webnovel

Tak Diharapkan

"Apa kau ingin menolak pernikahan ini?" tanya Dimitri. Seketika ruangan itu dipenuhi dengan suasana mencekam. Bagaimana tidak, acara yang seharusnya akan dilaksanakan dalam hitungan hari itu akan kandas begitu saja karena satu ucapan penolakan dari seorang pria bernama Dante.

"Ayah! Aku tidak keberatan untuk melanjutkan pernikahanku dengan Grizelle. Tapi sebelum itu aku butuh kejujurannya," sahut Dante sambil menatap ke arah Grizelle.

"Kejujuran apa nak?" tanya Emanuel, ayah Grizelle. Dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan pria muda itu.

"Aku ingin Grizelle jujur, anak siapa yang sedang dikandungnya?" tanya Dante yang sontak membuat seisi ruangan itu tersentak.

Isabella, pengasuh Grizelle sejak bayi langsung membelalakan matanya mendengar ucapan Dante. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakannya, selama ini tidak ada pria yang pernah ditemui oleh Grizelle kecuali Dante. Lantas bagaimana bisa Grizelle hamil anak orang lain?

"A—apa maksudmu Tuan Muda Dante?"

"Apa maksudmu Dante? Bukankah kalian selalu bertemu, dan tidak ada pria lain bagi Grizelle selain kau Dante," sahut Emanuel ayah Grizelle merasa tidak terima, dia juga tidak bisa mempercayai ucapan Dante begitu saja.

"Benar Paman, kami memang selalu bertemu. Bahkan kami juga pernah melakukannya, terakhir kali sebelum keberangkatanku. Aku dan Grizelle juga melakukannya," jawab Dante dengan tegas. Dia memang begitu mencintai Grizelle, tapi dia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri jika apa yang dilakukan oleh Grizelle itu menyakitkan.

"Lalu?"

"Sayangnya, aku tidak pernah meninggalkan maduku di dalam tubuh Grizelle. Aku selalu membuangnya," jelas Dante. Mengetahui wanita yang dicintainya berbagi kasih bukanlah hal yang mudah mengungkapkannya.

Sepanjang perdebatan ini, Grizelle hanya terdiam matanya terasa panas. Mungkin jika sanggup dia akan pergi berlari meninggalkan ruangan ini, dimana semua orang akan menyalahkannya.

"Apa yang aku katakan benar Grizelle? Kau bisa mengingkarinya jika aku salah," ucap Dante. Akhirnya, nama Grizelle disebut.

Perlahan Grizelle mengangkat kepalanya dan melihat tatapan tidak ramah dari orang-orang. Dia tidak tahan lagi menahan kebisuannya karena apa yang dikatakan Dante adalah sebuah kebenaran.

Tanpa menunggu lagi, Grizelle langsung bersimpuh di hadapan Dante, Dimitri dan Emmanuel. Kemudian memohon ampun pada mereka bertiga.

"Maafkan aku Ayah, maafkan aku Paman, maafkan aku Dante. Aku tidak bermaksud menyakitimu ..." ucap sambil Grizelle menangis tersedu-sedu, bagaimanapun dia harus menanggung dosa yang dia buat.

Isabella yang selama ini sangat mengenal anak asuhannya itu tidak pernah memprediksi hal mengerikan seperti ini terjadi.

"Apa kau mengakuinya? Dasar gadis murahan! Ayo Dante kita pergi!?" ucap Dimitri dengan nada tinggi, tatapan sayangnya menjadi tatapan jijik

"Ayah ..." Dante memelas sedih melihat wanita yang dicintainya diperlakukan seperti itu.

"Aku tidak bisa menerima cucu haram sekalipun kau mencintainya. Terkecuali, mungkin jika dia mau mengugurkan kandungannya!"

Grizelle langsung memegangi perutnya.

Melihat hal itu Dimitri semakin muak.

"Lihat betapa dia ingin melindungi anak haramnya," ucap Dimitri saat melihat apa yang dilakukan Grizelle.

Dante hanya menatap pilu Grizelle dan pergi karena tidak bisa melawan Ayahnya.

Setelah kepergian Dante, Emmanuel langsung mencengkram kerah baju Grizelle

"Katakan padaku siapa pria yang sudah melakukan menghamilimu!" bentaknya.

"Ayah, dia tidak ..."

"Jangan mencoba melindunginya!" seru Emanuel hendak menampar Grizelle namun di tahan oleh Isabel.

"Panggil dia!"

"Tuan saya ..."

Plak !

Isabel tersungkur karena tamparan keras Emanuel.

"Cepat katakan siapa dia?!" suara keras Emanuel menggelegar seisi mansion.

"Sa—saya tuan, saya adalah Ayah dari anak yang dikandung Nona Grizelle," sahut seorang pria berjalan mendekati Emanuel.

"Bukankah kau kepala pelayan baru itu?" tanya Emanuel.

"Be—benar Tuan ..." sahut pria bernama James.

"Berani sekali kau melakukannya. Dasar tidak tahu diri! Pengawal. Seret dia, siksa dan pastikan dia tidak mati dengan mudah," titah Emmanuel.

"Baik tuan."

Grizelle melihat James untuk terakhir kalinya.

"James!"

"Grizelle!"

"Ayah, tolong ampuni dia Ayah! Ini adalah kesalahanku, aku yang menggodanya Ayah!" ucap Anneth sambil meraung-raung dalam tangisnya.

Emanuel tidak memperdulikan Grizelle yang kini tengah memeluk kakinya memohon kemurahan hatinya itu.

Beberapa saat kemudian.

"Aaah ...!" James menjerit dan percikan darah terlihat memercik sampai di jendela tempat Grizelle berada.

"Jam—es ...!"

Grizelle histeris dan pingsan, 30 menit kemudian Grizelle baru tersadar.

Di dalam kamarnya, dia melihat Isabel duduk.

"Isabel katakan di mana James?" tanya Grizelle.

Isabel hanya menggelengkan kepalanya sambil menangis.

"James!? Maafkan aku ..." ucap Grizelle lagi sambil menangis sejadi-jadinya.

Beberapa saat kemudian Emanuel kembali mendatangi Grizelle.

"Aku akan memberimu satu kesempatan untuk mengugurkan anak haram—mu itu atau kau pergi dari sini!" ucap Emmanuel.

"Tidak, Ayah! Sudah cukup besar dosa yang sudah aku lakukan. Jika bayi ini juga harus menanggungnya. Maka aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri," ucap Grizelle bersikeras mempertahankan anaknya.

"Kau yakin?" tanya Emmanuel dengan mata memicing

Grizelle sebenarnya tidak yakin dengan keputusannya, namun dia tidak bisa mengorbankan anaknya. Bagaimanapun ini adalah hasil buah cintanya dengan kekasihnya James.

Setelah perdebatan itu, Grizelle benar-benar pergi dari mansion tempatnya bernaung sebagai seorang putri selama dua puluh tujuh tahun hidupnya. Dia pergi tanpa membawa apapun kecuali pakaian yang dia kenakan, Isabel sebagai ibu asuhnya bermaksud untuk pergi bersama dengan Grizelle. Namun Emanuel menahannya.

"Me—mengapa anda begitu kejam padanya Tuan? Dia putri anda satu-satunya Tuan," ucap Isabela diiringi tangisannya.

"Dia sudah memilih jalan hidupnya sendiri, mulai sekarang dia bukan lagi Grizelle Kriss Emanuel. Dia hanya Grizelle, aku tidak ingin menyematkan namaku lagi pada gadis yang tidak tahu diri," ucap Emmanuel, dia tidak memperdulikan Grizelle.

Setelah itu Emanuel pergi ke kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat, melihat itu, Isabel tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia langsung pergi ke kamarnya untuk menulis sepucuk surat dan memasukan beberapa pakaian dan perhiasannya, kemudian meminta seorang pelayan untuk memberikannya pada Grizelle yang mungkin masih belum pergi jauh.

***

Grizelle menangis tersedu-sedu sepanjang jalan sambil sesekali melihat ke belakang dimana mansion gagah ayahnya berdiri yang semakin jauh langkah Grizelle mansion itu terlihat semakin kecil kemudian menghilang. Tiba-tiba terdengar seeorang memanggilnya yang diiringi derap langkah kaki kuda dan memberinya apa yang Isabel minta.

"Terimakasih," ucap Grizelle pada gadis pelayan itu. Gadis pelayan itu terlihat berwajah dingin dan ketus pada Grizelle.

"Pergilah sejauh mungkin, dasar gadis murahan yang mau tidur dengan pria mana saja. Memang seharusnya kau pergi dari mansion Stitch sejak awal," ucapnya ketus sambil menaiki sebuah kuda hitam yang gagah.

"Apa maksudmu?" tanya Grizelle, meskipun ayahnya mengusirnya pelayan itu tetap saja tidak pantas mengatakan hal seperti itu.

"Hei! Kau yang menggoda James, aku tahu kau yang pertama mendatangi kamar James. Aku yang jatuh hati padanya, seharusnya jika kau tidak menggodanya dia kini adalah kekasihku karena kami berasal dari kasta yang sama dan dia tidak akan mati sia-sia seperti itu," jelasnya.

Pelayan itu benar. Grizelle hanya bisa menyesali kesalahannya, pelayan itu kemudian pergi begitu saja tanpa meninggalkan rasa iba pada Grizelle.

Setelah itu Grizelle pergi menyusuri jalanan hingga pagi menjelang dan Grizelle sampai di sebuah desa, Dia membuka tas yang diberikan oleh pelayan semalam. Grizelle kembali menangis setelah mengehtahui jika Isabel menyiapkan segalanya untuk dirinya. Di desa itu, Grizelle mencari tempat tinggal dan pekerjaan untuk dirinya agar bisa menyambung hidupnya. Sebenarnya dalam surat itu, Isabel mengatakan jika Grizelle harus menemui keluarga Isabela di desanya dengan begitu Grizelle tidak perlu bekerja dan Isabel akan menyokong hidup Grizelle.

Namun sayangnya, Grizelle merasa terlalu malu untuk melakukan hal seperti itu dan bertekad untuk hidup dengan usahanya sendiri dan dengan sisa perhiasan yang Isabel berikan padanya. Disana Grizelle mengganti namanya menjadi Freya.