webnovel

OVERLORD INDONESIA

Pada tahun 2138, game virtual reality berkembang dengan pesat. Sebuah game online populer, Yggdrasil diam-diam menutup gamenya. Namun, satu pemain bernama Momonga memutuskan untuk tidak log out. Momonga kemudian berubah menjadi sesosok skeleton "penyihir yang paling kuat". Dunia terus berubah, dengan karakter non-pemain (NPC) yang mulai memiliki emosi. Tak memiliki orang tua, teman, atau tempat dalam masyarakat, pemuda bernama Momonga ini pun kemudian berusaha untuk mengambil alih dunia game yang baru ini. Seperti apa kehidupan baru yang akan dijalani Momonga didunia asing yang mirip dunia game yang pernah ia mainkan dengan kawan-kawannya itu. Langsung saja dibaca... Semoga kalian semua menikmatinya... Thx *** Author = Maruyama Kugane Artist = So-bin TL. = Tinta_Arang ***

Tinta_Arang · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
256 Chs

Pesta Api Unggun

Zenberu tidak tergerak meskipun dia telah melihat wajah albino Crusch. Ketika Crusch teringat kesan ketika dia pertama kali melihat penampilan Zenberu, dia mengerti kurangnya reaksi dari Zenberu.

"Baiklah..Tapi bukankah itu masalah tidak membiarkan druid desamu menyembuhkanmu."

"Yeah, tidak masalah. Jangan banyak bicara, aku sedang sakit nih, bahkan tulangku beku semua, bisakah kamu cepat-cepat?"

"Kamu yang memintaku melakukan ini, ingatlah untuk menjelaskannya kepada druidmu."

"ya, aku yang memaksamu, jadi tolong."

Crusch menghela nafas dan memulai perawatannya.

Zaryusu merasakan banyak tatapan memusuhi yang telah reda, dan tampang-tampang baik telah mulai bermunculan.

"Okay, aku selesai."

Crusch merapalkan lebih banyak mantra kepada Zenberu dibandingkan Zaryusu. Itu artinya bahwa lukanya sangat dalam, meskipun tidak tampak.

"Oh, kemampuanmu lebih baik daripada druid-druid di desaku."

"Terima kasih, tapi aku jarang melakukan ini untuk suku lain...Tidak, terima kasih atas pujianmu."

"Luka kami sudah selesai dirawat, ayo kita menuju topik utama untuk hari ini okay? Apakah ini terlalu terburu-buru bagimu?"

"Oh! Mari kita dengar apa yang ingin kamu katakan -- Meskipun aku ingin bilang padamu bahwa.."

Zenberu berhenti sebentar ketika tiba di titik ini, lalu berkata sambil tersenyum : "Mari kita minum dahulu!"

Zaryusu dan Crusch - kedua orang itu terlihat bingung, seakan mereka tidak mengerti apa yang Zenberu katakan.

"Urusan formal menyusahkan akan dibicarakan di perjamuan, kamu mengerti?"

Membiarkan pihak lain mengetahui kekuatanmu akan membuatmu unggul dalam negosiasi. Zaryusu mengerti bahwa dia harus mempertaruhkan nyawanya untuk ini karena begitulah bagaimana lizardmen melakukan sesuatu. Tapi dia tidak bisa mengerti sikap mengadakan pesta karena 'Green Claw' tidak memiliki tradisi seperti itu.

Kelihatannya buruk sekali jika harus pesta setelah bertempur mati-matian.

"Aku tidak mengerti..."

Sebuah perasaan ragu terbersit pada Zaryusu, membuatnya menunjukkan rasa terkejut yang sejujurnya saat dia menjawabnya dengan lembut. Tapi gelombang penyesalan langsung muncul di hatinya, karena dia telah memunculkan sikap seperti anak-anak kepada kepala suku yang belum dia jadikan sekutu. Zaryusu juga bisa merasakan Crusch melihatnya dengan tatapan aneh.

Bagi Zaryusu yang tidak memiliki pengalaman dalam cinta, tidak mungkin baginya untuk bisa merasakan bahwa Crusch yang sedang melihatnya itu dikarenakan orang yang dia suka telah menunjukkan sisi baru. Itu adalah tampang penasaran yang mengagumi hal yang lucu.

"Tidak, apa yang aku maksudkan adalah minum terlalu banyak akan membuat tumpul otak dan itu akan menjadi masalah buatku."

Zaryusu mengubah kalimatnya karena panik, tapi Zenberu kelihatannya tidak mempermasalahkannya dan membalas:

"hey hey hey, kamu seorang traveler ya kan? Jika kamu ingin belajar sesuatu di sekitar sini, pastinya adalah Dwarves ya kan?"

"Tidak, aku tidak belajar dari dwarves, tapi dari orang-orang yang hidup di hutan."

"Begitukah? kalau begitu ingat ini, teman yang minum bersama akan menjadi teman dekat, itulah ajaran dari dwarves. Mungkin tidak banyak waktu tersisa, tapi kita seharusnya segera memulai pembicaraan. Benar kan, Zaryusu Shasha?"

"oh begitu... aku mengerti sekarang, Zenberu Gugu."

"Bagus! Semuanya, kita akan pesta! Bawa itu kemari! Mulai persiapannya!"

Lubang api dengan lebar hampir dua meter terpasang di tanah, api tersebut hampir membakar langit. Kilauan merahnya menyingkirkan kegelapan langit malam.

Di dekat lubang api tersebut ada panci raksasa dengan tinggi lebih dari satu meter dan diameter hampir 80 cm, bau alkohol menggantung di udara.

Banyak lizardmen yang bergantian menyendok caira di dalamnya. Tapi anggur dari panci wine tersebut kelihatannya tidak ada habisnya.

Seperti Frost Pain dari Zaryusu, ini adalah salah satu dari empat harta, 'Panci Wine Raksasa'.

Rasa wine yang tak pernah habis sangat datar dan akan membuat siapapun yang menghargai alkohol akan mengerutkan dahi. Tapi bagi lizardmen, ini adalah wine yang enak.

Itulah kenapa mereka terus kembali untuk minta lagi.

Tidak jauh dari panci itu ada tempat yang sangat sepi. Sebabnya kenapa, itu dikarenakan lizardmen yang mabuk tidur tak bergerak disini.

Lizardmen yang pingsan karena alkohol semuanya dilempar kemari.

Crusch telah melepaskan pakaian rumputnya melangkah di tanah dengan hati-hati - meskipun dia menginjak ekor lizardmen tanpa sengaja -- saat dia bergerak maju. Langkahnya sangat stabil dan kelihatannya tidak mabuk, tapi dia tidak benar-benar baik-baik saja pula.

Ekornya terlihat bergerak sendiri, mengamuk kesana kemari, terkadang melengkung, selanjutnya menjadi lurus. Saat ini tegang dan terjatuh kemudian, gembira seperti anak-anak.

Faktanya, Crusch merasa seakan angin yang menyegarkan bertiup ke arah hatinya. Sebagian alasan adalah karena alkohol, tapi perasaan bebas juga menambahi ini.

Ini adalah pertama kalinya dia menunjukkan tubuh albinonya ke sekelompok besar orang-orang. Banyak yang terkejut, tapi karena kepala mereka seperti mutant, dia bisa bercampur dengan lainnya tidak lama.

Crusch membawa makanan dengan kedua tangan dan berjalan dengan langkah yang cepat.

Dia datang ke tempat dimana Zaryusu dan Zenberu sedang duduk bersila dan minum bersama-sama.

Keduanya menggunakan sesuatu seperti kelapa sebagai gelas. Di dalamnya terlihat cairan yang transparan, tapi bau alkohol sangat kuat.

Ikan mentah ditempatkan tepat di depan mereka sebagai teman bagi wine itu. Zenberu menyambut Crusch yang berjalan dengan tersenyum.

"Ah, monster tanaman."

"...Bisakah kamu merubah caramu memanggilku?"

Dia telah melepaskan pakaiannya, tapi lizardmen pria ini tetap memanggilnya seperti itu. Dia mungkin berencana untuk menggodanya seperti itu selamanya. Crusch yang menyadari kenyataan ini memutuskan untuk menghentikan usahanya yang sia-sia.

"Apakah kamu sudah menyelesaikan diskusi kalian?"

Zaryusu dan Zenberu saling memandang satu sama lain dan mengangguk.

"Sebagian besarnya."

Mereka ingin berbicara dari pria ke pria, jadi mereka meminta Crusch untuk memberikan beberapa waktu sendirian. Mereka sudah membuatnya sangat jelas, jadi dia tidak punya pilihan lain selain meninggalkan mereka dan mencari makanan, meskipun ingin bergabung dengan pembicaraan mereka. Jika mereka ingin mendiskusikan pertempuran yang akan datang, dia juga harus terlibat.

Dia ingin tahu esensinya sambil menghindari detil-detil yang canggung --

"Ini adalah pembicaraan antar pria."

Tapi Zenberu menutup topik dengan dingin menggunakan kalimat ini. Crusch menunjukkan rasa tidak senang di wajahnya, dan tidak punya pilihan lain selain merubah topik.

"Jadi apa rencanamu? Membentuk aliansi dan bertarung sama-sama?"

"Huh? Oh, tentu saja kami akan bertempur. Meskipun kalian berdua tidak datang, kami masih akan bertempur."

Suara papan kayu yang saling bersentuhan datang dari mulut Zenberu.

"Kamu benar-benar maniak bertarung."

"Jangan memujiku seperti itu, aku jadi malu."

Zenberu mengabaikan Crusch yang bengong dan meminta sesuatu darinya.

"Oh ya, monster tanaman, bisakah kamu membantuku meyakinkannya? Tak perduli bagaimanapun aku memohon kepadanya, Zaryusu masih tidak ingin menjadi kepala suku kami."

Zaryusu juga menunjukkan ekspresi menolak dan lelah. Crusch bisa tahu dari tampang yang lelah ketika Crusch tidak ada disekitarnya, pertanyaan ini diulang berkali-kali.

"Tidak mungkin baginya untuk menerima pekerjaan ini. Dia dari suku yang berbeda dan seorang .."

Crusch ingin berkata traveler, tapi dia teringat bahwa Zenberu juga seorang traveler, jadi dia mengubah topiknya: "Mengapa kamu menjadi seorang traveler?"

Zaryusu yang berada di sampingnya menurunkan bahu karena lelah. Crusch teringat Zaryusu yang membicarakan tentang perjalanannya juga.

Ketika Zaryusu menjadi seorang traveler, dia sangat termotivasi dengan tekadnya, ketetapan hati dan rasa tangungg jawab terhadap sukunya. Zenberu yang seorang traveler pasti memiliki pemikiran yang sama...Tapi kelihatannya itu tidak terlihat dari caranya bersikap.

Crusch meletakkan tangannya dengan lembut pada bahu Zaryusu untuk menenangkannya, menyampaikan pesan kepadanya bahwa dia adalah dia, kamu adalah kamu.

Bagi orang lain, tindakan Crusch terlihat seperti seorang kekasih. Ketika dia tahu akan hal itu, ekor Crusch mulai panik. Ekor Zaryusu juga ribut tidak karuan.

Kedua orang itu saling melihat satu sama lain mata masing-masing dan tersenyum malu-malu.

Zenberu pura-pura tidak melihat semua itu dan melanjutkan bicaranya dengan gembira:

"Aku kira pasti ada orang kuat di gunung itu karena kelihatannya besar sekali, belajar banyak dari dwarve yang aku temui dalam perjalananku dan mendapatkan war scythe itu. Pertama aku tidak menginginkannya, tapi karena dia bilang itu adalah kenang-kenangan pertemuan kami, aku tidak ada pilihan selain menerimanya."

"...Jadi itu yang terjadi, bagus sekali."

Crusch menjawab dengan dingin.

"Yeah, terima kasih."

--Sarkasme tidak berhasil.

Dengan suasana indah yang buyar, Crusch mengambil cangkir dan meminumnya semua. Dia merasa tenggorokannya panas, sebuah kehangatan menyebar dari anggur di dalam perutnya ke seluruh tubuh. Zaryusu juga melakukan hal yang sama.

Saat ini, suara lembut datang. Rasanya benar-benar berbeda daripada sebelumnya, membuatnya sulit dibedakan siapa yang langsung bertanya.

"Jadi, kira-kira kita bisa menang?"

Zaryusu menjawab dengan lirih.

"..Aku tidak tahu."

"Yeah, aku juga begitu, tidak ada jaminan dalam peperangan. Jika seseorang menjamin kemenangan tanpa tahu kekuatan dari musuhnya, aku ingin menghajarnya dan memintanya untuk tidak berkata omong kosong."

Crusch tidak mengatakan apapun lagi kepada Zenberu yang tertawa lirih.

"Tapi...musuh kita ceroboh, ini mungkin akan berakibat terhadap kemenangan kita."

Crusch menjelaskan kepada Zenberu yang bingung daripada Zaryusu.

"Apakah kamu ingat apa yang dikatakan monster itu?"

"Maaf, aku saat itu sedang tidur."

"..Seseorang pasti mendengarnya ya kan?"

"Hmmp, aku lupa karena menjengkelkan. Lagipula yang penting mereka ingin menyerang kita, kita serang balik, ya kan?"

Orang ini tidak punya harapan -- Crusch menyerah menjelaskannya dengan wajah seperti itu sementara Zaryusu menjelaskannya dengan senyum masam.

"..Mereka berkata, 'Melawanlah dengan dengan keras kepala, makhluk mortal'."

Ekspresi bahaya muncul di wajah Zenberu, wajahnya merengut lalu menyeringai.

"Benar-benar membuat marah, meremehkan kita dari awal."

Zenberu mengaum marah.

Itu menunjukkan kemarahan yang kuat dan tidak senang.

"Benar sekali, mereka meremehkan kita. Sangat percaya diri seperti itu...artinya mereka memiliki kekuatan untuk unggul dari kita dengan mudah... Tapi kita akan hancurkan arogansi musuh kita. Kita akan mempersatukan lima suku dan menunjukkan kepada mereka kekuatan terbesar yang bisa dikumpulkan. Kita akan menyerang mereka langsung, dan mengatakannya kepada mereka bahwa kita bukanlah orang lemah yang tak berdaya."

"Hmmp, tidak buruk, itu adalah cara sederhana untuk merangkumnya. Aku suka itu."

Saat dua orang pria lizardmen itu mendiskusikan dengan semangat bagaimana cara melawan, Crusch menuangkan air dingin ke dalam rencana mereka.

"Tidak baik terlalu banyak melukai harga diri mereka. Kita hanya perlu menunjukkan pada mereka nilai kita, ya kan? Jika mereka tahu kita berguna, mereka mungkin akan menahan diri untuk tidak membasmi kita."

"Hey hey, kamu ingin kami membungkukkan kepala kepada orang-orang mengjengkelkan itu?"

"Zaryusu... Aku mengerti bahaya dalam evakuasi, tapi kurasa menyelamatkan diri lebih penting daripada kehilangan kebebasan."

Crusch mengatakan pendapatnya dengan lembut.

Dua orang lainnya tidak menolak atau mengejek pemikirannya tentang ini.

Tak ada yang ingin dikuasai, tapi menjadi budak lebih memiliki masa depan daripada kehilangan nyawa. Jika mereka memiliki masa depan, akan ada banyak kemungkinan yang tak terhingga.

Sebagai congoh, jika mereka mengajarkan teknik beternak ikan kepada setiap orang, mereka mungkin bisa membuang rumah mereka saat ini dan kabur.

Jika seseorang menyerah terhadap kemungkinan ini dan memerintahkan yang lainnya untuk mati, dia tidak berhak menjadi pemimpin.

"Dengar ini."

Setelah mendengar apa yang Zaryusu katakan dengan lembut, ketiga orang itu memasang telinga dan mendengar tawa dari pesta yang terbawa angin.

"Kita mungkin tidak akan bisa bersenang-senang seperti ini setelah dikuasai."

"Mungkin kita bisa, ya kan?"

"Benarkah? Kurasa tidak. Sebuah wujud yang senang dengan kematian kita tidak mungkin sangat dermawan. Jika merak memiliki belas kasihan, mereka tidak akan mencoba untuk menghabisi kita dengan sikap main-main seperti itu."

Crusch mengangguk setuju.

Namun begitu-

"Apa yang ingin aku katakan adalah... tolong jangan sampai tewas."

"--!"

Crusch dan Zaryusu saling menatap mata satu sama lain di bawah langit malam yang dingin.

Dan membuat janji.

-Mengabaikan sama sekali Zenberu yang bersungut-sungut.