"Bentar tutup mata dulu," kata Nathan sebelum sampai dirumah barunya.
"Exited banget aku Nath serius," kata Freya.
"Iya aku juga, makanya tutup mata dulu," kata Nathan lalu memasangkan penutup mata pada Freya.
"Tapi anak-anak aman kan?" Tanya Freya.
"Aman kok sayang," jawab Nathan.
Setelah sampai di halaman rumahnya, Nathan terlebih dahulu menurunkan putrinya. Baru setelah itu dia membantu Freya.
"Gimana udah siap belum?" Tanya Nathan.
"Bentar dulu Nath aku deg-degan," kata Freya sambil memegangi dadanya.
"Udah," kata Freya setalah mengatur napasnya. Dan perlahan Nathan membuka penutup mata Freya.
"Nathan ini serius rumah kita?" Tanya Freya dengan mata yang berbinar.
"Iya dong, emang masih nyicil tapi lumayan 'kan?" Kata Nathan.
"Bagus banget Nathan makasih," kata Freya lalu memeluk Nathan erat.
"Ayo masuk," kata Nathan.
Freya terlebih dahulu masuk kedalam rumah dan Nathan mendorong kereta bayi anaknya di belakang Freya.
"Lihat kamar anak-anak dulu yah," kata Nathan.
"Iya iya," kata Freya sambil tersenyum cerah.
Nathan lalu membuka pintu kecil berwarna pink, dan didalamnya sudah terdapat dua box bayi dan lemari untuk anak mereka.
"Nathan...Ini cantik benget seriusan," kata Freya.
"Tidurin dulu mereka," ucap Nathan lalu menaruh anak-anaknya di box bayi yang sudah berisi tulisan Tania dan Sania di masing-masing boxnya.
"Ayo sekarang lihat kamar kita," Nathan lalu menarik tangan Freya dan membawa Freya ke kamar mereka yang terletak di depan kamar anak mereka. Pintu kamar mereka berwarna cokelat terdapat satu tempat tidur king size, meja rias, dua meja belajar, dan lemari baju besar.
"Sayang seriusan ini bagus banget," kata Freya dan langsung melompat keatas kasur.
"Empuk banget!!!"
"Iya kan? Lebih enak dipake buat bikin ade buat Tania sama Sania. Dari pada kasur kamu yang dulu sakit," kata Nathan.
Bruk!
"Gak usah dibahas!" Kata Freya sambil menutup wajahnya.
"Mau lihat dapurnya gak?" Tanya Nathan.
"Ayo buruan!" Kata Freya lalu mendahului Nathan.
"Lucu banget sih," gumam Nathan sambil tersenyum.
"Kamu bisa eksperimen masak sepuasnya di sini."
"Kulkasnya gede banget, alat masaknya lucu banget gemes. Jadi pingin lempar," kata Freya yang membuat Nathan melotot.
"Jangan dong sayang belum lunas," kata Nathan lalu mengambil panci yang tadinya ada ditangan Freya.
"Meja nya ini buat Tania sama Sania? Manis banget."
"Sekarang ke halaman belakang," kata Nathan lalu mengajak Freya ke halaman belakang rumah mereka.
"Ya nggak terlalu luas tapi lumayan kan buat teman main anak-anak? Kamu juga bisa nanem beberapa sayuran juga di sini," kata Nathan.
"Iya Nathan ini udah bagus banget, asri. Terharu aku," kata Freya lalu memeluk Nathan.
"Maafin yah belum bisa ngasih yang terbaik, aku lagi berusaha," kata Nathan.
"Nath, ini rumahnya mahal banget loh, kamu udah berusaha. Pelan-pelan kita jalanin oke?" Kata Freya sambil menatap wajah suaminya itu.
Muach.
"I love you," kata Nathan.
"I love you too," jawab Freya lalu menenggelamkan wajahnya di dada Nathan.
****
"Kak Lili mama sama papa kemana?" Tanya Nayara yang baru saja sampai rumah.
"Nyonya sama Tuan udah berangkat ke Afrika, Nay. Kamu gak dikasih tahu?" Jawab Lili.
"Owh, gitu ya kak. Yaudah," kata Nayara lalu merebahkan dirinya di atas sofa didepan tv.
"Oh ya Nay, kakak sekarang mau kuliah malem baru pulang. Kamu mau makan apa buat nanti malem?" Tanya Lili.
"Gak usah kak, Naya nanti beli sendiri aja," jawab Nayara dengan lengan yang menutup matanya.
"Yaudah, kakak mau siap-siap dulu yah."
"Hmm," kata Nayara.
Sepi, rumah Nayara biasanya tak sesepi ini. Biasanya dia akan menunggu kakak-kakaknya pulang dari sekolah dengan perasaan senang. Kini sudah tidak ada lagi orang yang akan ditunggunya.
"Sepi amat," gumam Nayara dengan suara khas orang nangis.
"Kakak berangkat ya Nay," kata Lili.
"Iya kak hati-hati," jawab Nayara.
Nayara lalu memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan mengganti baju. Setelah itu dia pergi ke dapur untuk memasak makanan yang biasa Ia buat bersama kakaknya, yaitu udang asam manis. Pada awalnya Nayara bergembira memasak makannya. Ia berusaha melawan rasa sedihnya. Setelah selesai buru-buru Nayara menaruh udang itu di mangkuk dan menyiapkan sepiring nasi lalu duduk di meja makannya.
"Wihh enak nih," gumamnya dan menyuapkan satu sendok penuh nasi ditambah udang asam manis buatannya.
"Uhuk! Uhuk! Uwek, asin,"kata Nayara lalu dengan cepat mengambil air.
"Kenapa jadi gini? Biasanya Gue buat juga enak," kata Nayara sambil menatap ke arah makanannya.
"Oh iya, kan biasanya yang masak kak Nicholas," kata Nayara lalu kembali bersedih.
"Gila sih, cuma ditinggal gini doang udah hancur banget Gue," kata Nayara dalam hati.
"Udahlah mau mesen gofud aja," kata Nayara lalu membuka aplikasi di handphonya.
"Tunggu Nayara!" Teriak Lili sambil berlari dengan napas yang tidak teratur.
"Kenapa kak?" Tanya Nayara kaget.
"Huh, huh, huh," Lili hendak bicara namun napasnya tidak bisa diatur.
"Tenang kak, tari napas hembuskan. Nah pinter," kata Nayara mencoba membimbing Lili.
"Ini kakak beliin ikan bakar buat kamu. Ayo makan berdua," kata Lili lalu menyiapkan makanan untuk mereka berdua.
"Kakak gak jadi kuliah emang?" Tanya Nayara lalu duduk di meja makan.
"Kuliahnya diundur lagi sejam. Ayo buruan makan keburu dingin," kata Lili.
"Ini kamu masak sendiri Nay?" Tanya Lili sambil melihat udang yang dibuat Nayara.
"Iya kak tapi keasinan," jawab Nayara.
"Nggak papa, kakak perbaikin," kata Lili lalu memasukkan kembali udang yang Nayara buat ke penggorengan dan mulai meraciknya.
"Harusnya sih kalo ditambah air terus sedikit bumbu bisa diperbaiki. Bentar," kata Lili lalu sibuk berkutat dengan penggorengannya.
"Hmm, Nay cobain," kata Lili sambil menyuapi Nayara.
"Wah! Beneran enak kak!" Kata Nayara kagum.
"Yaudah ayo buru makan keburu dingin," kata Lili dan menyajikan semua makanan di meja.
Mereka berdua pun makan sambil mengobrol ringan dan sesekali Lili melontarkan lelucon konyol dan membuat Nayara tertawa.
"Nah kakak mau nyuci piring, kamu belajar aja sana," kata Lili.
"Gak lah kak, Naya bantuin," kata Nayara.
"Kalo kamu maksa yaudah, kamu bersihin meja aja," kata Lili.
Setelah selesai Lili pamit untuk pergi ke kampusnya. Dan Nayara kembali sendiri.
"Sendiri lagi deh Gue. Ke kafe Mbak Andra deh," kata Nayara lalu berjalan menuju kafe Mbak Andra.
"Semoga bukan Astrid yang jaga," ujar Nayara dalam hatinya.
"Selamat datang," tentu saja Astrid yang menyambutnya. Karena Mbak Andra dan Bang Jay sedang berada di rumah orang tua Bang Jay.
"Eh Nayara, mau pesen apa?" Tanya Astrid.
"Nggak, Gue cuma mau mampir aja. Biasanya ada Mbak Andra soalnya," kata Nayara.
"Yaudah duduk aja Nay," kata Astrid.
"Gak usah deh Gue mau ke taman aja," kata Nayara.
Nayara dengan berat hati berjalan menuju taman. Di sana Ia menghampiri seorang laki-laki yang tengah bersepeda. Masih ingat kan dengan laki-laki yang mengalami kecelakaan dan karena itu dia tidak bisa menjadi pembalap MotoGP?
"Siang kak," sapa Nayara.
"Eh siang Nay. Sendiri?" Tanyanya.
"Terus harusnya sama siapa dong kak?" Nayara menjawab dengan pertanyaan.
"Iya juga, tapi tumben ke sini? Ada perlu apa?"
"Pingin main sepeda boleh?" Tanya Nayara.
"Boleh, sewa di sana," kata laki-laki itu sambil menunjuk tempat sewa sepeda.
Nayara lalu bersepeda keliling taman di pinggir danau. Nayara baru tahu jika taman itu berada disebelah danau. Danaunya indah, tapi itu hanya kembali mengingatkan Nayara pada masa lalunya. Setelah sejam Ia bersepeda, Nayara memutuskan untuk kembali ke rumah. Di tengah perjalanan Ia malah bertemu dengan Astrid, ternyata Astrid sudah menunggu Nayara dari tadi.
"Ngapain Lo di sini? Gak jaga kafe?" Tanya Nayara.
"Gue udah di izinin pulang sama Mbak Andra," jawab Astrid.
"Owh."
"Lo mau main gak kerumah Gue?" Tiba-tiba Astrid menanyakan itu kepada Nayara.
"Ngapain dia nyuruh Gue kerumah dia? Apa jangan-jangan dia mau nyulik Gue lagi," kata Nayara dalam hati.
"Mau ngapain?" Tanya Nayara.
"Gue mau lebih deket aja sama Lo, gapapa kan?" Tanya Astrid.
"O-oke," kata Nayara karena tidak enak dan akhirnya Nayara menuju ke rumah Astrid bersama Astrid.
Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius