webnovel

Stop It

"Nathan Udah makan belom?"

Kemudian sebuah rutinitas tambahan selama lima hari ini, dimana Anna terus menanyakan keadaan kakak beradik itu kepada arwah nenek-nenek yang Nathan bawa dari gunung salak.

Tsuyoi Sentoki pusing tujuh keliling sebab rasa bersalah kepada dua orang itu kian membesar. Apalagi melihat Jodi dengan lesunya memasuki kamar setelah diperas otak serta tenaga lantaran menjadi andalan bagi kedua tempat bisnis yang selalu membuat Nathan kewalahan meski ditangani berempat.

Ingin sekali rasanya Anna bertanya bagaimana rasanya hanya diurus Jodi sendirian?

Sempat juga terlintas dalam pikiran Anna, Dia akan pergi saja sekalian—sebab Nathan tidak pernah menganggunya kembali. Hanya dengan beralasan perlu bertapa selama seratus hari, atau dua tahun untuk bisa membangkitkan Crystal Narendra.

Namun malah teringat dengan permintaan adik Nathan agar Ia menemaninya sampai pria itu kembali seperti semula.

Pada akhirnya Anna menyerah serta akan membujuk mereka keluar dari kubangan kesedihan tersebut. Kedua psikopat itu seperti mengajaknya perang batin dengan saling mendiamkan, dan anna tersiksa sendiri dengan bisikan pikirannya bahwa Ia ikut andil untuk tragedi yang sudah terjadi.

Dia medengus sabar didepan pintu kamar Crystal lantaran tidak ada sahutan atau suara apapun yang memberi Anna pertanda bahwa didalam masih ada orang yang bernyawa.

"Nathan, Alam?" panggil Anna. Dia merapatkan kupingnya pada daun pintu. Masih belum juga ada sahutan sehingga Anna menjadi gusar.

"Aku sudah—," perkataan Anna terpotong ketika derap langkah kakak beradik ini terdengar beradu kecepatan dari dalam sana. Tak lama kemudian, muncul dua wajah pucat pasi penuh harap menatap Anna.

Sampai akhirnya Tsuyoi Sentoki itu nekat menutup kebohongannya dengan dustaan lain agar membuat dua pria tersebut kembali pada runititasnya.

Anna mengeluarkan akar Oikonomos penyimpan energi yang dia dapat dari perjanjian bersama Hamadriad. Lantas menjulurkannya kepada kedua kakak beradik yang merunduk seraya menggernyit ketika kepalanya terasa pening.

"Barangnya terdapat di dunia Aoratos, sehingga perlu energi untuk membangkitkan Crystal," jelas Anna.

Hanya dalam hitungan menit. Nathan memanggil semua pengawal penjaga rumah beserta mereka yang berada di markas utama berkumpul untuk Anna serap energinya. Sampai membuat Tsuyoi Sentoki itu terperangah, Ia memutar kembali otaknya...

"Energi ini untuk adikmu,"

"Lalu?" Nathan berpegangan pada daun pintu untuk menopang badannya yang terasa melemah tersebut. Sama halnya dengan Alam yang mencoba untuk tetap berdiri tegap menunggu Anna menyelesaikan ucapannya.

"Tentu yang dibutuhkan hanya energi keluarganya," jelas Maya. Nathan dan Alam tidak terlalu banyak bicara sampai membuat Maya gigit bibir. Mereka mengangguk dengan polosnya—seraya mendengarkan penuturan Anna.

"Ini kan warnanya hijau, kalau terisi energi nanti jadi putih," tambahnya. Tsuyoi Sentoki itu meminta mereka memegang Oikonomos tersebut sampai membuat benda itu bercahaya. Akan tetapi beberapa detik kemudian kedua kakak beradik itu berlutut dihadapan Anna.

"Satu senti saja belum," lirih Alam. Dia melihat ujung akar Oikonomos yang berubah putih. Sampai pandangannya bergulir melihat ujung satunya lagi serta mengangguk untuk memastikan bahwa panjangnya antara lima sampai enam meteran.

"Kau pikir mudah? Perlu waktu dan perjuangan untuk dapat sesuatu yang mahal harganya," cetus Anna. Dia dengan sigap mengambil kembali Oikonomos dan berlalu pergi setelah semburat senyuman samar mewarnai langkahnya menuju kamar.

Berkat kebohongan Anna tersebut. Akhirnya kedua kakak beradik itu rutin makan serta beristirahat untuk memulihkan tenaganya. Datang kepada Anna menyetor energi setiap enam jam sekali.

Anna kegirangan saat mereka beranjak pergi dengan semua tenaga yang tersisa itu berlalu keluar. Tsuyoi Sentoki dapat keuntungan ganda, sebab Ia tidak perlu bersusah payah mencari energi untuk di isi pada akar Oikonomos.

Karena itu datang sendirinya.

***

Empat hari berlalu dimana Anna gundah dengan penerawangan yang masih belum membuahkan hasil. Dia bahkan sudah tidak bisa melihat keadaan Seirina yang berada di tangan kakaknya nathan tersebut.

Apalagi kontak Telepati yang Ia lakukan kepada seluruh penjaga gerbang belum juga mendapat balasan sampai Ia tidak tahu lokasi spesifik teman-temannya itu.

"Masih marah padaku?" tanya Anna. Nathan Narendra menatapnya sejemang, kemudian berfokus lagi menatap Oikonomos yang sedang menyedot energinya. Sungguh! memerlukan perjuangan tingkat tinggi sampai Ia dan Alam nekat mengganti cairan elektrolitnya dengan minuman berenergi.

Namun hasilnya pun hanya sampai dimana Oikonomos baru terisi satu meter, "Sudah lepaskan, nanti kamu pingsan," Anna menarik Oikonomos yang Nathan tarik kembali hingga membuat bibir Anna mengerucut.

Nathan Narendra ingin sampai pada titik maksimal. Mengerahkan semua tenaga untuk adiknya secepat mungkin kembali bangun. Nathan Narendra bertekat akan menjadi orang pertama yang menyaksikan adiknya membuka mata. Meminta maaf sebesar-besarnya atau kalau bisa, Nathan akan berlutut sampai bersujud kepada Crystal.

"Apa ada cara lain? Semisal memindahkan nyawaku pada Crystal?" tanya Nathan. Anna malah menggosok hidungnya taatkala mendengar ocehan tidak berfaedah Nathan Narendra itu.

Mau dia melakukan salto seribu kali di depan Anna, atau uring-uringan dengan berguling di kotoran unta sekalipun! Yang sudah mati, tidak bisa kembali...

"Tidak peduli seburuk atau semenjijikan apapun dunia... Aku hanya ingin terus hidup lebih lama didalamnya," Anna tertegun taatkala melihat manik Nathan mulai memerah lagi.

"Itu yang Crystal katakan padaku, namun aku malah mempersingkat hidupnya," lirih Nathan. Dia menyeka sudut mata seraya mengerjap beberapa kali untuk mulai menjernihkan penglihatannya lagi pada Oikonomos. Harus bisa memutih minimal satu senti lagi.

"Ini bukan salahmu," jelas Anna. Memang raga Nathan yang melakukannya, tapi dikendalikan arwah ga dan juga... Ia tidak perlu memaksakan diri sampai mengantung harapan lebih tinggi pada Anna.

"Tentu salahku, membawa siluman..." cetusnya. Ada penyesalan mendalam kenapa dia tidak langsung membunuh Anna tempo dulu. Mungkin jika Tsuyoi Sentoki tidak hadir dalam kehidupannya, mereka hanya akan terus terancam oleh Steven dan kedua bajingan lainnya dibanding mati oleh campur tangan hal-hal mistis.

Terbayang semakin gilanya Nathan Narendra jika waktu itu Alam terlambat sedikit saja, maka Ia mungkin sudah melecehkan Crystal. Bahkan adiknya itu melihat dengan jelas bagaimana Nathan menusuk si bungsu berkali-kali.

Sukses membuat Narendra menggenggam erat Oikonomos seraya memejam ketika dua titik air asin meluncur bebas dari pelupuk mata. Anna lagi-lagi hanya terdiam untuk hujaman yang terus mereka timpakan kepadanya.

Padahal Tsuyoi Sentoki hanya tinggal menjentrik jidat Nathan Narendra saja waktu itu, maka arwah Rafi pun sudah hilang menjadi abu.

Brugh! Berakhir dengan kepala Nathan yang hinggap di pangkuan Anna. Membuat Tsuyoi Sentoki menatap pria yang tidak sadarkan diri tersebut.

Anna mengusap pelan kedua pipi basahnya, apa yang Nathan lalui hingga menjadi psikopat? Jika hanya dera derita masa lampaunya saja, tidak mungkin membuat dia sampai sejauh ini. Kemudian sesuatu yang masih menjadi pertanyaan Anna... kenapa Ibu Nathan terus menganggu tidur anaknya?

Tsuyoi Sentoki tahu pria ini dihantui setiap malam oleh Renata. Kenapa orang yang ada di dunia paralel terus melakukan telepati pada anaknya. Padahal jiwa-jiwa semu yang berada disana sudah jelas tidak bisa melakukan apapun, persis seperti manusia biasa di kehidupan sebelumnya.

"Giliranku," ucap Alam Dia mengambil Oikonomos yang masih ada dalam genggaman Nathan, menatapnya sejemang kakaknya lantas membaringkan tubuh di sofa. Memeluk Oikonomos dengan semua harapan bisa membawa Crystal Narendra kembali hidup.

Anna menghela napas bingung untuk mereka berdua, seberapa keras lagi Anna harus memgecewakan kakak beradik ini. Akan ada saat dimana saat Oikonomos penuh, Anna berencana pergi meninggalkan mereka nantinya.

Inilah akibat terlalu percaya pada Anna.

Bersambung...