webnovel

Tempat Makan Favorit.

Sejak pembicaraan Vega dengan Kevin tadi, Vega terus memikirkan kata-kata Kevin yang mengaku bahwa dia mencintai sahabatnya. Tapi apa mungkin?

"Woi Ga! Ngapa sih lo bengong mulu?! Kesambet setan toilet?"

"Haishh Paul! Bisa gak sih lo nggak gangguin sebentar aja. Gue lagi mikir nih!"

"Gayaan banget lo pakai mikir, orang biasanya juga otak lo nggak dipakai!"

"Hehh bener-bener ya mulut lo itu toxic banget!" sentak Vega.

Vega kesal sekesal-kesalnya dengan sahabatanya satu itu. Untung saja Paul sedang menyetir mobilnya, kalau tidak, sudah pasti Vega akan melempar mulut sahabatnya itu dengan sepatu hak tingginya. Habis kalau bicara tidak pernah disaring.

"Ini lo serius mau balik ke kantor?" tanya Paul, dia dalam mode benar. Vega hanya mengangguk sebagai jawabannya, dia sedang malas.

"Emang pekerjaan lo nggak bisa dikerjain besok apa? Ini udah jam sembilan malam loh!"

"Cerewet banget sih lo, Paul. Tinggal turunin gue di kantor, terus lo balik pakai mobil gue, beres 'kan?" Vega benar-benar sedang malas bicara. Tetapi Paul justru terus-terusan bertanya padanya.

"Terus lo nanti baliknya gimana?" tanya Paul, masih dalam mode kepo.

"Gampang, tinggal naik taksi." Namun tidak tahu juga kenapa Vega masih menanggapinya.

"Eh jangan dong! Bahaya tau pulang naik taksi tengah malam. Mending gue aja yang pulang naik taksi."

"Gue lagi males nyetir! Udah ah gue duluan!" Lalu Vega membuka pintu mobilnya, karena mereka memang sudah sampai di kantor.

"Eh eh tapi ... GA VEGAAA!" Paul hanya mendengkus di tempatnya karena Vega justru mengabaikan panggilannya.

O0O

Di rumah sakit ...

"Loh Pak, eh maksud aku, Kevin, kamu kok ada di sini? Memang meeting-nya sudah selesai?"

Kevin mengangguk sebagai balasan. Padahal tadi jelas-jelas dia undur diri lebih dulu dari meeting supaya dia bisa segera ke Jakarta dan menemui Mila.

"Mama kamu gimana sekarang kondisinya? Operasinya berjalan lancar 'kan?"

Mila tersenyum. "Puji Tuhan operasinya berjalan lancar kok. Sekarang mama masih dalam pengaruh obat bius jadi belum sadar."

Kevin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, lalu dia bertanya, "Terus ini kamu mau ke mana?" tanyanya, mereka memang bertemu di depan ruang rawat mama Mila.

Tadinya Kevin baru ingin masuk, tapi pintu ruang rawat mama mila lebih dulu terbuka dan menampakkan wajah Mila, lengkap dengan ekspresi sendu dan lelahnya, membuat Kevin jadi kasihan melihatnya.

"Aku mau cari makan, lapar!" katanya, dengan tersenyum lebar. Membuat Kevin tersenyum tipis karenanya. Entah kenapa, senyuman Mila barusan mampu membuat perasaan Kevin bahagia tidak karuan. Bahkan rasa lelahnya karena menyetir dari bandung ke jakarta juga hilang karena senyuman Mila.

"Yaudah yuk, aku temenin!"

"Ha?"

Belum sempat Mila merespon, Kevin sudah lebih dulu mengambil sebelah tangan Mila untuk digenggam dan berjalan mengikutinya. Membuat Mila menurut saja pada akhirnya.

O0O

"Sudah sampai. Ayo turun!"

Mila segera melepas seatbeltnya, lalu mengikuti Kevin yang sudah turun lebih dulu dari kursi kemudinya. Setelah Mila menyadari kemana Kevin mengajaknya, keningnya mengkerut dalam.

"Kevin, ini ..."

"Kenapa? Ini tempat makan langganan kamu 'kan?"

Perkataan Kevin barusan berhasil memancing kecurigaan Mila, "Kamu tahu dari mana kalau ini tempat makan langganan aku?"

Aduh! Kevin lupa kalau Mila tidak pernah tahu soal ...

"Kevin? Hei! Aku tanya kok kamu diam aja sih? Kamu tahu dari mana?"

Kevin tiba-tiba menjadi gugup, bingung harus menjawab apa. "Hmmm ... ah itu ..."

"Ahh ehmm apaa? Kamu kenapa tiba-tiba jadi gugup begitu?"

"Enggak, siapa bilang? Udah ayuk masuk aja! Keburu habis makanannya nanti malah nggak jadi makan." Sekali lagi, Kevin tidak menjawab pertanyaannya. Kenapa semakin kesini Mila merasa Kevin semakin misterius saja ya?

Apalagi saat ...

"Mang, saya pesan pecel ayamnya dua ya. Yang satu seperti biasa, yang satunya lagi ayamnya dada, terus nasinya setengah aja, tapi extra telor, tahu sama sambal."

Kevin tahu pesanan Mila yang biasanya.

"Kevin."

"Ya?"

"Kamu tahu –"

"Loh ada Den Kevin. Apa kabar Den? Sudah lama ya nggak makan di sini?" Belum sempat Mila menanyakan maksudnya, seseorang lebih dulu datang dan menyapa mereka.

"Eh Mang Maman. Kabar saya baik kok Mang, cuma akhir-akhir ini memang banyak kerjaan jadi saya nggak sempat kesini. Saya ke sini karena mau nemenin dia makan nih," ujar Kevin, seraya menunjuk Mila dengan dagunya. Sementara Mila justru menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.

Sudah lama tidak ke tempat itu membuat Mila menjadi canggung, padahal dulu dia juga sering datang ke tempat itu semasa SMA.

"Neng Mila 'kan? Aduh Eneng apa kabar? Sudah lama gak ketemu, Neng makin cantik aja ya!"

"Mang Maman mah ngerayunya bisa aja," sahut Kevin.

"Tenang atuh Den. Nggak akan saya rebut juga kok pacarnya."

"Oh saya bukan pacarnya Mang." Akhirnya Mila membuka suaranya, membuat mang maman justru tertawa di tempatnya.

"Kalau bukan pacar, calon istri ya Neng?"

"Itu juga buk–"

"Gak papa atuh Neng, ngaku aja sama mamang. Den Kevin baik kok orangnya, suka sama Eneng juga dari SMA 'kan? Jaman sekarang mah nggak ada cowok sesetia Den Kevin, Neng."

Perkataan mang maman barusan berhasil membuat Mila tertegun di tempatnya. Suka dari SMA? Itu maksudnya apa?

"Saya ke belakang dulu ya Den, Neng. Sudah ada panggilan dari komandan. Nanti kalau nggak cepet dateng bisa diamuk." Kevin hanya tertawa dengan perkataan mang maman barusan.

Berbeda dengan Mila yang justru sibuk memikirkan perkataan mang maman sebelumnya.

"Mila."

"Iya?"

"Kamu kenapa? Kok jadi diam?"

"Ah enggak, itu aku cuma –"

"Ini pesanannya ya Den, Neng. Selamat menikmati!" Mang maman kembali dengan membawa pesanan Mila dan Kevin. Membuat Mila lagi-lagi mengurungkan niatnya untuk menanyakan maksudnya.

"Makasih Mang!" Setelah mengatakan itu, Kevin kembali menoleh ke arah Mila.

"Oh iya, tadi kamu bilang apa?"

"Enggak. Gak bilang apa-apa. Udah yuk makan aja," kata Mila, seraya mengambil salah satu pesanan yang dia yakini adalah pesanannya. Dan benar saja. Kevin mengambil pesanan yang lainnya. Membuat kecurigaan Mila semakin besar.

Padahal tadi dia sengaja mengambil itu siapa tahu semua yang dia pikirkan hanyalah perasaannya saja. Tetapi ternyata tidak.

"Kamu sering datang ke sini?" Mila bertanya seraya memakan makanannya dengan perlahan agar tidak tersedak.

Membuat Kevin mengangguk. "Aku juga sering makan di sini dulu pas SMA, sama kayak kamu."

Kan. Lagi. Kevin tahu kalau dia suka makan di sini pas SMA. Sebenarnya sejauh apa Kevin mengetahui soal dirinya?

"Kevin, aku ingin menanyakan satu hal. Tapi tolong kamu jawab dengan jujur."

Mila menanyakan itu dengan nada serius, membuat Kevin menghentikan kegiatan makannya, dan beralih menatap Mila sepenuhnya.

"Kamu mau nanya soal apa?" tanya Kevin setelahnya, memberikan akses pada Mila untuk mengutarakan maksudnya.

"Aku ingin bertanya soal –"

Drrt Drrt ...

Belum sempat Mila menyelesaikan pertanyaan, perhatian Kevin teralih pada ponselnya yang bergetar. Membuat Mila mendengkus kesal karenanya.