»Di kantor pusat MH Grup«
Dimas keringat dingin melihat suasana hati bos nya yang lagi gak enak. Tiba-tiba saja Alvin menatap sinis ke arah nya.
"Ceritakan!". seru Alvin.
Dimas pun langsung menceritakan hasil penyelidikannya tentang Ana, tanpa Ana sadari Alvin selalu mengawasinya dari kejauhan.
"Bagaimana dengan Maha University?". lanjut Alvin.
"Semuanya sudah saya urus bos. Ms. Ana sudah kembali bekerja, dan pihak humas kampus sudah memblokir berita tentang Ms. Ana". jelas Dimas dengan singkat padat dan jelas.
"Bulan ini bonusmu dua kali lipat". ucap Alvin seraya kembali menatap layar laptop nya.
Dimas tersenyum sambil berkata, "Terimakasih bos!".
Setelah itu Dimas keluar dari ruangan Alvin dengan hati yang bahagia sekaligus bingun dengan kemurahan hati bos nya itu. Setelah sampai di ruangan nya, Dimas tiba-tiba berfikir tentang kemurahan hati bosnya yang tidak masuk akal.
"Siapa Ms. Ana bagi bos? hanya melakukan hal kecil untuk Ms. Ana itu, bos memberikan saya bonus, Mmmm, tampaknya Ms. Ana adalah orang yang penting buat bos, dan aku harus catat itu, agar di masa depan aku tidak terkena masalah". Batin Dimas.
Alvin bukanlah lelaki yang pandai berkata-kata dia lebih banyak diam daripada bicara, karena MH Grup adalah perusahaan raksasa , jadi sekali memberi perintah maka tidak ada yang bisa membantah, meski begitu tidak ada yang tau tentang bos baru MH Grup secara Alvin tidak suka terekspos bahkan dia menerapkan peraturan kalau karyawan dilarang bergosip tentang semua yang terjadi di kantor termasuk bosnya, kalau tidak mau di pecat.
Saat ini di tangan Alvin, MH Grup semakin berjaya, hanya dalam satu bulan melalui tangan dingin nya semua tabloit dan berita menjadikanya topik utama namun tidak ada info tentang diri nya.
Tok ...
tok ...
"Masuk!". sahut Alvin tanpa ekspresi.
Dimas masuk dan segera melapor. " Boss di luar ada Ny besar dan tuan kecil".
"Kenapa tidak di suruh masuk saja?". tanya Alvin sambil menatap Dimas dengan sinis.
"Baa ... baik bos". jawab Dimas dengan gagap.
Setelah itu Dimas keluar dan membawa Ny Aira dan Zian masuk ke ruangan Alvin. Melihat Zian dan Ibu nya, Alvin langsung bangun dari duduknya, setelah itu Zian berlari ke pelukan Alvin.
"Jagoan kecil apa kamu merindukanku". tanya Alvin sambil mencium Zian dengan rakusnya, melihat tampilan kasih sayang itu hati Ibu Aira damai dan bahagia.
Setelah puas dengan Zian, Alvin melirik Ibu nya yang masih berdiri. "Ibu, ada apa?".
"Ibu ada urusan dan tidak tenang ninggalin Zian di rumah, tapi jika Ibu bawa dia ke acara Ibu-Ibu takutnya dia gak nyaman, makanya Ibu bawa kesini". Jelas Ibu Aira.
"Memangnya kapan Mbak Alisya akan datang? tidakkah dia rindu dengan anaknya?". tanya Alvin seraya mendudukkan Zian di pangkuan nya.
"Dia belum bisa meninggalkan suami nya, kemungkinan bulan depan baru dia bisa jemput Zian lagi". jelas Ibu Aira.
"Baiklah Bu, biarkan Zian di sini". ucap Alvin.
Setelah menitip Zian, Ibu Aira bergegas keluar, dan tinggalah Alvin dan Zian dalam ruangan.
Saat Alvin sedang sibuk dengan pekerjaan nya, tiba-tiba dia menatap Zian yang tampak asyik menggambar, seketika itu muncul ide dalam pikiran nya.
"Ada apa?". tanya Zian dengan heran ketika dia melihat Alvin duduk di depan nya sambil menatap nya penuh arti.
"Zian mau ke kebun binatang enggak?". tanya Alvin.
Zian berdiri dan tersenyum sambil berkata dengan riang,
"Tentu aku mau, ayo kita pergi sekarang!"
Melihat Zian setuju, Alvin langsung membuat panggilan pada Dimas.
"Ya Bos!". jawab Dimas dari seberang telpon.
"Batalkan semua janji temuku hari ini" seru Alvin.
"Tapi bos.. ".
"Kerjakan saja tanpa pakai tapi". Alvin menekankan perintah nya dengan suara dingin dan tegas.
"Baik bos".
Setelah menutup telepon Alvin menatap Zian, dan seseorang tertentu merasa sah sah saja jika memanfaatkan anak kecil demi tersampaikannya rasa rindu.
"Paman akan membawamu bermain dengan satu syarat". ucap Alvin.
Zian mendongak ke arah pamannya seraya mengerjapkan mata nya. "Apa?".
"Zian masih ingat tante Ana?". tanya Alvin.
Zian tampak berpikir sambil menyangga dagu nya mencoba mengingat-ingat. "Ahhh ... Iya aku ingat dengan tante itu. Ada apa dengan nya?".
Mendengar pertanyaan Zian, Alvin langsung berkata. "Nanti kamu kirim pesan pada tante itu, ajak dia jalan-jalan ke kebun binatang sama kita, tapi kamu harus bilang kalau kamu yang rindu ingin ketemu dia, bagaimana?".
"Tapi, Zian tidak tau nomer nya". Kata Zian dengan polos dan manyun.
"Paman punya, sekarang kita berangkat, nanti kalau sudah sampai tempat kerja tante itu , Zian langsung kirim pesan ya!". lanjut Alvin.
Bocah kecil itu pun mengangguk pasrah, setelah itu Alvin menggendong Zian keluar. Zian hanya diam dengan polosnya, dan tanpa curiga kalau dia sedang dimanfaatkan oleh orang dewasa, tapi itu tidak masalah asalkan dia bisa melihat Gorila di kebun binatang seperti film yang dia suka tonton.
Ketika Alvin keluar dengan Zian melalui pintu masuk umum, para staf perempuan sudah tentu mulai berbisik karena sangat jarang mereka bisa melihat pemandangan indah itu lewat di depan mereka.
"Ya Ampun bos semakin hari semakin tampan, coba saja mengambil foto nya tidak di larang aku pasti bahagia karena bisa menatapnya sebelum aku tidur"
"Eh ... Bos terlihat sayang banget sama pangeran kecil, Aaahhh suami idaman banget".
"Kira-kira siapa yang bakal beruntung ya dapetin si bos? ".
"Kabarnya sih bos tidak pernah dekat dengan wanita, apa mungkin dia.... ".
"Huss... Jangan sembarangan bicara, nanti kamu kena masalah".
Setelah bisik-bisik itu, mereka semua kembali bekerja karena mereka tidak mau kena masalah karena tau sendiri bagaimana temperamen bos mereka.