Bagi yang belum cukup umur dilarang keras membacanya. Karna cerita ini mengandung kekarasan, pembunuhan, kata-kata kasar, dan perbuatan-perbuatan dewasa.
Cerita ini hanya cerita karangan dan bukan berdasarkan cerita asli. Buat para pembaca tidak diperbolehkan meniru semua perilaku dalam cerita ini.
HAPPY READING...
~~~~*~~~~*~~~~
"Mah, mamah sayangkan sama aku".
"Ya sayang dong, masa sama anak sendiri gak sayang".
Aku tersenyum mendengar percakapan singkat antara ibu dan anaknya. Sekarang aku sedang berada di sebuah cafe menunggu temanku datang, namun sudah hampir setengah jam dia tak juga kunjung datang. Sial, padahal dia yang membuat janji. Ahh iya, ngomong-ngomong soal ibu aku sudah tidak punya. Ibuku wafat saat aku baru menginjak sekolah menegah atas atau yang kita sering sebut 'SMA'. Sedih, sudah pasti, siapa yang tidak sedih bila orang yang dia sayang pergi meninggalkan kita untuk selamanya. Menjadi tanda tanya besar untukku, siapa yang tega membunuh ibuku. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri akan kucari sang pelaku yang telah merenggut nyawa ibuku. Ya, aku berjanji ? Ayah, hahaha apa itu ayah aku tak tau, entahlah dia kemana aku sama sekali tidak peduli dengannya bahkan wajahnya seperti apa aku tidak tau, mau dia hidup atau mati sekalipun aku tidak peduli.
Tanpa sadar air mataku keluar, buru-buru kuhapus air mata ini. Malu juga bila ada yang melihat, mungkin air mataku keluar karna tadi mengingat-ingat tentang malaikat yang aku sebut dengan panggilan 'Ibu' itu.
Temanku lama sekali, apa dia mengerjaiku, sialan. Mending aku pulang saja kalo seperti ini.
"Ayo coba tebak siapa".
Tiba-tiba ada yang menutup mataku saat aku akan berdiri dan ya otomatis aku tidak jadi berdiri, kenapa baru datang sekarang sih, tidak tau apa aku sudah menunggunya lama.
"Ck, Shani kan".
"Ihh, kok tau terus sih".
"Ya tau lah lo kan sering iseng kaya gini kan".
"Hehehe, iya juga ya ? yaudah nanti aku isenginnya pake cara laen deh".
"Yayaya, terserah deh".
Dia Shani salah satu temanku di tempat kerjaku di Organization Masked Assasin 'OMA' dan sekaligus orang yang mengajakku bertemu. Aku bisa menegenal Shani karna Roy, Ya, Roy pemimpin organisasi kami. Karna Roy juga aku bisa menjadi seperti sekarang. Dulu organisasi masih baru beranggotakan empat orang saja termasuk aku, berbeda dengan sekarang sudah beranggotakan dua puluh lima orang. Mungkin kalian berfikir itu sedikit, namun jangan salah anggota yang sekarang adalah orang-orang kejam, sadis, dan tentunya profesional. Kalian penasaran bukan bagaimana aku bisa masuk organisasi ini baiklah siapkan segelas kopi dan cemilan supaya lebih enjoy, hahah tidak aku hanya bercanda.
*Flaaback on*
DRASS
JDUAR
Suara hujan dan petir sore ini benar-benar menemaniku, kini aku sedang berteduh di salah satu halte. Sudah satu tahun semenjak kelulusanku aku mencoba mencari perkerjaan pontang-panting kesana kemari namun belom ada juga yang mau menerima. Sial sekali aku ini.
Seseorang berlari ke arahku, sepertinya dia bernasib sama sepertiku ? ya, kehujanan. Dia duduk di samping tempatku duduk. Situasi canggung menyelimuti antara aku dan orang asing ini, hvft...., hujan juga belum juga berhenti.
"Lo abis nyari kerja ya".
"Ehh".
Dari mana dia tau aku sedang mencari perkerjaan, apa dia ini cenayang.
"Eeuum, ya seperti itulah ? dari mana lo tau".
"Cuma nebak aja".
Hah, nebak apakah semuctdah itu menebakku, tidak mungkin.
"Lo binggung ya kenapa gue bisa nebak".
"Mungkin".
"Hahahah".
Sehabis percakapan itu tidak ada lagi percakapan antara aku dan si orang asing, mencurigakan sekali orang ini. Ck, situasi yang aku benci, canggung.
"Lo mau kerjaan".
"Hah..?".
"Lo mau kerjaan".
"Kerjaan ? maksudnya apa ya ?" Aneh sekali orang asing ini, tiba-tiba menawariku perkerjaan.
"Iya kerjaan, lo lagi butuhkan".
Aku pikir soal orang ini cenayang atau tidak mungkin jawabannya iya, bagaimana dia bisa tau.
"Dari mana lo tau gue lagi butuh kerjaan".
"Nebak".
What, nebak ? benar-benar lelucon, mungkinkah…ahh sudahlah ngapain aku pikirkan.
"Kalo lo mau besok ketemu lagi disini, kalo lo butuh kerjaan".
Aku hanya mengeritkan dahi.
"Gue cabut dulu ? lo gak pulang ujan udah reda" Setelah berkata seperti itu dia langsung pergi.
Hah, sudah reda aku tidak menyadarinya hujan sudah berhenti, ck, maksudnya apa sih aku benar-benar ga ngerti, apa dia serius. Aneh, ini sangat aneh. Sudahlah lebih baik pulang.
*~~~~~~*
DRASS
JDUAR
Satu kata untuk hari ini? kenapa? kenapa bisa. Apa kalian pernah terpikirkan jika kalian pernah terjebak dalam keadaan yang sama, waktu yang sama, dan tempat yang sama. Ya, aku terjebak hujan lagi disini, di halte yang sama seperti kemarin dan ya, sore menjelang malam.
TIN TIN …
Apa ini...? sebuah mobil berhenti tepat didepan halte tempatku berteduh, Kaca mobil perlahan terbuka.
"Woy, ayo masuk".
Tunggu dia kan orang asing yang kemarin, yang menawariku perkerjaan. Apa dia kira aku ingin menerima tawarannya, sepertinya begitu.
"Woy !! ngapain malah bengong ayo masuk".
Baiklah sepertinya tidak ada pilihan, siapa tau soal perkerjaan itu dia serius.
"Gue tau lo curiga sama gue karna ada orang asing yang tiba-tiba nawarin lo kerjaan kan" Ucapnya seteleh aku duduk di sampingnya.
"Ya sedikit".
"Hahaha, oke gue gabakal ngejelasin disini, gue bakal ajak lo ke markas".
"Markas" Kini aku mengeritkan dahiku lagi, aku tidak paham tentang perkataannya barusan.
"Lo diem, gausah ngomong pas gue bawa mobil".
Aku hanya mengangguk, setelah itu dia memakai earphone. Ck, yaiyalah pasti aku akan diam, bagaimana mau bicara kalau dia sedang memakai earphone jelas-jelas dia tidak akan mendengarkan omonganku.
~SKIP~
Tempat apa ini, suasananya sepi, sunyi, bangunan bangunan terbengkalai. Oke, ini sudah tidak mencurigakan lagi, ini akan menjadi hal buruk jika aku tak segera pergi dari sini. Bisa saja dia ini orang bayaran yang akan membunuhku dan mengambil organ tubuhku untuk dia jual.
"Gue cabut ya, bye" Ucapku berjalan menjauh.
"Hahaha, tenang gue gabakal ngelakuin hal yang ngerugiin lo ? sesuai janji gue kemaren gue mau ngasih lo kerjaan".
Etah kenapa kakiku berhenti lalu berbalik berjalan ke arahnya.
"Ck, gue tau kita emang baru kenal tapi gue ngerasa kayanya lo emang serius soal kerjaan itu".
"Yaudah ikutin gue".
Sesuai perkataannya tadi aku mengikutinya. Orang asing itu membawaku ke sebuah gedung tua nan tinggi. Kalau di lihat-lihat gedung ini sangat tua. Kami berdua sudah berada di lantai dasar gedung tua ini, suasananya sangat kacau dan bisa membuat bulu kuduk siapapun bediri bila datang kesini seorang diri, barang-barang berantakan, lumut dan tanaman liar ada dimana-mana, dan bau tidak sedap. Orang asing di depanku kini menuntunku menuju lift. Tunggu ? Apakah di gedung tua ini liftnya masih bisa digunakan, ahh sudahlah kenapa aku yang malah pusing memikirkannya.
Lift terbuka dia masuk akupun mengikutinya, dia menekan tombol angka sepuluh lalu pintu lift tertutup. Sama seperti suasana kemarin, suasana akward menyelimuti. Sampai di lantai sepuluh, pintu lift terbuka dan yang kulihat benar-benar luar biasa. Lantai sepuluh ini bersih dan terang berbeda dengan lantai dasar. Barang-barang tertata rapi, bau harum, satu kata untuk bangunan tua ini 'the floowrs were absolutely in old building'. Orang asing itu menuju ke sofa aku mengikutinya.
"Jadi apa perkerjaan yang bakal lo kasih ke gue".
"Nanti gue bakal jelasin, kita nunggu anggota gue yang lain dulu".
"Ohh lo masih punya karyawan juga ditempat kaya gini"
"Hahahahaha, karyawan".
Apa yang lucu. Kenapa dia malah ketawa, aneh. Tapi setidaknya aku merasa lega akan ada yang datang. Pintu lift kembali tertutup menandakan ada orang yang ingin memakainya.
"Nah, mereka dateng".
Sekitar dua menit pintu lift terbuka lalu memperlihatkan dua orang wanita yang tidak kukenal. Aku mengeritkan dahi kemudian menatap orang asing disebelahku.
"Ya, mereka karyawan gue hahaha".
Kedua wanita tersebut datang menghampiri tempatku dan si orang asing di sebelahku.
"Kak maaf ya kita telat" Ucap wanita berbadan tinggi.
"Ya, selow aja gue juga baru dateng kok".
"Gara-gara dia kita telatnya" Ucap wanita berbadan pendek sambil menunjuk kearah wanita berbadan tinggi, gak pendek-pendek Banget sih.
"Apaansih kak Imel, kakak tuh yang bikin telat" Wanita berbadan tinggi membela diri.
"Kak dia siapa ?" Tanya wanita berbadan tinggi.
"Ya, siapa dia ?" Kini wanita berbadan pendek ikut bertanya.
"Anggota baru, kaga-kaga lebih tepatnya karyawan hahaha".
"Hah, kakak apaansih ? make nyebut karyawan segala".
"Apa lo yakin dia bisa di percaya" Wanita berbadan pendek menatapku dengan tatapan tajam.
Sial ! apa maksud dari tatapannya barusan.
"Tenang aja gue yakin dia bisa di percaya".
"Jadi feeling lagi" Wanita berbadan pendek meninggikan suaranya.
"Iya".
"Kak, apa gak apa-apa" Wanita berbadan tinggi terlihat kawatir.
"Selow gue yakin kok".
"Aaarrggghh, yaudahlah terserah lo aja, tapi kalo sampe kejadian lagi gue gabakal mau bantu lo!" Ucap wanita berbadan pendek sambil pergi dari tempat kami.
"Kak, mau kemana ?".
"Udah biarin aja" Ucap orang asing disebelahku
"Mau keluar, tiba-tiba mood gue ilang" Teriaknya dari dalam lift, dan setelah itu pintu lift kembali tertutup.
"Shan, kenalan dulu".
"Ohh iya kenalin nama aku Shani Indira Natio panggil Shani aja" Ohh, jadi nama wanita berbadan tinggi ini Shani.
"Ahh iya lo juga belom tau nama gue kan, lo bisa panggil gue Roy" Roy ternyata nama orang asing ini ya.
"Dan cewe yang songong tadi namanya Melody Mawarina, panggil aja Melody" Tambah Roy kepadaku.
"Nama gue Viano Eliansyah, bisa dipanggil Vian".
*Flasback off*
*~~~~~~*
"Ehh kak, kok bengong aja".
"Ehh sorry shan tadi abis …" Waduh bagaimana menjelaskannya pada Shani ya.
"Hayo abis ngelamunin apa ?".
"Kaga-kaga lupakan".
Sepertinya cukup sampai disitu saja ceritaku, karna si Shani mengganggu.
"Jadi Shan ngapain lo ngajak ketemuan ama gue".
"Gapapa sih kak" Ucapnya cengengesan.
Ck, dasar betina.
"Kalo kangen pengen ketemu sama gue bilang Shan".
"Ehh!! Eeuumm…. E-e-engga kangen kok".
"Kenapa merah gitu mukanya" Ucapku menggoda Shani.
"Ihh... Enggak tau" Ucap Shani memalingkan wajahnya kearah lain.
Hahah, lucu melihatnya betingkah seperti itu, Aku tersenyum kearahnya.
"Yaudah, pesen Shan lo belom makan kan".
"Ehh, iya sih yaudah aku pesen dulu ya".
"Hvft… Shani, Shani lucu banget ya" Gumamku sambil tersenyum melihat Shani.
Drrrttt Drrrttt Drrrttt
Handphoneku bergetar, siapa yang menelponku, nomer ini lagi. Siapa ya ? Nomernya tidak masuk dalam kontakku. Sebaiknya diangkat saja deh.
"Halo" Sapaku.
"Halo !!".
"Iya, halo ini siapa ya ?" Ternyata suara perempuan, tapi kenapa kaya lagi lari gitu.
"Vian tolong aku !".
"Hah ! tolong ? Lo siapa, minta tolong kok ke gue" Aneh sekali kenapa minta tolong, sepertinya salah sambung.
"Aku Vinny, aku lagi di..aarrrggghh".
"Loh, Vinny ? Vin, Vin ! Lo kenapa" Apa yang sudah terjadi sama Vinny.
Tutt Tutt Tutt Tutt
BERSAMBUNG . . . .