Sebenarnya Yang Pei terlahir selayaknya anak-anak lain. lahir dengan normal. namun saat usianya 9 tahun iya tak sengaja menarik kabel listrik yang terbuka. akibatnya, kedua tangan yang Fei harus diamputasi karena tangannya sudah tidak berfungsi lagi.
ia kemudian depresi dan keluar dari sekolah. Yang Pei menjalani hari-harinya dengan perasaan depresi dan kesulitan.
namun, seiringnya berjalannya waktu kepercayaan dirinya pun mulai bangkit. bahkan saat, ini jadi cantik itu menjadi idola dan menginspirasi banyak orang, setelah muncul di sebuah televisi Cina dalam program yang membantu pemirsa untuk mewujudkan impian mereka.
kini, ia selalu tampil tersenyum. apalagi jika ia muncul di atas panggung. iya tak canggung untuk menunjukkan senyum termanisnya.
semuanya bermula beberapa bulan lalu, saat Yang Pei meninggalkan kota asalnya dan tinggal di Shanghai. iya berusaha untuk belajar mandiri. keinginannya untuk mandiri sangat kuat, meski sejumlah keluarganya sudah bersedia untuk merawat gadis yang saat ini berusia 24 tahun tersebut.
iya belajar mencuci pakaiannya sendiri, membersihkan rumah, hanya dengan kakinya. iya percaya, meski tanpa kedua lengannya, namun ia dapat menjalani hidup seperti kebanyakan orang normal.
iya bermimpi untuk memiliki toko jahit sendiri dan keinginannya tersebut segera terwujud.
di acara panggung impian Tiongkok, Yang Pei menunjukkan keahliannya dengan pola detail yang rumit. hasilnya, sungguh mencengangkan. semua sepakat, jika karyanya sangat indah, meski hanya dilakukan dengan jari kakinya dan dibantu mulut.
1 desain karyanya, dibutuhkan waktu pembuatan selama 2 bulan atau lebih. kemampuannya tersebut,nmembuat banyak orang terharu.
dalam program tersebut Yang Pei juga menceritakan, jika saat dirinya depresi berkepanjangan, sempat terpikir untuk bunuh diri. iya merasa tak sanggup lagi menjadi beban keluarganya yang bekerja keras untuk mendapatkan uang, demi perawatanya.
sejak kehilangan kedua lengannya kedua orang tua Yang Pei tidak serta merta meninggalkannya. justru, diakui Yang Pei, mereka menjadi lebih sayang dan mengawasi. ayahnya hampir tidak tidur siang malam untuk menjaga Yang Pei, sementara sang Bunda pergi bekerja mencari tambahan.
setelah kehilangan lengan, saya kemudian berhenti sekolah meski sebenarnya aku tetap ingin sekolah. aku ingin berteman tapi aku merasa berbeda dari anak-anak lainnya, sehingga banyak yang tidak ingin berteman denganku,"ujar Yang Pei.
"sejak saat itu, aku merasa seperti tidak berguna lagi. hal tersebut menjadikan aku berpikir untuk mengakhiri hidup ini," kenangnya lagi.
"saat itu aku berpikir, kalau mati tidak akan menjadi beban orang tua dan keluarga,"ujarnya lagi.
mengetahui niatnya untuk bunuh diri, Ibunda Pei sangat marah dan merasa terpukul. sejak itulah Yang Pei berusaha untuk mandiri.
bagi Yang Pei, tidak ada kata terlambat, ia mulai kembali belajar membaca dan banyak menonton televisi untuk menambah pengetahuannya. iya juga melatih dirinya menggunakan kaki untuk menjalani kehidupan.
mendengar kisah Yang Pei sejumlah donatur merasa terunggah untuk mewujudkan cita-cita Yang Pei memiliki toko jahit di Sanghai.
seorang donatur mengatakan, jika dirinya banyak belajar dari kisah yang diutarakan Yang Pei.
"saya mengucapkan terima kasih, karena dia (Yang Pei) saya jadi belajar tentang makna kehidupan ujarnya."
sebuah simpatisan menawarkan diri untuk menjual hasil desain Yang Pei kepada orang-orang ternama melalui toko online.