Lima belas tahun kemudian.
Seorang pemuda dengan mata yang berbeda itu terbangun dari tidur siangnya begitu terkejut mengalami mimpi buruk, dia tertidur bersandar di sebuah batang pohon namun dia berpeluh keringat begitu banyak, sedangkan dia sudah berlindung di bawah pohon rindang menghindari sengatan matahari. Walaupun sebenarnya dia tidak berada di bawah … lebih tepatnya dia tertidur di atas sebuah ranting pohon yang besar.
Sejauh mata memandang hanya ada pepohonan dan hewan - hewan liar di sekitarnya, itu yang membuatnya berada di atas pohon yang menjulang tinggi untuk melindungi dirinya karena dia sedang berada di dalam hutan.
"Alev! Kamu dimana!"
Terdengar suara di dalam hutan begitu samar seseorang tengah memanggil namanya.
Kalian mendengar itu. Dia adalah Alev, seorang anak desa dengan iris mata yang berbeda, dan apa yang dia lakukan di hutan saat ini adalah menunggu … lebih tepatnya dia tidak tahu harus melakukan apa.
Alev berburu dengan cara yang berbeda bagi kebanyakan pemburu yang dia ketahui, dia tidak hanya menggunakan panah untuk menembak buruannya tetapi dia juga menggunakan jebakan untuk menangkap mangsanya. Itulah mengapa dia terlihat sedang berleha - leha di dalam hutan, karena kunci untuk mendapatkan hasilnya adalah kesabaran.
"Aku disini Paman Jake!" Jawab Alev melambaikan tangannya.
Alev tidak terlihat seperti seorang pemburu dengan pakaian sederhana yang dia kenakan, apalagi dengan wajahnya yang tampak baru bangun tidur saat ini. Dia lebih terlihat seperti anak desa yang biasanya bekerja di ladang jika dibandingkan dengan Paman Jake yang dia panggil.
Paman Jake itu adalah seorang pria paruh baya yang tinggal di dalam hutan yang benar - benar mencari makan ditempat ini sebagai pemburu. Penampilannya begitu nyentrik dengan jubah dari kulit beruang yang dia kenakan hingga menutupi kepalanya, badannya yang besar membuat sosoknya tampak seperti beruang sungguhan dan begitu menyeramkan karena ditambah jenggot dan rambutnya yang panjang berwarna coklat, dia benar - benar terlihat berbeda dari orang desa di sekitarnya, karena dia memang seorang pendatang yang menetap di desa ini beberapa tahun sebelumnya.
Jadi tidak hanya hewan, manusia pun akan takut jika melihat sosoknya. Tapi itu tidak berlaku untuk Alev yang bertemu dengannya 8 tahun lalu saat dia masih seorang anak - anak dan yang ada di pikirannya waktu itu hanyalah takjub. Ketika dia melihat kemampuan memanah Paman Jake, dan karena kedekatannya dengan Alev itu yang membuat dia dapat diterima oleh warga desa meskipun dia tetap memilih untuk tinggal di dalam hutan.
"Apa yang kamu lakukan di atas sana?" Tanya Paman Jake yang mendangak melihat ke arahnya, dan dengan tangannya yang melindungi mata dari cahaya yang menyilaukan melintas dari sela - sela daun itu yang membuatnya tidak dapat dengan jelas melihat Alev.
Alev sedikitpun belum membangunkan dirinya hingga dia masih tampak bersandar di batang pohong, "hoam!" Seketika keluar dari mulutnya dengan santai, dia menguap.
Walaupun Jake tidak dapat begitu jelas melihatnya, akan tetapi dia sadar mendengar suara Alev yang tengah menguap itu dan membuatnya sedikit kesal mengetahui dia sedang berada di atas sana bermalas - malasan.
"Aku memintamu untuk memburu, dan apa yang kamu lakukan saat ini? Tidur siang! Turun sekarang atau aku yang akan naik ke atas sana dan menendangmu!" Teriak Paman Jake yang terdengar memekik padanya dan itu membuat wajahnya yang garang terlihat mendukung memberikan rasa takut pada Alev yang melihatnya.
Alev yang bergidik ngeri mendengar itu membuat dia langsung terduduk di atas ranting dan hanya menggarukan kepalanya, "kamu tahu paman ekspresimu itu begitu seram jika kamu berteriak seperti itu, aku jadi tidak tahu disaat kamu sedang benar - benar marah atau hanya sekedar berteriak memaksaku turun," ucap Alev bercanda padanya.
"Jadi, bisakah kamu sedikit tersenyum mengatakan itu Paman," ucap Alev kembali melanjutkan candanya memperlihatkan senyum yang begitu kaku.
"Alev!" Tukas Paman Jake.
"Iya paman, baiklah aku akan segera turun." Alev merasa sedikit kecewa karena candanya tidak digubris, mengabaikan itu dia mempersiapkan diri untuk turun dari tempatnya.
Alev menjatuhkan dirinya membuat dia menggantung di ranting pohon, lalu dia melompat dari satu ranting ke ranting yang lain begitu handal, melihat dirinya yang tampak seperti berakrobat itu membuat pohon besar itu bagaikan sebuah taman bermain baginya.
"Kamu tampak seperti tupai jika melompat begitu lincah seperti itu, sepertinya kamu sudah terbiasa melakukan itu," ucap Paman Jake menggerutu.
Alev kemudian melompat turun yang kini membuat dirinya dengan selamat menyentuh tanah, dia sebelumnya mendengar apa yang dikatakan oleh Paman Jake, dia kemudian menjawabnya, "Ayolah paman, jika tubuhmu cukup lentur kamu pasti bisa melakukan itu juga, kamu harus mencoba, sebenarnya itu menyenangkan." Alev tersenyum dengan kedua tangan yang menadah mempersilahkan dia untuk mencoba melakukan itu.
Paman Jake hanya menggertakan giginya dan dengan singkat dia menjawab, "Tidak!" Dia memalingkan wajahnya tidak memperhatikan Alev, "badanku terasa pegal, aku tidak mau membuat diriku keseleo nanti," lanjutnya.
Mendengar jawaban itu membuat Alev cengar - cengir sendiri melihatnya, "Ayolah paman, mengaku saja kamu tidak dapat melakukan itu kan. Itu tidak sulit untuk mengucap anya, jika kamu memang tidak mampu." Goda Alev padanya.
"Sudah lupakan itu, kamu bilang kalau kali ini kamu ingin berburu bersamaku, kita sudah berada jauh di dalam hutan, tapi mana hasil buruanmu?" Ucap Paman Jake menghiraukan Alev yang masih ingin menggodanya.
"Dan mana busurmu? Jangan bilang kalau busur itu dicuri rubah hutan!" Ucap Paman Jake kembali sambil melipat lengan, dengan memasang wajah cemberut memperhatikannya.
Senyuman Alev seketika berganti, dia ikut cemberut seperti Jake dengan menuduk lemas dia mengeluarkan suara yang terdengar lirih, "tidak, aku menggantungkankannya disana."
"Apa yang kamu bilang? Aku tidak dapat mendengarmu!" Tukas Paman Jake.
"Aku menggantungkannya di balik pohon itu!" Teriak Alev memperjelas ucapannya.
Mendengar itu membuat Paman Jake mengerutkan keningnya dan dia menggertakan giginya, sontak dia merespon, "bodoh! Sudah berapa kali aku bilang untuk tidak meninggalkan peralatanmu di dalam hutan!" Tegasnya pada Alev.
"Tapi aku tidak melihat satupun manusia di dalam hutan ini berada di sekitarku paman." Jawab Alev dengan menadahkan kedua tangannya, serta membuka matanya begitu lebar dia terlihat berusaha meyakinkannya.
"Tidak ada kata 'tapi' Alev! Itu sebuah peraturan untuk bertahan hidup di dalam hutan, jika kamu selalu melakukan itu, nantinya itu akan menjadi sebuah kebiasaan buruk. Paham!" Tegas Paman Jake kembali yang membuat Alev kembali menunduk lesu mendengarnya.
"Maaf paman, aku akan mengingatnya," ucap Alev yang kembali terdengar lirih.
Melihat Alev yang seperti itu membuat Paman Jake merasa sedikit tidak nyaman, kedua lengannya yang melipat itu kini tersingkap, dia seraya menarik nafas mencoba untuk rileks. Dia merasa kalau dirinya sudah bertindak terlalu keras pada Alev.
"Mungkin kita harus makan siang terlebih dahulu, sebelumnya aku menangkap seekor rusa yang sedang aku dinginkan di sungai kecil disana." Disaat mengatakan itu Paman Jake mengusap pelan rambut Alev, telapak tangannya terbuka begitu lebar hingga hampir menutupi seluruh bagian atas kepala Alev.
Alev mendongak memandangnya, "apa rusa itu gemuk paman?" perlahan terlihat senyum kembali di wajahnya. "Sebenarnya aku membuat jebakan untuk menangkap buruanku juga."
"Benarkah? Itu menarik," Paman Jake kemudian menopang dagunya, dia tampak seperti orang yang sedang berpikir, "aku tidak tahu bagaimana kamu memikirkan itu, tapi aku pernah mendengar kalau pemburu di dataran selatan berburu dengan cara seperti itu, aku penasaran seperti apa jebakan yang kamu buat itu?"
"Kamu juga tertarik melihatnya paman?" Alev berjalan menjauh darinya, dia mengambil busur serta anak panah yang megantung itu, lalu tangannya seraya mengajak Paman jake untuk mengikutinya.
"Sebenarnya itu alasanku ikut berburu bersamamu, aku sedang mencoba berburu dengan jebakan itu, tapi karena ini pertama kalinya. Jadi aku tidak terlalu yakin itu akan membuahkan hasil yang bagus." Jelas Alev kembali di sela - sela perjalanan mereka.
Alev memandunya menuju tempat yang dia pasangkan jebakan, tempat itu berjarak tidak jauh dari Alev yang sebelumnya beristirahat, karena mereka hanya harus melewati beberapa pohon dan semak lebat di dekat mereka untuk sampai kesana. Setelah melewati semak lebat itu mereka berdua terlihat terbelalak melihat sesuatu di hadapan mereka.
"Itu! Hasil yang terlalu bagus!" Spontan terucap dari mulut Paman Jake saat melihat jebakan yang berupa tali pengikat itu menangkap seekor kelinci yang tengah tergantung di udara, dan tidak hanya itu. Kelinci yang tertangkap itu sedang digigit seekor serigala kecil aneh dengan bulu berwarna perak yang memiliki kedua tanduk di kepalanya.