Santo membuang puntung rokoknya setelah Ia mematikan baranya. Ia membuangnya bebas ke arah bawah. Ia bergegas berdiri. Lalu Ia pun kembali masuk ke dalam pondok. Aku yang sedang memperhatikannya pun lalu membuang muka. Masih ku kipasi ubi ini supaya mendingin.
Santo pun mendekatiku. Ia memegang ubi-ubi berwarna ungu itu. Dan ternyata sudah siap untuk di santap. Ia lalu mengambil satu ubi. Lalu Ia membagi dua ubi yang dia ambil. Dia memberikannya padaku sebagian. Dan menelan sebagian lainnya.
Aku segera menelan ubi yang kini sudah di tanganku. Namun aku melepehkannya kembali. Dia menertawakanku. Aku mendengus kesal. Memanglah luarnya terlihat hangat suam-suam suku. Namun bagian dalamnya masih sangat panas.
Aku mendengus melihat Santo tertawa. Dia hobi sekali menertawaiku. Itu sengatlah menyebalkan.
"Lucu?" Ucapku kesal.
Dia hanya diam lalu mengangguk dan menatapku dengan tatapan mengejek.
"Panas huh!" Dengusku.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com