webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
134 Chs

Bab 54

"Nayara Lo mau belajar bareng gak di club kita?" Tanya seorang siswi saat Nayara baru saja sampai di sekolahnya.

"Maaf Gue udah ada kelompok belajar," kata Nayara.

"Yah sayang banget padahal kita nanti belajar di ruang terbuka," kata siswi itu.

"Kalo gitu bukannya belajar malah asik gosipin orang lagi. Udah ya Gue duluan," kata Nayara lalu meninggalkan siswi itu.

"Ya ga salah sih Lo Nay," kata siswi itu.

"Nayara jadi kan nanti di rumah Lo belajarnya?" Teriak Tiara heboh.

"Di rumah Gue? Katanya di rumah Rendi," tanya Nayara bingung.

"Batalin aja Gue pingin main di rumah Lo boleh ya Nay?" Kata Tiara dengan puppy eyes nya.

"Siapa aja emang?"

"Ya kita ber enam, Lo Gue, Reihan, William, Rendi, Wulan, oh ya sama Bastian sama Gisel juga," kata Tiara semangat.

"Bastian sama Gisel ikut?" Tanya Nayara sedikit panik.

"Iya kenapa emang? Lo masih ga nyaman kalo ada mereka?" Tanya Tiara.

"Ya nggak gitu sih Gue kira cuma temen sekelas doang," kata Nayara.

"Kalo gitu nanti langsung aja ke rumah Lo Nay. Gue free siang ini," kata Reihan yang menghampiri Nayara bersama Rendi.

"Gue juga sama Wulan free, Lo Tir?" Tanya Rendi.

"Sama," kata Tiara.

"Yaudah kalo gitu langsung ke rumah Gue ya?" Kata Nayara dan diangguki semuanya.

****

"Duduk dulu anggap rumah sendiri. Gue mau nyamperin mama Gue dulu," kata Nayara.

"Nay Gue mau ganti baju di mana ya?" Tanya Tiara.

"Di sana lurus dikit terus belok kiri. Yang lain juga kalau ada yang mau ke toilet ganti baju boleh," kata Nayara lalu menuju taman belakang untuk menemui mamanya.

"Ma temen Nayara pada main buat belajar di sini," teriak Nayara.

Sherina yang saat itu sedang mengawasi pemotretan Tania dan Sania bersama Freya dan Nathan langsung menyuruh Nayara mendekat.

"Temen Lo Nay? Tumben mau ngajak temen ke rumah," kata Nathan.

"Terpaksa tadi tiba-tiba di ubah rumah yang sebelumnya di rumah Rendi jadi di sini," jelas Nayara.

"Yaudah sana nanti mama ke depan habis ini selesai," kata Sherina.

"Tania Sania aunty sayang kalian muach," kata Nayara sebelum pergi.

"Dih alay!" Pekik Nathan.

"Katanya Bastian sama Gisel mau ke sini. Kok belum dateng?" Tanya Wulan.

"Nanti dia nyusul sama Bastian, Jesse sama Sandrina," jawab Reihan.

"Sandrina? Dih ga ngotak!" Teriak Rendi sambil menampar pipi Reihan.

"Eh anjir ngapain nampar Gue Lo?" Teriak Reihan tak terima.

"Heh heh jangan ribut di rumah orang!" Kata Wulan memisahkan keduanya.

"Sandrina kan musuh Nayara gimana sih kamu Yang!" Omel Tiara.

"Gapapa biarin aja," kata Nayara yang sudah turun dengan pakaian santainya.

"Seriusan gapapa Nay? Ada Jesse juga loh," kata Tiara.

"Jesse?" Tanya Nayara sambil duduk dan mengambil beberapa buku dan alat tulis dari dalam tasnya.

"Oh iya tante Sherina kan ga suka sama Jesse. Gue lupa maaf Nay," kata Tiara merasa bersalah.

"Santai aja," kata Nayara.

"Halo semua halo semua," sapa Bastian yang muncul dari pintu rumah Nayara.

"Hai guys," sapa Jesse.

Satu persatu duduk di ruang tamu sehingga ruang tamu yang tadinya terlihat luas mendadak jadi sempit akibat ke dua belas orang itu. Justin juga ikut bersama William, alasannya karena Ia tidak ingin sendirian di rumah.

"Wah sempit juga ya," gumam Nayara.

"Gimana kalau kita belajarnya di rumah pohon yang Lo ceritain aja kak Nay?" Tanya Justin yang masih berdiri.

"Rumah pohon apaan?" Tanya William.

"Itu loh yang Lo bilang first-,"

"Iya iya jangan di lanjutin. Ayo kita pindah ke tempat yang lebih luas," kata Nayara.

"Jangan kasih tahu siapa-siapa Justin," bisik Nayara di sebelah Justin.

Para remaja itu akhirnya berjalan di belakang Nayara. Sebelum sampai sana mereka melewati taman belakang tempat di mana Freya dan Nathan melangsungkan foto untuk putri kembar mereka.

"William, Justin," sapa Nathan.

"Anak Lo kak? Ganteng banget sih halo siapa namanya?" Tanya Justin.

"Mata Lo ganteng! Mereka perempuan!" Pekik Nathan sambil menoyor kepala Justin.

"Owh cewek, namanya siapa?" Tanyanya lagi.

"Tania sama Sania," jawab Freya.

"Loh Justin ikut juga nak? Gak heran kalau William ikut kan William sama Naya satu kelas. Kalau kamu ikut berasa aneh gitu," kata Sherina. William dan Justin lalu menyalimi punggung tangan Sherina.

"Dia ga berani di rumah sendirian tante," jawab William.

"Dih fitnah aja Lo! Gue ga takut cuma pingin keluar aja," bantah Justin.

"Hmm," kata William lalu berlalu dari hadapan Justin.

"Halo tante," sapa Bastian dan Gisel kepada Sherina.

"Kalian udah baikan sama Nayara?" Tanya Sherina.

"Belum tante, tapi kita usahain bakal benerin persahabatan kita," kata Bastian.

"Iya kalian pasti bisa," kata Sherina.

"Halo tante saya Tiara temen sekelas Nayara," sapa Tiara.

"Siang tante saya Reihan temen sekelas Nayara juga dan ini Rendi, Wulan, Sandrina, Jesse," kata Reihan sambil memperkenalkan semua orang.

"Jesse? Owh iya," kata Sherina tidak senang saat melihat Jesse.

"Kita mau ke rumah pohon dulu ma. Ayo cepetan," kata Nayara.

"Permisi tante," kata Tiara lalu mengikuti Nayara dan yang lainnya.

"Ini ngapain Lo masih di sini?" Tanya Nathan kepada Justin yang masih berdiri di depan monitor.

"Dari pada Gue ganggu mereka mending Gue lihatin Tania sama Sania aja," kata Justin tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor yang menampilkan foto cantik Tania dan Sania.

"Gila gwede banget," heboh Reihan dan Rendi.

"Sejak kapan ada rumah pohon di sini Nay?" Tanya William.

"Sejak lama," jawab Nayara singkat.

Nayara lalu naik ke atas rumah pohon yang lumayan besar itu dan mengambil kunci di sebuah kotak surat yang berada tepat di depan pintu masuk rumah pohon itu. Nayara sedikit kesulitan saat membuka pintu itu karena sedikit berkarat. Beberapa lama berkutat dengan pintu itu akhirnya Nayara bisa membukanya dan menyuruh semua temannya masuk.

"Di luar ekspetasi. Gue kira ga bakal muat ternyata luas banget," heboh Reihan.

"Nay ini tempat Lo main waktu kecil? Bagus banget," kata Tiara.

"Iya sama temen Gue," jawab Nayara.

"Anjay ada kasur juga," kata Rendi lalu berlari dan merebahkan dirinya di atas kasur mungil itu. Lebih tepatnya matras yang lumayan tebal.

Nayara melihat sekitar, tidak ada yang berubah dari dulu. Dan sepertinya ada orang yang rutin membersihkan rumah pohon ini.

"Apaan nih?" Tanya Wulan lalu mengambil sebuah buku yang berisi gembok diluarnya.

"Siniin," pinta Nayara. Wulan langsung menyerahkan buku itu. Nayara mengambil sebuah kunci lainnya di sebuah lemari kayu. Nayara lalu membuka buku itu dan duduk si sudut ruangan.

"Kalian belajar aja dulu atau santai-santai terserah. Gue mau baca ini sebentar," kata Nayara.

Satu persatu lembar buku Ia buka. Membawanya kembali kepada kenangannya bersama dengan cinta pertamanya. Banyak foto anak kecil yang tertempel rapi di beberapa lembar buku tersebut. Nayara menyadari sesuatu, semua barang masih tertata rapi dan tidak berdebu sama sekali. Barang-barang yang dulunya berantakan dan rusak sudah tidak ada lagi di tempat semula.

Dan Nayara melihat ada beberapa bungkus cokelat favoritnya tergeletak di bawah kaki meja. Dan seprei matras yang semula berwarna merah bercampur kuning sudah berubah menjadi warna biru, warna favorit Nayara. Kejanggalan mulai terlihat lagi setelah Nayara menyadari jika kunci yang tadi Ia gunakan tidak berada di tempat yang seharusnya, dimana tempat itu adalah di bawah keset kaki.

"Cokelat itu sering Gue makan pas Gue masih kecil," gumam Nayara dalam hati.

"Sepreinya juga udah ganti. Dan astaga Gue baru sadar kuncinya juga pindah tempat," gumam Nayara sambil menutup mulutnya.

"Kenapa Nay?" Tanya Jesse.

"Owh gapapa engap aja tadi," bohong Nayara.

"Nay Gue tahu Lo ga nyaman karena kedatangan Gue," celetuk Sandrina.

"Jangan bahas itu deh San!" Teriak Gisel.

"Tapi Gue cuma mau minta maaf dan Gue mau bilang sesuatu sama kalian," kata Sandrina.

"Nanti aja deh San Gue harus ke depan dulu. Mau ngambil minum William temenin Gue," kata Nayara lalu keluar dari rumah pohon itu bersama William menuju ke rumahnya.

"Lo mau bilang apa ke Nayara?" Bisik Jesse.

"Gue cuma mau minta maaf Jesse," jawab Sandrina.

"Gue curiga deh sama Lo berdua," kata Wulan sambil melipat tangannya di depan dada.

"Lo berdua ke sini berdua kan?" Tanya Tiara.

"Jangan-jangan Lo tinggal serumah lagi," tebak Wulan.

"Gimana mungkin oi!" Teriak Reihan.

"Kan bisa aja sayang," kata Tiara.

"Kalian berdua jangan aneh-aneh deh. Mana mungkin dia tinggal berdua," kata Rendi.

"Memang bener kita tinggal berdua," celetuk Sandrina.

"Apa?" Teriak Nayara lalu mendekat ke arah Sandrina. Sebelumnya Nayara menyerahkan nampan berisi minumannya kepada William.

"Maksud Lo apaan Lo tinggal berdua?" Pekik Nayara.

"Takdir kali," jawab Sandrina ringan.

"Sandrina! Barusan Lo bilang mau minta maaf sama Nayara!" Teriak Bastian.

"Tadinya tapi setelah ngelihat dia niat Gue jadi terkubur," jawab Sandrina sinis.

"Jesse maksudnya apa?" Tanya Nayara.

"Oke oke denger dulu kalian semua ayo duduk dulu tenang," kata Jesse mengajak Nayara dan yang lainnya duduk melingkar.

"Iya emang bener Gue serumah sama Sandrina. Tapi Gue ga ada hubungan apapun sama cewek ini. Aku ga ada hubungan apapun sama dia. Dia cuma anak pembantu di rumah Gue," jelas Jesse.

"Pembantu?" Tanya semua orang kaget.

"Yups! Dan Gue merasa ga enak aja kalau ga ngajak dia berangkat sekolah bareng," kata Jesse.

"Lo anak pembantu San?" Tanya Wulan.

"Katanya mama Lo jadi istri kedua papanya Jesse. Itu bohong?!" Teriak Tiara.

"Gue ga pernah bilang kalau mama Gue bakal nikah lagi sama papa nya Jesse!" Teriak Sandrina.

"Sandrina maaf sebelumnya tapi Lo salah besar kalau milih lawan kaya Nayara. Lo tahu kenapa? Nayara itu ada di level yang berbeda dari Lo," kata Bastian.

"Cukup! Kalian semua mending pulang dari rumah Gue!" Kata Nayara lalu turun dari rumah pohon itu.

"Nay tapi-," perkataan Jesse di potong oleh William.

"Besok aja jelasinnya. Kalian semua mending pulang deh. Anak pembantu ini ngerusak semuanya!" Kata William sambil menatap tajam ke arah Sandrina.