Udara semilir menerpa wajah ku menyibak gerai rambut ku yang panjang.
aku padangi laki laki gagah yang ada di
hadapanku ini. manis senyuman nya
membuat hatiku bergetar.
"Mbak..bisa kenalan?" Katanya.
"Mas..dari mana?" Tanyaku.
"Dari...Jember mbak.."
"Mbak..kok sendirian...temannya mana?
kok..gak kelihatan temannya" Katanya.
Laki laki itu cukup ramah dan
sopan, dia berusaha mencari perhatianku.
aku lihat dia rambut lurus badan tegap
pakai baju hem warna kotak kotak biru muda mix abu abu lengan panjang yang diipat sampai siku, dia pakai kacamata hitam menambah gagah wajahnya saat
di pandang. dia melihat kearah.
"Namanya..siapa mbak?" Tanyanya.
"Tiyas..namaku Mas.." Jawabku.
" Asal..dari mana mbak"
"Dari Sukoharjo...Jawa Tengah"
"Mbak..kok gak tanya namaku..?"
Jawabnya sambil tersenyum.
"Memangnya...Mas namanya siapa?
kerjanya apa...tinggal di mana.. sudah
menikah apa belum..terus...Mas ini mau kemana...wes sekarang tolong.. Mas
jawab pertanyaan saya tadi..?"
"He..he..kamu nanya apa..interogasi?"
"Katanya..suruh nanya? yak..apa sih!"
"He..he..kamu lucu juga Dik.."
"Ih..lucu! emangnya aku pelawak"
"Kenalkan...aku Salim..aku kerja
di Sumbawa, dan aku sudah menikah..
istri cukup satu...satu di jawa..satu di
Sumbawa..satu di Bali..he..he..pokok
di satu daerah jatah satu istri..he..he.."
Jawabnya sambil tertawa.
"Ah..Mas ini becanda"
"Ok..ok..aku serius..aku sudah menikah..punya satu anak kecil perempuan
istiku orang dari Glenmor Banyuwangi"
"Jujur juga orang ini jarang jarang
ada laki laki gagah yang mau terus terang
tentang pernikahan mereka" Kataku
dalam hati.
"Kamu..mau kemana Dik..?" Katanya.
"Aku..mau ke Sape jualan jamu Mas"
"Dik..kamu lihat orang yang...pakai jaket hijau botol itu? dia sepertinya orang jahat,
ati..ati..dompet mu, dan barangmu
bawa yang rapi..sembunyikan dalam
baju dalammu" Nasehat Mas Salim.
Memang..bau dari asap rokok orang itu
sangat berbau tajam, seperti bau dupa.
jangan jangan dia orang yang suka pakai
ilmu Gendam buat mencari mangsa.
Aku raba keris kecil pemberian
dari Bapakku. saat aku pergi merantau Bapak memberiku wejangan dan sebilah keris kecil yang hanya sebesar telapak tanganku. pesan Bapak agar keris itu
harus selalu aku bawa kemanapun aku
pergi dan jangan sampai ditaruh
di sembarang tempat.
Itu kenapa Bapak tidak merasa
khawatir melepas diriku anak perawannya
marantau sendiri tanpa pengawasan dirinya. aku hanya di titipkan ke Pak lek
dan Bu Lek Sukimen. menurut Bapak aku sudah mampu menjaga diriku sendiri.
jadi Bapak tidar khawatir lagi. walaupun
aku pergi jauh merantau.
Aku sekilas padangi orang itu
yang kadang menatap kearahku tajam.
aku tak tahu apa yang dia inginkan.
aneh juga..ini kan ada di atas Kapal Ferry banyak penumpang yang naik kapal ini.
mana aku tahu mereka mau nya apa.
sudahlah biarkan saja pokok nya dia tidak
mengganggu diriku atau pun temanku.
"Tiyas..ngapain kamu disini?" Seru
Gendhot dari arah sampingku.
"Lagi..cari angin" Jawabku.
"Angin kok..di cari..lek masuk angin
gimana! apa gak tambah repot he..he.."
Celetuk Mas Salim.
"Eh..mas..kenalan sek..aku sutrino
tapi..biasa di panggil Gendhot"
"Aku.. Salim Mas.."
Mareka pun kenalan sambil bersalaman.
"Mas Salim..mau kemana?" Tanya Gendhot.
"Mau..balek ke tempat kerja di Sumbawa Mas..." Jawab Mas Salim.
"Kerja..di mana Mas?" Tanya Gendhot.
"Kerja di Pt.Newmont perusahaan tambang asal Amerika Serikat yang ada di Sumbawa Barat" Jawabnya enteng.
"Wah..Mas Salim orang hebat no...wong
kerjanya di tambang emas" Jawab Gendhot penuh semangat.
"Dhot...aku mau ke kantin dulu.. cari..teh panas, peruku agak mual" Ujarku.
"La...itu! tadi bilang cari...angin. sekarang..masuk angin he...he.." Kata
Mas Salim menggoda ku.
Di kapal Ferry ini ada sebuah kantin kecil yang menjajakan minuman dan makanan ringan, baik yang instan maupun yang siap santap. Di belakang kantin kecil di lantai dua, ada sebuah ruangan VIP yang berAC.
untuk penumpang yang suka udara dingin.
Kapal Ferry ini memiliki tiga lantai. Lantai pertama dikhususkan untuk menaruh kendaraan penumpang, lantai kedua dan ketiga sebagai tempat istirahat untuk para penumpang kapal.
Aku pun menikmati teh ku yang panas.
sambil duduk duduk di kursi kantin.
waktu tempuh perjalanan dari pelabuhan Padang Bai Bali ke Pelabuhan Lembar Lombok maupun sebaliknya adalah
sekitar 4 atau 5 Jam. masih lama sekali
aku mulai jenuh menunggu.
dari pada aku jenuh duduk saja , akhirnya aku memutuskan untuk jalan menyusuri
setiap sudut kapal ini.
Aku pun turun ke deck bawah
tempat mobil, bis, dan truck angkutan barang yang sedang di parkir di deck bawah. semua kendaraan roda empat
atau lebih dimasukkan ke kapal Ferry ini dengan cara berjalan mundur. mungkin
itu dilakukan agar saat keluar dari kapal
penyeberangan, semua kendaraan dapat keluar kearah dermaga dengan mudahnya.
Setelah puas berputar putar keliling
kapal ini, aku kembali keatas keruangan
tempat teman teman ku istirahat.
Giyuk yang melihatku segera dia
menyapaku.
"Dari..mana saja kamu itu.."
"Dari..muter kelilingi kapal..lihat lihat
suntuk...nunggu di sini" Jawabku kesal.
"Oalah..kirain kesasar kemana"
Kata Giyuk sambil tersenyum.
"Giyuk..tadi ada orang aneh..lihatin aku terus, dia..merokok di sampingku,
bau rokoknya kayak bau dupa...aku jadi
takut..Yuk.." Kataku.
"Ah...paling orang iseng aja Yas.."
Kata Trinil ngikut nimbrung ngobrol.
"Paling..karena lihat kamu cantik, jadi
dia naksir he..he.." Celetuk Giyuk.
"Halaaah...opo iyo.." Kataku.
" Trinil..kapan...sampainya dipelabuhan
Lembar iki Nil..?" Kata Giyuk.
Seperti nya kami semua sudah mulai
jenuh dan capek menunggu. kami pun hanya berbaring di matras yang ada
di ruangan itu.
Setelah menunggu sekian lama
saat yang di tunggu tunggu pun tiba.
suara sirene kapal yang menandakan
kapal akan bersandar di dermaga
pelabuhan Lembar Lombok Barat.
Bruuummm...Bruuuummm.
para penumpang pun segera menuju ke kendaraan nya masing masing. kami pun
berjalan naik bis. eh.. tapi aku lihat Mas
Salim yang baru ku kenal di atas kapal.
dia tersenyum melambai sebelum masuk ke mobilnya yang parkir di depan bis kami.
"Mbak Tiyas...semoga sukses"
Teriaknya sambil lambaikan tangannya.
Aku lihat teman laki laki di sampingnya
manis senyuman, dia mengangguk tanda
salam sapa nya. aku pun naik ke bis yang
kami tumpangi. tidak berselang lama, aku terkejut ketika tangan seorang laki laki mencolek pundakku. ternyata Mas Salim.
"Dik Tiyas...ini kartu namaku, kalau
lagi di Sumbawa hubungi aku atau kalau
perlu bantuanku..telepon aku ya.."
Kata Mas Salim.
"Tapi...aku gak punya telpon Mas"
Dia merogoh saku celananya dan
memberikan sebuah Hp kecil yang hanya
bisa buat telpon saja. dia lalu serahkan
HP itu padaku.
"Inih..untuk mu.." Katanya.
"Loh..Mas..saya gak bisa nerima"
Tiiiin...Tiiiin...Tiiinn...
Mendengar bunyi klason bis itu,
dia buru buru menaruh Hp itu dalam pangkuan ku, sambil bergegas turun dari bis yang kami tumpangi, aku masih melongo sambil pegang Hp tadi.
*** Bersambung...