webnovel

Episode 1 : Prolog.

Di dalam ruangan kantor yang sepi, seorang Ceo tampan sedang duduk berduaan dengan seorang sekretaris barunya yang cantik. Ceo tampan tadi mencoba menggeser duduknya lebih dekat ke arah sekretarisnya dan mulai merangkulnya perlahan.

"Zeran ! hentikan, aku sudah bilang padamu, aku sudah menikah ! menjauhlah !"

Zeran hanya tersenyum memandang wajah sekretarisnya yang mulai kemerahan itu.

"Lalu memangnya kenapa kalau kau sudah menikah? Aku dengar, suamimu tak bisa memuaskanmu karena dia memiliki wajah yang mengerikan."

Saat Zeran selesai berkata seperti itu, sebuah tamparan keras mendarat di pipi Zeran, Nian yang sudah merasa kesal kemudian hendak meninggalkan ruangan Ceo itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Nian, tunggu !" Zeran bangkit menarik tangan Nian hingga tubuh Nian pun tertarik kepelukan Zeran. Tanpa buang waktu lagi, Zeran langsung mencium bibir Nian dengan ganas, sontak, hal itu membuat Nian terkejut dan mengigit bibir Zeran untuk melepaskan ciumannya.

Zeran hanya tersenyum sembari mengusap darah yang ada di bibirnya.

"Kenapa kau melakukan ini, bukannya sudah kubilang kalau aku sudah menikah!?"

Zeran kemudian kembali tersenyum. "Seingatku, putrimu pernah memberitahuku, kalau kau fobia terhadap laki-laki dan tak bisa dekat dengan mereka. Lalu, kenapa saat denganku, kau bisa sedekat ini?"

"Itu karena ...." Nian terlihat bingung menjawab pertanyaan itu.

Aku tak ingin mengakuinya ... tapi, hanya pria ini dan suamikulah yang bisa selalu kusentuh tanpa merasa jijik. Aku sendiri tak dapat menjelaskannya kenapa, tubuhku bereaksi begitu saja ketika berada di sekitar pria, namun tidak untuk suamiku dan orang ini.

Zeran lalu makin tersenyum. "Jujurlah, kau juga menyukai ini, bukan?"

"Apa!? Jangan bodoh, aku sudah menikah dan hanya akan mencintai suamiku, lebih baik kaubuang jauh-jauh pikiran bodohmu itu," ucap Nian marah.

Tiba-tiba saja, Zeran langsung memeluk Nian dari belakang dan membisikkan di telinganya. "Tapi aku, jatuh cinta padamu," ucapnya lembut.

Sontak, kuping Nian langsung memerah, dia segera melepaskan pelukan Zeran dengan menginjak kakinya keras, dan berjalan keluar pintu dengan terburu-buru dengan wajahnya yang masih setengah merah.

Zeran hanya tersenyum melihat kepolosan sekretarisnya itu. Nian, kau sangat lucu. Aku tak menyangka, kau begitu mencintai suamimu yang bahkan wajahnya saja tak pernah kaulihat. Sungguh langka bertemu wanita sepertimu.

Seorang perempuan melihat kejadian itu dari luar, dia lalu menatap ke arah Nian yang berlalu dengan tatapan dendam dan kesal. Wanita sialan, lihat saja, aku akan membuat hidupmu menderita karena berani menggoda President Zeran.

....

Di luar perusahaan, Nian menghela nafasnya berulang kali karena merarsa lelah dengan perlakuan Zeran hari ini. Dasar sialan ! bagaimana dia bisa menyatakan cinta meski sudah tahu aku sudah menikah. Aku benar-benar tidak mengerti dirinya, tapi, demi informasi tentang ibuku, aku harus bertahan dan bekerja di sini sampai misiku selesai.

Telpon Nian kemudian berdering. Foto anak kecil cantik terpampang di profil orang yang menelponnya. "Halo, Mami?"

"Ya, ada apa Hana?"

"Ah, aku hanya ingin bilang, bisakah Mami datang besok ke acara pertemuan orangtua di SD-ku besok?"

"Tentu—, ah, apa acaranya pagi?"

"Tentu pagi."

"Kalau begitu, mungkin Mami akan datang terlambat."

"Begitu ya. Kalau Mami sibuk, Mami boleh tidak datang kok, kalau begitu sampai jumpa." Hana kemudian mematikan telpon.

"Tunggu Hana ...." Tut-tut-tut, suara telpon dimatikan.

Hufftt sepertinya, aku membuat putriku kecewa lagi. Aku tahu kalau dia tak akan keberatan tentang aku datang atau tidak, karena aku tahu dia adalah anak yang tegar. Tapi bagaimanapun, dia masihlah anak-anak, dia pasti membutuhkan kehadiran orangtua di sisinya, terlebih, Hana hanya memiliki aku seorang sebagai orangtuanya. Jika bukan karena rapat direksi besok pagi ... apa mungkin aku harus minta izin pada Zeran, ya?

Namun mengingat sifat Zeran yang selalu mengambil keuntungan darinya, dia melupakan niatnya.

Sudahlah lupakan, aku akan datang terlambat saja. Lagi pula rapat paling lama hanya berlangsung dua jam, aku yakin—

Beberapa saat kemudian, sebuah pesan masuk ke handphonenya, pesan itu berasal dari Dewan direksi mengatakan kalau rapat besok pagi ditunda satu hari. Sontak mengetahui kabar itu, Nian meloncat-loncat kegirangan karena akhirnya bisa menemani putrinya yang imut itu pada pertemuan sekolah besok.

....

Di lain sisi, Zeran hanya memandangi Nian yang meloncat-loncat kegirangan dengan tersenyum tipis dari atas kantornya. Sembari membuka earphone yang ada di telinganya, dia lalu kembali ke mejanya.

"Boss, sepertinya kebiasaanmu menguping handphone orang lain masih belum berubah, ya?" ucap Bob yaitu tangan kanan Zeran.

"Aissh, kau ini berisik Bob."

"Tapi apa ini benar baik-baik saja, rapat besok adalah membahas kerja sama dengan Perusahaan Zadia."

"Tak perlu khawatir, bilang saja ke Vian kalau rapatnya diundur. Lagi pula, dia adalah keponakan temanku, yang berarti dia temanku juga. Bagiku, tak ada yang lebih menarik melainkan melihat ekspresi kelinci kecilku itu."

"Baiklah, kalau begitu aku akan segera beritahu pihak terkait."

Sepertinya Boss masih sangat terobsesi dengan gadis itu, sungguh langka melihat Boss sangat tertarik pada wanita sampai seperti ini. Keluh Bob dalam hati.

"Ngomong-ngomong Bos, kenapa bajumu tampak sedikit kusut?" tanya Bob.

Sontak, saat itu Zeran langsung sadar kalau bajunya sedikit kusut, dia langsung memeriksa semua kantong yang ada di baju dan celananya, dan hasilnya ... semuanya kosong, kunci mobil, dompet dan semua kartu-kartu pentingnya hilang. Bukannya panik mengetahui semua itu hilang, Zeran hanya tersenyum sembari memandang lurus ke arah jendela kaca. Kelinci kecil, kau memang benar-benar layak dengan namamu, Sang Pencuri bulan, pencuri nomor satu di dunia bawah. Sepertinya lain kali, aku harus lebih hati-hati saat berada di sekitarmu.

"Bob !"

"Ya Boss!?" ucap Bob terkejut.

"Aku nanti pulang nebeng ya ...."

Nebeng...?

.....

Sesampainya di rumah suaminya yang besar, Nian masuk ke dalam rumah dan hanya menemukan nenek suaminya sedang duduk sembari menghias sebuah bonsai.

"Nek, dimana Yunfei?"

"Nian, kau sudah pulang. Yunfei tadi keluar ke rumah sakit untuk mengecek lukanya seperti biasa, apa ada yang kau butuhkan darinya?"

"Tidak, aku hanya ingin memberikan makanan kesukaannya," ucap Nian mengangkat kantong plastik putih berisi sekotak rendang.

"Kau sungguh istri yang pengertian dan baik, Yunfei sangat beruntung bisa menikah denganmu," ucap neneknya.

Di puji seperti itu, tak membuat Nian senang, melainkan merasa sangat terluka di dalam. Tujuan dia membeli makanan favorit suaminya itu adalah untuk mengurangi rasa bersalah dalam dirinya karena telah 'dekat' dengan pria lain.

Perasaan tidak enak ini, aku sangat membencinya. Aku merasa sangat bersalah pada Yunfei, padahal, dia selalu memperlakukan aku dengan baik, tidak pernah memaksaku, dan selalu perhatian padaku, tapi pada akhirnya, aku adalah wanita yang kotor ... yang bisa berdebar untuk laki-laki yang bahkan memperlakukanku dengan buruk. Aku harus segera menemukan informasi ibuku yang tersimpan di perusahaan Avenging, sehingga aku bisa keluar dari sana dan berhenti bertemu dengan si Zeran itu lagi selamanya.

"Kalau begitu Nek, aku pergi istirahat dulu."

"Baiklah, istirahatlah yang nyenyak," ucap neneknya tersenyum.

Aku sangat capek hari ini, terlebih, besok aku harus menemani Hana ke sekolah barunya. Aku belum berani mengatakan kalau aku memiliki seorang putri pada keluarga Mo, aku takut mereka akan membenciku dan Hana nanti. Lagi pula, tujuanku berada di sini adalah untuk balas dendam pada keluarga Fu. Jadi sampai saat itu tiba, aku belum bisa mengungkap kebenarannya.

....

Nenek Yunfei hanya memandangi Nian yang berjalan dengan lesu sembari tersenyum tipis. Aissh anak muda jaman sekarang terlalu banyak drama. Aku berharap, mereka bisa bahagia. Yunfei, kau harus lebih memerhatikan istrimu lagi.

....

Cukup lama Nian tertidur di kasur empuknya itu, tenggorokannya tiba-tiba mengering dan terasa sakit, dia lalu mencoba untuk bangun, namun dia terkejut melihat siluet seseorang di kamarnya yang gelap itu. Dari postur tubuhnya dan juga bentuk badannya, dia tahu betul siapa itu.

Zeran... Gumamnya dalam hati dengan mata yang masih sedikit mengantuk.

Lampu pun di nyalakan oleh orang itu. "Nian, apa kau terbangun? Maafkan aku, aku tadi hanya ganti baju."

"Yunfei...?" ucap Nian setengah mengantuk.

Bagaimana aku bisa salah melihat Yunfei sebagai si pria sialan Zeran. Aku pasti sudah gila karena membayangkan pria itu, mungkin ini efek buruk karena terlalu lama bersama dengannya.

Yunfei lalu meletakkan tangannya di kening Nian. "Apa kau demam, wajahmu terlihat pucat?" tanya Yunfei.

Di perlakukan seperti itu, membuat Nian sedikit terkejut, namun juga senang, Benar, Zeran adalah kebalikan dari Yunfei. Yunfei adalah orang yang sangat baik, oleh karena itulah aku selalu merasa nyaman ketika berada di sekitarnya.

Nian lalu mengambil tangan hangat Yunfei itu lalu mengecupnya pelan. "Aku baik-baik saja sayang, jangan khawatir," jawab Nian tersenyum manis.

Yunfei yang diperlakukan seperti itu, menjadi sedikit tersipu karena tingkah manis Nian.

Entah seperti apapun rupa Yunfei di balik perbannya, aku akan selalu menghargainya sebagai seorang suami.

Saat mereka sedang asik memandang satu sama lain, tiba-tiba suara petir menyambar diikuti oleh deburan hujan yang deras, menyapu dedaunan layu yang ada tepat di pohon samping jendelanya. Tak hanya daun yang disapu hujan, namun senyuman yang tadinya menghiasi wajahnya juga ikut terbawa genangan air hujan.

Melihat istrinya yang tiba-tiba murung, Yunfei khawatir dan mulai bertanya, "Apa kau membenci hujan?"

Nian tak langsung menjawab, dia terdiam beberapa detik sembari memandang lurus ke arah hujan yang jatuh menyapu debu-debu di luar jendelanya. "Tidak, hanya saja ... hujan selalu mengingatkanku dengan kenangan yang buruk