerutuan dari Ketuanya, Yaq dan Bag hanya terdiam dan kemudian saling mengangkat bahu.

Namun, Yaq berpikir lain, dirinya ingin tau siapa yang memberikan misi seperti ini ke Pondasi Huruhara.

Jadi dirinya memutuskan untuk bertanya kepada Ketua untuk mendapatkan jawaban;

"Memangnya siapa kak? Yang memberikan misi itu?"

Kak Budiya pun menghela nafas, dan kemudian menjelaskan siapa yang sebenarnya menaruh misi itu disini.