webnovel

Pair of Wings - Land of caged ukorian

Mika memang berbeda dari Ukorian, tapi Arrah berjanji bahwa dia akan bisa membaur. Perjalanannya bersama Arrah membawanya terpisah di negeri Ukora, Di Ukora para pemuda harus mengikuti seleksi untuk menentukan apakah mereka akan masuk ke Klan Aviator, Trainer, Magis atau yang paling menakutkan... klan Mentalis? Apakah Mika akan memilih untuk pulang saja ke dunia asalnya? karena tidak seharusnya dia terlibat terlalu jauh... tapi ada perasaan kuat yang menahannya untuk terus mencoba agar bisa terbang... Ya, terbang!!! anak manusia harus bisa terbang... di Ukora. ------------------------------------------------------------------------------------------- Sebuah cerita yang akan membawa kamu masuk ke petualangan fantasi, dengan alur cerita yang diluar dugaan. Ikuti terus kisah Mika di negeri yang terkurung, dan bagikan komentar serta dukungan kamu untuk penulis :)

Hendrawans · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
11 Chs

Arrah dan sayapnya!

Seorang gadis berperawakan tinggi dengan garis pipi yang meruncing tampak gelisah menunggu di bawah pohon tua besar di pinggir danau, sesekali dia menengadahkan kepala untuk menengok ke dalam air seolah dirinya sedang mencari sesuatu yang akan muncul dari dalam.

Badannya yang cukup tinggi membuatnya tidak perlu bersusah payah memindahkan pijakan kakinya untuk kembali menengadahkan kepala.

Bola matanya yang tampak hilir mudik berganti arah pandangan yang membuatnya terlihat cantik memantulkan cahaya bulan. Sepertinya wanita ini sedang mencari atau mungkin juga menunggu sesuatu, karena dari gerak geriknya dapat dipastikan bahwa hal tersebut adalah kebiasaan yang pernah diulang-ulang sebelumnya. Ya, dia tahu ke arah mana harus mencari dan kemana dia harus mengarahkan fokus matanya.

Setelah beberapa kali dia mengamati sekeliling, lagi dan lagi, matanya tertambat pada sebuah riak kecil yang diikuti dengan pijaran cahaya berwarna putih sangat terang yang berasal dari dalam danau, kemudian dengan bergegas dia turun dari ranting tempatnya berpijak lalu dekatinya sumber cahaya tersebut, kemudian menariknya keluar dari dalam air.

Dia mencoba dengan sekuat tenaga, semakin diangkatnya semakin jelas bahwa itu adalah lengan seseorang. Lengan tersebut milik seorang anak laki-laki yang sudah tak sadarkan diri, segera dia tarik sosok dari dalam danau itu keluar dari air kemudian merebahkannya di pinggir danau. Wanita itu melepaskan gelang yang bercahaya dari tangan anak itu, kemudian mengangkatnya tepat diatas wajahnya.

Beberapa butir air terlihat mulai mengambang keluar dari mulut dan disekujur tubuh yang baru ditariknya itu lalu masuk ke dalam lingkaran gelang yang dipegangnya.

"Haaaahh" Tarikan nafas yang tergesa-gesa keluar dari mulut anak itu.

"Selamat datang di Ukora" suara wanita itu mengiringi matanya yang perlahan terbuka.

"Aku tahu kau pasti kebingungan, tapi sebaiknya kita segera pergi dari sini" Ujarnya

Dalam keadaan berbaring, anak yang mulai siuman itu membalikkan badan nya lalu segera menarik diri menjauhi wanita tersebut. "Siapa kau? Apa yang telah kau lakukan padaku?"

"Arrah, Siapa nama mu"? tanya wanita itu sembari merapikan bekas-bekas keberadaan mereka.

"Mika" jawabnya "apa yang terjadi?" sepertinya Mika tidak ingat bahwa dirinya baru saja dilempar ke danau dengan pemberat.

Gadis itu mengacuhkan pertanyaan Mika, matanya tampak sibuk mengamati sekeliling yang gelap sementara sekumpulan derap langkah kaki terdengar semakin mendekat.

Tanpa berbicara lagi, Arrah kemudian dengan secepat kilat membawanya naik ke atas pohon dengan dedaunan yang sangat lebat, sangat cocok untuk bersembunyi dari kejaran Ukorian.

Mika tak dapat melihat sekeliling, yang dia tahu hanyalah mereka semakin menanjak keatas "Dimana aku? Bagaimana bisa?" gumamnya dalam hati diiringi puluhan pertanyaan lain yang bercampur menjadi satu memenuhi pikirannya.

Dari puncak pohon, Arrah memandangi sekumpulan orang yang baru saja tiba tepat dibawahnya dan terlihat mulai mencari sesuatu di pinggir danau.

"Kau yakin mendengarnya dari arah ini?" terdengar salah satu dari mereka bertanya pada yang lainnya.

"Ya, aku yakin melihat cahaya itu keluar tepat di sekitar sini" Jawab temannya.

"Baiklah, segera menyebar dan bawa pasukanmu menyisir tepi danau dan jangan biarkan dia lolos" Mereka pun menyisir tepian danau sejengkal demi sejengkal.

"Seandainya kita bisa terbang di area ini, mungkin akan lebih mudah mencarinya" ujar salah satu dari mereka yang menahan tali kekang tiga ekor makhluk seperti anjing berwarna hitam dengan telinga yang panjang.

"Ya, cobalah kalau kau bisa! Kalau kau ingin kehilangan sayapmu..." jawab lelaki penunggang kuda yang memimpin pasukan.

"Hah? Terbang! Sayap! Apa yang mereka ucapkan?" Bisik Mika kepada Arrah.

"Diamlah, sebaiknya kita tidak bersuara atau Hellhound akan mendengarmu, kau pasti tak ingin diseret secara kasar bukan?" Arrah sedikit menakut-nakuti Mika untuk membuatnya berhenti bertanya.

Memang dasar Mika tidak kapok dan terus bertanya "Hellhound?"

Arrah menoleh kearah mata anak lelaki yang didekapnya "Ya! Kau lihat makhluk dengan ikatan itu? Dia bisa mendengar suaramu yang paling kecil sekalipun!"

"Meski Hellhound kesulitan mendengar suara yang berada jauh di ketinggian, tapi kemungkinan itu tetap ada. Jadi diamlah atau aku tak bisa menjamin keselamatanmu" ucap Arrah yang berusaha menahan nada suaranya.

"Bagaimana aku bisa yakin bahwa bersamamu akan membuatku aman? Bagaimana kalu kau lah yang mengancam keselamatanku?" Tidak seperti biasanya, kali ini Mika banyak bertanya. Mungkin karena situasinya saat itu benar-benar membuatnya kebingungan.

"Seharusnya aku sudah mati..." Lanjutnya.

Arrah membuka dekapan dan menjulurkan salah satu tangannya sambil meraih buah yang menggantung di pohon. Disinilah Mika menyadari bahwa yang mendekapnya sedari tadi adalah sepasang sayap yang begitu besar

"Hei, kau sama dengan mereka!" Mika bertanya secara spontan

"Baiklah, tampaknya aku harus lebih meyakinkanmu" Dilemparnya buah tersebut kearah yang cukup jauh. Suara jatuhnya buah tersebut memancing reaksi Hellhound yang diluar kendali.

Prajurit yang mengekang talinya pun tak kuasa menahan tenaga Hellhound yang sangat besar, seketika makhluk itupun lepas dan berlari kencang menuju kearah jatuhnya suara.

"Kejar! Dan pastikan dia menangkapnya! Kita tidak bisa membiarkannya lepas begitu saja!" Mereka pun bergegas mengejar Hellhound yang sudah lebih dulu menghilang ke dalam hutan.

Mika yang menyaksikan kejadian itu menolehkan pandangannya ke arah Arrah yang menatap dengan penuh kejengkelan.

"Kau tahu? Kalau mereka ingin menyelamatkanmu, pastinya tidak dengan cara memburumu dengan makhluk seperti itu"

"Lagipula, untuk apa aku menarikmu dari danau dan menolongmu dengan gelang ini agar kau bisa bernapas lagi?" Lanjutnya sambil menyerahkan gelang milik Mika yang sejak tadi dipegangnya.

"Baiklah, mari segera pergi dari sini sebelum mereka sadar bahwa itu hanyalah tipuan dan kembali lagi kesini" Lanjut Arrah tanpa memberi kesempatan bagi Mika untuk berbicara lagi.

Arrah pun membawa Mika terbang sambil mendekapnya melintasi Danau Eok, mengejar cahaya matahari yang mulai menampakkan dirinya di ujung timur.