Christian bangun dan berjalan menghampiri Yuka. Ia merasa sedang bermimpi melihat wanita itu. Yuka heran, kenapa Christian memasang wajah sedih seperti itu.
"Kenapa?" tanya Yuka.
"Ini kamu, Sayang?" Ia balik bertanya dan mencoba menyentuh pipi Yuka. Saat tangannya sudah berada di depan Wajah Yuka. Wanita itu menepis pelan tangan suaminya.
"Melihat kamu masih marah, aku yakin ini benar-benar kamu," ucap Christian.
"Kamu aneh." Yuka menaruh kantong belanja di atas tempat tidur.
"Apa aku boleh bertanya, kamu dari mana?"
"Aku pergi ke mal bersama putriku. Aku tidak mau Jihan stres gara-gara tidak boleh keluar sama diktator," jawab Yuka dengan kata-kata sindiran tajam.
"Sudahlah, Sayang. Jangan marah lagi."
"Kamu tidak sadar dengan kesalahanmu, bagaimana bisa kemarahanku padamu reda," ucapnya dengan emosi yang meluap-luap.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com