webnovel

Tersembunyi di Dalam Celah Gunung

Biên tập viên: Wave Literature

Cacing Liquor berbentuk seperti ulat sutera; tubuhnya mengeluarkan sinar seputih mutiara. Ia sedikit gemuk dan berwajah menggemaskan.

Cacing Liquor mengonsumsi anggur dan mampu untuk terbang. Saat ia terbang, badannya akan meringkuk membentuk sebuah bola; dan gerakannya sangat cepat. Meskipun ia hanya Gu tingkat satu, dia lebih berharga daripada beberapa Gu tingkat dua.

Menggunakan cacing Liquor sebagai Gu daya hidup jauh lebih menguntungkan dibanding menggunakan Gu Moonlight.

Saat ini, cacing Liquor sedang menempel pada salah satu bambu – jaraknya sekitar 50-60 langkah dari posisi Fang Yuan. Pria itu menahan dan menghela napas perlahan seraya melangkah mundur.

Ia tahu jarak mereka sangat dekat, namun akan sangat sulit bagi seorang pemula sepertinya untuk menangkap cacing itu dengan tangannya sendiri. Bisa dibilang, kemungkinan ia gagal sangat besar.

Fang Yuan tak bisa melihat cacing itu dengan jelas, namun ia bisa merasakan cacing itu melihatnya dengan tatapan waspada. Pria itu mundur perlahan; berusaha untuk tidak mengganggu cacing tersebut.

Ia tahu jika cacing itu memutuskan untuk terbang, ia tak akan bisa menangkapnya. Ia harus menunggu hingga cacing itu minum sampai mabuk. Dengan begitu, ketika kecepatannya melambat, Fang Yuan bisa menangkapnya.

Melihat Fang Yuan menjauh, cacing Liquor itu membalikkan badannya. Aroma anggur itu sangat harum dan menggoda, membuatnya tak berdaya. Jika ia mempunyai air liur, maka air liur itu akan terus menetes dari mulutnya.

Namun, cacing Liquor itu sangat cermat dan berhati-hati. Hanya setelah Fang Yuan mundur 200 langkah, baru ia mengerutkan badannya dan melompat di udara. Badannya membentuk sebuah bola – persis seperti gumpalan nasi putih yang mungil. Gumpalan nasi itu memutar di udara, lalu turun ke arah rerumputan yang telah ternodai oleh anggur tadi.

Dengan makanan lezat di depan matanya, cacing itu mulai lengah. Dengan tidak sabar, ia memanjati kuncup bunga yang penuh dengan anggur dan memasukkan kepalanya ke sana – hanya ekor gemuknya yang tertinggal di luar.

Cacing itu minum dengan rakus – anggur Green Bamboo memang sangat lezat. Ia membuka mulutnya lebar-lebar dan langsung menghabiskan anggur yang ada. Ia sangat fokus pada anggur itu hingga ia melupakan Fang Yuan.

Disaat itulah, Fang Yuan mulai mendekati cacing itu secara perlahan. Ia bisa melihat ekor gemuk dan bundar milik cacing itu. Ekor itu bercahaya seperti mutiara.

Awalnya, ekor cacing itu tak bergerak sama sekali. Setelah beberapa saat, ekor itu mulai melengkung – tanda bahwa cacing itu terlihat senang. Ketika jarak Fang Yuan tinggal 10 langkah dari cacing itu, ekornya mulai bergoyang-goyang dengan ceria.

Cacing itu sudah sangat mabuk!

Fang Yuan hampir tertawa melihatnya. Ia tak lagi melanjutkan langkahnya, namun diam menunggu. Jika ia cepat-cepat mendatangi cacing itu, kemungkinan besar ia akan berhasil menangkapnya. Namun tujuan utama Fang Yuan adalah supaya cacing itu akan menuntunnya ke jasad Biksu Flower Wine.

Selang beberapa waktu kemudian, cacing Liquor keluar dari kuncup bunga. Tubuhnya terlihat lebih gemuk dan kepalanya bergoyang-goyang – persis seperti orang mabuk. Saking mabuknya, ia tidak menyadari keberadaan Fang Yuan. Ia lalu memanjati bunga yang lain dan mulai minum tetesan anggur yang ada.

Kali ini, setelah ia selesai minum, perutnya sudah kenyang. Tubuhnya meringkuk membentuk bola dan terbang perlahan. Ketika jaraknya sudah mencapai 1.5 meter dari tanah, ia mulai terbang masuk ke dalam hutan bambu.

Fang Yuan segera mengikuti jejaknya.

Cacing Liquor itu mabuk berat, sehingga kecepatan terbangnya hanya setengah dari biasanya. Meskipun begitu, Fang Yuan masih harus berlari kencang demi mengikuti bayangan cacing itu.

Malam itu terlihat samar dalam pandangannya; ia terlalu sibuk berlari mengejar segumpal bola salju di tengah hutan bambu.

Sinar rembulan malam itu terlihat lembut, dan angin malam berhembus pelan. Ia berlari melewati kumpulan tombak bambu di dalam hutan itu. Di bawah kakinya merupakan hamparan rumput dengan bunga-bunga liar. Terdapat beberapa bebatuan yang dibalut lumut beserta bambu yang berwarna kekuningan.

Bayangan Fang Yuan juga ikut berlari melewati bayangan-bayangan milik sekumpulan bambu di sekitarnya. Ia terus menjaga pandangannya pada segumpal bola salju di depannya. Napasnya menghirup udara segar pegunungan dengan rakus; dan ia terus memaksa kedua kakinya untuk terus berlari mengikuti aroma anggur yang ditinggalkan cacing itu.

Karena larinya yang sangat cepat, sinar rembulan di langit terlihat seperti gumpalan air di matanya. Cahaya dan bayangan di sekitarnya bergoyang-goyang seperti rumput laut.

Cacing Liquor itu terbang melewati hutan bambu tersebut; begitu juga dengan Fang Yuan. Hamparan bunga putih dengan corak kuning di tengahnya mulai menerbangkan kelopaknya dari bawah kedua kakinya. Sekumpulan jangkrik Dragonpill terbang berurutan di hadapannya. Ketika Fang Yuan berlari melewati mereka, kabut berwarna merah samar langsung melewati pandangannya – seperti lautan kunang-kunang merah yang muncul dari balik awan.

Fang Yuan berlari melewati sebuah sungai kecil yang dipenuhi oleh kerikil. Permukaan air yang beriak itu merefleksikan bayangan bulan di langit malam. Riak-riak air itu berwarna perak.

Sayangnya, bebatuan yang ada di dalam sungai ini telah lama rusak akibat sering diinjak.

Fang Yuan terus mengejar cacing Liquor itu. Tak lama kemudian, ia bisa mendengar suara air terjun. Setelah ia melewati hutan, ia melihat cacing itu terbang masuk ke dalam sebuah celah di tengah-tengah batu besar.

Fang Yuan berhenti berlari dan melihat tempat itu dengan senang.

"Jadi disini…" Napasnya terengah-engah dan jantungnya berdebar sangat kencang. Ia bisa merasakan seluruh tubuhnya berkeringat; napasnya terasa panas dan sirkulasi darahnya bertambah cepat.

Ia melihat sekelilingnya dan menemukan bahwa tempat itu merupakan sebuah tambang terbuka yang dangkal.

Bebatuan dengan berbagai ukuran menutupi tanah; dan permukaan sungai di sana hanya menutupi sedikit bebatuan kecil. Ada juga bebatuan besar berwarna abu-abu yang tersebar di sekitar tempat itu.

Di balik Gunung Qing Mao, terdapat sebuah air terjun yang besar. Gerakan air terjun itu bergantung dengan cuaca yang ada; ia turun ke Bumi dan jatuh ke dalam kolam yang dalam. Di samping kolam itu terdapat Desa Klan Bai – klan yang memiliki pengaruh yang sama kuat dengan Desa Gu Yue.

Air terjun itu terbagi menjadi beberapa air terjun kecil, dan terlihat jelas bahwa Fang Yuan sedang berhadapan dengan salah satu cabang air terjun. Biasanya, tambang itu terlihat kering. Namun, karena hujan yang terus turun beberapa hari ini, muncul sebuah sungai yang dangkal di sana.

Aliran air itu berasal dari batu besar yang telah dimasuki oleh cacing Liquor.

Batu besar itu bertengger pada dinding gunung. Sekumpulan air terjun kecil di sana bergerak turun bagai ular piton, lalu menabrak dinding batu. Setelah jeda waktu yang cukup lama, bagian batu itu terkikis dan membentuk sebuah celah.

Air terjun itu mengeluarkan suara aliran yang lembut – seperti sebuah tirai berwarna putih yang menghalangi celah di batu itu.

Setelah memperhatikan sekelilingnya, napas Fang Yuan tak lagi tergesa-gesa. Kedua matanya dipenuhi tekad. Ia berjalan menuju batu itu, menarik napas panjang, lalu mulai berlari masuk.

Celah batu itu berukuran cukup besar; dua orang dewasa bisa masuk bersampingan tanpa ada masalah – apalagi Fang Yuan yang merupakan remaja berusia 15 tahun.

Begitu ia berlari masuk, tubuhnya langsung dihantam oleh arus air terjun yang cepat. Tubuhnya langsung diguyur oleh air dingin itu. Ia berusaha melawan tekanan air itu sambil melangkah masuk. Setelah beberapa langkah, tekanan air terjun itu mulai berkurang.

Namun, celah yang ia masuki mulai mengecil, hingga ia harus berjalan menyamping. Kedua telinganya dipenuhi oleh suara air, kepalanya basah karena air terjun, dan suasana di hadapannya terlihat hitam pekat.

Ada apa dibalik kegelapan itu?

Bisa jadi ada ular berbisa, atau cicak beracun. Mungkin itu adalah jebakan yang dipasang oleh Biksu Flower Wine. Tapi, bisa jadi tak ada apapun disana.

Fang Yuan hanya bisa berjalan maju menuju kegelapan itu. Kepalanya tak lagi diguyur oleh air; dinding batu di sisinya dibalut oleh lumut yang licin. Ia hanya bisa melihat kegelapan, dan celah itu semakin menyempit dan mulai menekannya – hingga ia tak mampu menggerakkan kepalanya dengan bebas. Meskipun begitu, Fang Yuan menggertakkan giginya dan tetap berjalan maju.

Setelah berjalan selama 20 langkah, ia melihat cahaya berwarna kemerahan yang samar. Awalnya, ia mengira itu adalah sebuah ilusi. Namun, setelah ia mengedipkan mata dan melihat lebih jelas, ia menyadari bahwa cahaya itu benar-benar nyata!

Setelah mengetahui hal itu, ia mulai kembali bersemangat.

Ia melanjutkan langkahnya sebanyak 50-60 langkah, dan cahaya itu terlihat semakin terang. Cahaya itu mulai membentuk lapisan yang panjang dan vertikal.

Ia merentangkan lengan kirinya, dan ia menyadari bahwa dinding di sampingnya membentuk lengkungan. Setelah menyadari bahwa ada ruangan tertutup di dalam batu itu, ia langsung merasa bahagia. Setelah beberapa langkah lagi, ia berlari mendekati lapisan cahaya yang ada di depannya.

Kedua matanya langsung dihadapkan dengan ruangan kecil berukuran 80 meter persegi.

"Aku sudah berjalan sangat lama. Dengan jarak sejauh ini, aku seharusnya sudah jauh melewati batu besar tadi – jadi harusnya aku sekarang sedang berada di dalam pusat tebing." Sembari mengukur ruangan itu, ia merentangkan otot lengan dan kakinya.

Ruangan itu dipenuhi oleh cahaya merah, namun ia tak tahu darimana asal cahaya itu. Dinding batu dipenuhi oleh lumut, tapi udara di sana terasa sangat kering. Ia bisa melihat beberapa tumbuhan menjalar yang sudah lama layu menempel di dinding. Tumbuhan-tumbuhan itu saling bertautan dan memenuhi setengah dari permukaan dinding. Beberapa bunga layu pun juga tumbuh disana.

Fang Yuan melihat bangkai bunga dan tumbuhan itu; ia merasa mengenali semuanya.

"Mereka adalah Gu Wine Sack Flower dan Gu Rice Pouch Grass," ia tiba-tiba mengingat dan langsung mengenali tanaman-tanaman itu.

Gu ada dalam berbagai bentuk. Sebagian berbentuk seperti batu mineral; seperti Gu Moonlight yang berbentuk kristal biru. Beberapa berbentuk seperti cacing – contohnya adalah cacing Liquor yang berbentuk seperti ulat sutera. Ada juga yang berbentuk seperti tanaman – seperti Gu Wine Sack Flower dan Gu Rice Pouch Grass yang ada dihadapan Fang Yuan saat ini.

Dua tipe Gu ini merupakan Gu natural tingkat satu. Hanya dengan cairan primeval, mereka bisa tumbuh. Setelah tumbuh, bagian tengah bunga itu akan mengeluarkan nektar anggur, dan kantong rumput pada tumbuhan itu akan mengeluarkan aroma beras.

Fang Yuan menolehkan pandangannya dari tumbuhan-tumbuhan itu, dan di ujung ruangan, ia menemukan tumpukan akar layu yang membentuk sebuah rumpun bola. Cacing Liquor sedang tertidur pulas di atas tumpukan akar itu. Saat ini ia sangat mudah diraih.

Fang Yuan mengambil cacing itu. Lalu, ia berlutut dan menyingkirkan tumbuhan-tumbuhan menjalar yang ada di depannya. Pada saat yang bersamaan, ia menemukan tumpukan tulang belulang disana.

"Akhirnya aku menemukanmu, Biksu Flower Wine." Ia tersenyum puas.

Disaat ia akan menyingkirkan sisa tumbuhan-tumbuhan yang lain, tiba-tiba….

"Berani menyentuhnya?" Sebuah suara yang mengerikan terdengar di belakang Fang Yuan.