webnovel

Pelacur Di Ranjang Suamiku

Sebuah kisah nyata yang diceritakan dengan terisak-isak oleh pemilik kisah tersebut, sebut saja namanya Gava. Gava seorang wiraswastawan sukses, entrepreneur yang berhasil, memiliki perusahaan dimana-mana, cantik jelita, pandai, memiliki kesabaran yang luar biasa dan kekayaannya pun tiada tara. Dia menikah dengan seorang laki-laki bernama Rasyid yang luar biasa sempurna di dalam bayangan banyak orang. Kesempurnaan yang mereka berdua miliki tidak akan mungkin dapat membuat mereka menukar posisi pasangannya. Namun siapa yang menyangka bahwa ternyata Rasyid memiliki hubungan gelap dengan seorang wanita bernama Putri seorang pemilik Hotel ternama di Indonesia yang memiliki cabang dimana-mana. Putri yang agresif, centil, menggoda, ternyata mampu meluluhlantakkan hati Rasyid Gava yang baik selalu berpesan kepada Rasyid agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama hal itu lantas menjadi pegangan bagi Rasyid untuk melangkah bersama Putri. Rasyid lantas berinisiatif untuk menjadikan Putri sebagai istri kedua hal itu sesuai dengan janjinya kepada bahwa dia tidak akan pernah melanggar aturan dari Tuhan. Gava yang nyaris sempurna ternyata memiliki kelemahan yang membuat Rasyid akhirnya tergoda kepada Putri. Gava yang terlampau pemalu sehingga hubungan rumah tangga mereka menjadi hambar. Gava mampu menahan hasratnya untuk bercinta bersama suaminya sampai berbulan-bulan lamanya dan hal itu membuat Rasyid merasa tidak nyaman. Hingga kemudian kebutuhan untuk bercinta itupun dapat tersalurkan kepada Putri. Gava berhasil mengetahui hubungan Rasyid juga Putri melalui sahabatnya yang bernama Viko seorang pengacara yang sangat mencintainya sejak bertahun-tahun yang lalu. Dari Viko lah akhirnya Gava dan Putri bertemu muka mereka saling bercerita. Putri pun menceritakan kisah hubungan asmara juga hubungan ranjang antara Putri bersama Rasyid di depan Gava dan Viko. Amarah di hati Gava menggelegak. Dia nyaris tidak mampu menguasai dirinya, beruntung dia berhasil menahan

RARASHASHA · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
10 Chs

PERJUMPAAN TAK SENGAJA

Ryan menggerutu ketika tahu jam menunjukkan pukul delapan pagi. Ia memiliki janji dengan seorang pejabat yang memberinya kepercayaan untuk membangun sebuah sekolah terbesar di kotanya. Pejabat tersebut berasal dari partai yang sama dengan dirinya itu sebabnya tender ini Ryanlah yang terpilih.

Tepat pukul sembilan janji itu ia sepakati artinya waktu yang ia punya untuk berbenah kurang satu jam lagi. Ia pun segera merapikan diri dan menuju Warung Sambal Nenek, sesuai kesepakatan tiga hari yang lalu.

Proyek ini bernilai milyaran rupiah itu sebabnya Ryan berusaha sebaik mungkin menjaga kualitas pelayanannya.

Sejak ia berpisah dari Rayya, Ryan berusaha menjadi seorang pekerja keras. Bukan karena ia ingin mendapatkan pekerjaan namun semata untuk melonggarkan urat sarafnya agar ia tidak menjadi gila.

Rayya adalah semangat hidup baginya namun pernikahannya bersama Safitri adalah sesuatu yang telah ada selama bertahun-tahun sebelum Rayya muncul dalam kehidupannya.

Berpisah dengan Rayya adalah cambuk yang terus melukai hati dan tubuhnya membuat ia letih dan tak bisa bersikap sebagaimana layaknya.

Itulah mengapa pekerjaan menjadi salah satu pelarian bagi Ryan.

Jalanan macet, mobil Ryan beradu dengan mobil lain yang sama-sama ingin sampai di tempat tujuan yang berbeda tepat waktu. Semua berebut menjadi yang pertama. Hingga deru mobil dan suara klakson beradu menjadi satu. Ryan melirik jam tangannya, ia sudah hampir terlambat dari janji yang ia buat.

Memasuki pelataran Warung Sambal Nenek, Ryan telah melihat beberapa mobil mewah terparkir di sana. Jam menunjukkan pukul sembilan lebih empat puluh lima menit. Ryan memaki dirinya sendiri betapa ia telah berbuat sangat lamban hingga harus terlambat.

Meja nomer empat puluh tujuh di ruangan VVIP. Ryan menuju kesana, beberapa penganan telah terhidang. Di meja yang lain telah duduk dua lelaki dan dua wanita cantik.

"Assalamualaikum...." Sapa Ryan pada mereka.

"Waalaikumsalam, oh Pak Ryan. Silahkan duduk. "

Lelaki itu demikian ramah menyambut Ryan. Baru diketahui ternyata lelaki dengan kemeja lengan panjang berwarna hijau itu bernama Satria, dia anak buah Pak Ridwan, pejabat yang akan bekerja sama dengan Ryan.

"Mohon maaf ya, Pak. Bapak terpaksa harus terlambat karena pesawatnya delay. Tapi beliau berpesan agar kita tidak membuat Pak Ryan menunggu. Kita akan buat kesepakatannya terlebih dahulu nanti kalau kita sudah sepakat Bapak tinggal tanda tangan. "

Hingga kesepakatan demi kesepakatan mereka buat dan Ryan merasa beruntung mendapatkan job ini. Terbayang keuntungan yang sangat besar di depan matanya. Ia sangat bahagia.

"Bapak datang, " bisik seorang gadis yang sedari tadi mendampingi berbincang.

Satria bangkit, menuju tempat parkir menyusul seseorang yang tadi dipanggil 'bapak'.

Pak Ridwan berjalan menuju ruangan VVIP, tampak tubuhnya yang tinggi dan berperawakan cenderung gendut. Perutnyapun sedikit membuncit.

"Assalamualaikum... Mohon maaf Pak Ryan, pesawatnya delay jadi saya datang terlambat. " Ucap pak Ridwan sambil mengulurkan tangan.

Lelaki yang sudah beberapa kali menjabat sebagai petinggi ini demikian ramah.

Dia berbincang dengan beberapa anak buahnya, sambil kepalanya mengangguk-angguk kemudian jemarinya membubuhkan tanda tangan di lembar demi lembar kertas yang tadi sempat dibaca oleh Ryan.

"Intinya saya setuju, yang pasti saya ingin Pak Ryan mengerjakan semuanya dengan sempurna. Saya ingin kualitas ya, Pak. Saya tidak ingin ini berjalan dengan asal-asalan saja " Pak Ridwan menyampaikan harapan-harapannya pada Ryan.

"Siap, Pak. Saya akan usahakan sebaik mungkin. " Usai dengan kesepakatan tentang proyek itu, mereka pun berbincang hal-hal yang bersifat umum.

"Saya telephon dulu ya, Pak. "

"Silahkan."

"Halo, Ma. Mama kesini saja, kita makan disini, mama mau pesan apa? "

"Terserah papa saja. "

"Mama dijemput anak-anak ya. "

"Iya, Pa. "

Pak Ridwan menutup telephon nya sambil berkata,

"Istri muda saya... "

Bisik nya di telinga Ryan. Pak Ridwan seolah bangga sekali menyebut kata "istri muda" di telinga Ryan. Ryan pun membalasnya dengan senyum sebagai tanda penghormatan.

Sesaat kemudian seorang wanita datang, tubuhnya ramping, rambutnya panjang berombak, kerudung panjang menutupi sebagian rambutnya. Ia duduk di samping Pak Ridwan sambil bersandar kemudian Pak Ridwan pun membelai rambutnya dengan mesra. Mereka berbuat seolah tidak ada siapapun di antara mereka. Begitulah orang-orang beruang, mereka selalu punya cara untuk melakukan apapun sesuai dengan kemauannya.

Wanita itu membuka kaca mata berwarna ungu yang tadi ia kenakan. Ia menyendok tumis kangkung dan udang goreng. Kemudian wajahnya terangkat, senyumnya mengembang, tatapannya mengembara hingga bola mata indah itu melihat Ryan. Hatinya bergemuruh, debarannya menjadi lebih keras dari biasanya. Ribuan kisah yang pernah ia timbun dalam-dalam seolah bermunculan dan membuncah begitu saja.

Begitupun dengan Ryan, ia hampir saja berteriak. Wanita yang ada di hadapannya, wanita cantik istri kedua Pak Ridwan, wanita itu adalah Rayya.

Rayya, istrinya yang dulu di terlantarkan. Rayya yang selama ini menjadi semangat hidupnya.

Rayya yang dulu ia tinggalkan saat hamil.

"Kamu kalah, Ryan. " Bisik hatinya.

Ryan membantah hatinya yang terus mencemooh kebodohannya.

"Aku percaya Rayya mencintaiku. "

"Cinta yang mana? Faktanya sekarang Rayya menikah dengan lelaki lain. Dengan bos mu! "

Ryan marah, tangannya mengepal. Hatinya telah memperolok-olok dirinya.

Hari ini ia benar-benar telah kalah, dunia telah mempermalukan dirinya.

Hal paling menyakitkan adalah saat kita bertemu cinta namun cinta itu telah jadi milik orang lain.

Ryan menarik nafas panjang kemudian menghembuskan pelan-pelan.

"Eeee, maaf Pak. Mohon ijin saya pamit dulu. "

"Lho, kenapa terburu-buru? "

"Ada yang harus saya kerjakan di rumah. "

"Kok papa nggak ngajak Pak Ryan singgah ke rumah? " Ucap Rayya seolah sengaja menohok hati dan perasaan Ryan.

"Iya pak, singgah lah barang sejenak, Pak. " Ujar Pak Ridwan tanpa pernah mengetahui ada hubungan apa sebenarnya Rayya dan Ryan, ia bertindak biasa saja tanpa kecurigaan.

"Nanti kapan-kapan saya pasti singgah. "

"Kami punya bayi mungil yang sangat cantik. " Suara Rayya dibuat mendayu-dayu sedemikian rupa. Rayya seolah sengaja memancing emosi Ryan.

Ryan pamit, setengah berlari ia meninggalkan ruangan tersebut. Untuk pertama kalinya air matanya tumpah. Sebagai lelaki ia merasa terhina itu sebabnya ia merasa sangat sakit. Selama ini ia masih berjanji akan mencari Rayya, ia ingin menebus semua kesalahannya. Tapi sayang, Rayya telah menjadi milik orang lain. Ryan merasa tidak punya kesempatan lagi untuk merebut hati Rayya, andaipun bisa semua pasti dengan nukilan-nukilan luka. Rayya yang ada di depan mata Ryan sekarang sungguh berbeda dengan Rayya yang dulu mencintai dirinya. Rayya yang ada sekarang berbaju mahal, memakai perhiasan dan wajah yang bersinar karena sering melakukan perawatan.

Ryan membuka pintu mobilnya dengan hati yang terpotong-potong. Tidak ada kesempatan lagi baginya untuk merengkuh hati Rayya.

Untuk pertama kalinya Ryan merasa sangat bodoh dan terpuruk.