webnovel

ORAZIO

Malam itu menjadi malam terakhir bagi Lesya, dimana hidupnya berjalan dengan normal. Sejak gadis berusia 18 tahun itu membuka mata, semuanya telah berubah. Mulai dari kamar yang terlihat seperti kamar dari kerajaan mewah, sampai dirinya mendapat perlakuan istimewa dari seluruh penghuni istana. Sejak hari itu Lesya dipaksa untuk dipukul oleh nasibnya sendiri. Ia selalu berusaha memecahkan kehidupan apa yang sebenarnya tengah ia jalani. Transmigrasi? Tentunya bukan. Karena, dirinya masih ada dalam raga yang sama. Mereka menganggap Lesya sebagai seorang putri bangsawan kerajaan besar, dan yang lebih menariknya, rupanya gadis 18 tahun itu sedang berada di abad ke-22. Tidak berhenti disitu saja. Lesya semakin dibuat terkejut saat mengetahui jika Arsen, kekasihnya ada di sana, dengan sebuah fakta jika Arsen adalah Pangeran dari Kerajaan Prisam, atau Kerajaan berbentuk Monarki besar yang bisa menghancurkan Kerajaan lain kapanpun itu. Lantas, akankah Lesya berhasil menguak misteri yang sedang ia hadapi bersama kekasihnya?

Leni_Handayani_2611 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
15 Chs

Sihir?

"QUEEN LESYA!!"

Lesya merasakan sakit yang teramat pada tubuh dan kepalanya. Suara bentakkan itu langsung masuk ke telinga begitu ia membuka mata. Gadis itu belum sadar total, dan pikirannya masih mengambang.

Hingga saat sebuah bolpoin berwarna hitam mendarat di keningnya, ia mendongak dan mendapati semua siswa tengah menatapnya dengan pandangan yang horor.

Dan satu lagi, jangan lupakan keberadaan Mr. Almer yang tengah menatap Lesya dengan tajam.

Lesya mengusap matanya pelan, ia menguap dan sedikit membenarkan letak duduknya.

Oke, sekarang ia sudah berhasil menangkap dengan jelas kejadian apa yang sedang ia alami.

Ia tertidur disaat mata pelajaran Mr. Almer berlangsung, dan disaat itu juga Mr. Almer mencoba untuk membangunkannya. Untung saja di sana dirinya sedang dalam keadaan tertidur juga. Jika tidak, maka ia tidak akan pernah bisa kembali ke sini.

"Sudah puas menjadikan kelas ini sebagai kamarmu, Queen Lesya?" tanya Mr. Almer penuh penekanan.

Lesya berdehem kecil. Jujur saja tenggorokannya sungguh kering. Ia menoleh pada Lauren berniat untuk meminta minum, namun Lauren lebih dulu membuang pandangan seakan dirinya tidak tau apa-apa.

Pasti teman-temannya sudah mencoba membangunkan Lesya, namun Lesya sama sekali tidak memberikan respon apapun.

Mereka sungguh tau betul bagaimana tabiat dari seorang guru bernama Mr. Almer tersebut. Pria tua berusia 58 tahun itu, terkenal dengan killer-nya. Beliau tidak akan segan-segan memberikan sebuah hukuman pada murid, sekalipun murid itu hanya melalukan sedikit kesalahan.

Namun, Lesya dengan segala pertahan baiknya sama sekali tidak terguncang ataupun termakan oleh tatapan mengintimidasi dari Mr. Almer.

"Sangat puas, Mr," jawab Lesya tenang membuat teman-teman sekelasnya meringis. Setelah ini, Lesya pantas mendapat penghargaan besar karena ulah serta keberaniannya.

Biasanya semua murid yang berhadapan dengan Mr. Almer tubuhnya akan menegang, atau tidak menunduk takut yang menggambarkan sebuah penyesalan karena telah melakukan kesalahan.

BRAK

Semua murid tersentak kaget setelah Mr. Almer memukul meja dengan sangat kencang. Sorot matanya kini lebih tajam.

"Ini adalah sebuah kesalahan fatal!!" bentak Mr. Almer. Urat-urat di lehernya mencuat jelas, menggambarkan jika dirinya sungguh marah.

"Kalian semua tidak menghargai saya sebagai guru!!"

"Seharusnya kalian membangunkan Lesya sebelum saya masuk ke kelas ini!!"

"Apa kalian sengaja membuat saya marah, hah?!"

"Apa kalian sama sekali tidak membuat peraturan di kelas ini, hingga murid yang telah tertidur tidak mendapat gunjingan apapun?!"

Napas Mr. Almer terengah-engah. Semuannya menunduk takut, dan tidak ada yang berani menyela ucapan Mr. Almer, kecuali jika murid itu adalah Lesya.

"Mr. sorry, apakah saya perlu menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi pada saya?"

"Atau setidaknya tolong pahami keadaan. Jangan memarahi semua murid kelas. Ini adalah kesalahan saya, dan hanya kesalahan saya," ungkap Lesya tegas, sama sekali tidak terdengar keraguan dari setiap kalimatnya.

"Jika Anda memarahi kami semua, maka teman-teman saya akan merasa terancam, dan kemungkinan besar mereka akan membenci saya selaku dalang dari semua ini."

"Anda bisa membawa saya ke Ruang Eksekusi. Tidak perlu marah-marah dan memberi bentakkan seperti ini, Mr."

Diam-diam semua murid memberikan apresiasi yang besar pada keberanian Lesya, terutama Lauren dan Zessie. Kedua sahabatnya sampai bertepuk tangan, yang tentunya tanpa diketahui oleh siapapun.

Kemarahan Mr. Almer sungguh berada di atas rata-rata. Ia membalikkan tubuh, dan mengambil sebuah buku tebal sebelum melenggang pergi meninggalkan kelas dengan perasaan yang tentunya penuh kejengkelan.

Semuanya bernapas dengan lega. Kebisingan kembali terjadi, dan mereka berbondong-bondong memberikan ucapan terimakasih pada Lesya.

"Kita sudah tidak bisa lagi meragukan keberanianmu," seru Selena, salah satu teman Lesya yang duduk di meja paling depan.

Semuanya mengangguk cepat. Kelas senior yang berisikan 18 orang murid itu, memang selalu bergerumul dan membahas satu masalah yang sama.

"Bahkan aku melihat jelas Mr. Almer mengeluarkan sinar-x merah di matanya," timpal Zessie mengundang gelak tawa teman-temannya.

Sedangkan Lesya masih mematung. Bukan karena pembahasan yang tengah melingkupi sekitarnya, melainkan pada dimensi yang baru saja ia lewati.

Ia masih belum percaya pada kenyataan beserta ucapan Arsen tempo lalu. Ternyata benar, jika 3 hari di dimensi kerajaan, itu sama saja 3 jam berada di dunia nyata. Lesya sungguh benar-benar tidak habis pikir, bagaimana semua ini bisa terjadi.

"Lesya, kau melamun?"

Lesya tersentak begitu Lauren memukul bahunya pelan, lantas ia segera menggeleng kecil memberikan jawaban.

"Apa kau sedang memikirkan bagaimana cara untuk membujuk Mr. Almer?" tebak Pinky, teman laki-lakinya yang dikenal manis dan berlesung pipi.

Lagi-lagi Lesya menggeleng. "Kau ingat? Aku tidak sebaik itu untuk meminta maaf."

Semuanya kembali tertawa pecah. Kelas memang akan terasa hangat jika Lesya sudah beraksi seperti ini.

"QUEEN LESYA KELAS SENIOR 7, ARSEN PATRICK SEDANG MENUNGGUMU DI RUANGANNYA!!"

Teriakan dari arah luar memaksa atensi mereka teralihkan pada sumber suara tersebut. Lesya segera berdiri, dan saat ia hendak melangkah, Lauren dan Zessie menahannya.

"Aku ikut."

"Aku juga!"

-o0o-

"Jangan bodoh, kau cari mati dengan Arsen, huh?!" Hans, si pemilik mata hitam pekat itu memukul kepala Milo karena salah satu temannya berniat untuk mendorong tubuh Arsen yang sejak tadi sungguh sulit untuk dibangunkan.

Milo tertawa kencang. Diantara ke-5 pemuda tampan dan famous tersebut, yang memiliki humor paling receh adalah Milo. Maka tidak jarang jika Hans, pria dengan tingkat emosional tinggi itu selalu beradu argumen dengan Milo.

"Sudahlah diam. Kalian berdua seharusnya mencari cara agar teman kita ini tidak cosplay mati sekarang," ujar Aaron mendapat anggukan dari yang lain.

"Will." Mereka semua menoleh kompak ke ambang pintu yang menampilkan Lesya DKK.

Zessie mengambil tempat duduk di samping kekasihnya, Lauren berdiri di dekat Hans, sedangkan Lesya segera menghampiri Arsen yang sedang terbaring persis seperti mayat.

"Kekasihmu sepertinya terkena sihir, Les," ujar Aaron.

"Maksudmu?"

"Bagaimana tidak? Dia sudah tertidur 2 jam lebih, dan sangat sulit untuk dibangunkan. Ponselnya sejak tadi berdering, menampilkan nama Daddy-nya."

"Arsen sungguh tidak seperti biasanya."

Milo mengangguk menyetujui ucapan Hans. "Walaupun dia menyukai tidur, tapi setauku tidak pernah separah ini."

"Dia akan spontan terbangun jika kita menyentuh telinganya. Tapi sekarang? Apa kalian tidak curiga jika sebenarnya Arsen--"

"Hentikan lelucon murahanmu itu, Hans!!" sela Aaron cepat.

Hans kembali tertawa, yang langsung mendapat pukulan dari Lauren. Suara tawanya sungguh mengganggu.

Sedangkan Lesya sejak tadi diam. Hanya ia yang satu-satunya mengetahui apa yang sebenarnya tengah menimpa Arsen. Namun, bagaimana caranya membangunkan Arsen sekarang?

Jika di sini Arsen sedang tertidur, maka itu artinya di sana Arsen sedang aktif beraktivitas. Apa yang sedang Arsen lakukan? Seingatnya mereka tengah--"

HOLY SHIT!!

Seketika itu juga raut wajah Lesya merah padam. Arsen masih menggempurnya, dan itu alasan mengapa Arsen tidak sadarkan diri di sini.

Ingatkan Lesya untuk memukul kepala Arsen, jika nanti kekasihnya sudah kembali.

"Les, apa kau memiliki cara untuk membangunkan Arsen?"

"Dia tidak akan terbangun. Yang sekarang harus kita lakukan adalah, membawa Arsen pergi dari tempat ini."

Sebenarnya ruangan yang berada di belakang sekolah ini tidak terlalu buruk untuk ditempati, tapi kali ini bukanlah waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu di tempat tersebut.

Arsen akan menghabiskan banyak waktu.

"Maksudmu?" tanya Zessie.

Lesya menghela napas malas. Akan sangat rumit dan panjang jika menjelaskan semuanya pada mereka. "Aku akan memberitau kalian sesuatu, tapi nanti setelah kekasihku terbangun."

"Sekarang kalian hanya perlu membantuku untuk memindahkan Arsen, jika tidak, dia akan tetap di sini sampai malam."