webnovel

Bertemu Penyejuk Hati

Tidak lama kemudian bel pulang sekolah berbunyi. Kelompok Tiara sudah berencana berdiskusi di rumahnya. Tiara, Raza, Zia dan Ciko pulang bersama karena mengerjakan tugas kelompok tersebut.

"Assalamualaikum," salam Tiara ketika sampai rumah.

"Walaikumsalam, eh ada teman-teman Tiara. Mari masuk," ajak Sartika dengan sopan.

"Aku ngajak temen-temen mau ngerjain tugas kelompok ma," ucap Tiara.

Sartika mengangguk dan menyiapkan minuman untuk teman-temannya Tiara.

"Serius banget belajarnya. Nih minum yang segar dulu," kata Sartika sambil meletakkan gelas es berwarna merah di atas meja.

"Makasih bu, maaf ngerepotin," jawab Zia, Raza dan Ciko kompak.

"Tiaranya mana? Kok cuma kalian bertiga cepet banget hilangnya," kata Sartika bingung.

"Tiara lagi ke warung, bu. Katanya mau beli cemilan," jawab Zia.

"Oh iya iya, yaudah. Belajarnya yang rajin ya, ibu mau masuk ke dalam dulu."

Sartika memang selalu sopan terlebih ada yang bertamu ke rumahnya, tidak memandang usia muda atau pun tua selalu di sambut dengan baik.

"Eh, handphone siapa tuh bunyi?" tanya Ciko.

Raza dan Zia mengecek handphone masing-masing dan ternyata itu suara handphone Raza tidak menunggu lama dia pun menjawabnya.

"Assalamualaikum, iya halo, ma. Ini aku lagi di rumah Tiara. Oh iya, maaf ma aku lupa minta izin. Ada tugas kelompok ini. Iya iya ma, assalamualaikum."

Ternyata Raza lupa meminta izin kepada orang tuanya sehingga mamanya Raza khawatir karena belum pulang sekolah.

Di waktu yang sama di dekat warung.

"Ya ampun, ada kak Zaidan. Duuh, mana gue belum ganti baju lagi," ucap Tiara yang sedang menunggu pesanan burger di warung dan dia melihat sosok kak Zaidan. Tiara sangat mengagumi sosok Zaidan, bagi Tiara jika melihat Zaidan membuat hati Tiara tentram karena image religi yang melekat di dalam diri Zaidan. Maklum saja Zaidan adalah salah satu pengajar sekolah islam dekat kampungnya.

"Assalamualaikum, ka," salam Tiara kepada Zaidan yang masuk ke warung.

"Walaikumsalam, eh ada dek Tiara. Lagi jajan?"

Sebenarnya jantung Tiara berdetak dengan cepat karena melihat senyum Zaidan yang khas terdapat lesung pipi jika tersenyum menambah ketampanan wajah Zaidan.

"Iya, kak. Ini lagi ada teman di rumah jadi beli cemilan," jawab Tiara dengan menyembunyikan groginya.

"Pantesan banyak banget burgernya. Oh iya, nanti minggu kita adakan rapat ya, mau ada acara maulid. Kamu bisa hadir kan?" tanya Zaidan.

"Minggu ya ka? Kayanya si bisa."

"Ya udah, kakak mau beli sesuatu dulu. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Tiara termasuk perempuan yang aktif dengan berbagai kegiatan, awalnya hanya mengikuti Sartika ke pengajian rutin mingguan akan tetapi ketika melihat Zaidan sedang membaca Al-Quran yang membuat hati Tiara tenang saat mendengarnya.Sepanjang perjalanan pulang Tiara senyum-senyum sendiri hingga tidak sadar sudah sampai di depan pintu rumahnya. Saat masuk ke dalam pun tak luput senyum semakin merekah di bibirnya membuat Raza bertanya dengan bingung.

"Lu kenapa, Ra?"

Tiara tidak mendengar pertanyaan Raza, dia langsung duduk di sofa dengan menopang dagunya seperti bertemu idola kesayangan. Zia yang menyadari tingkah Tiara langsung menepuk pundaknya dengan keras sehingga Tiara tersadar juga merintih kesakitan.

"Apaan si lu, Zi. Rese deh!"

"Lagian lu ngapain ngelamun abis pulang dari warung, lu gak kesambet kan?" tanya Zia bergidik ngeri.

"Sarap lu. Enak aja kalo ngomong, ya engga lah. Gue abis ketemu pujaan hati, Zi..." ucap Tiara dengan nada manja.

"Paling juga ketemu sama Zaidan. Iya kan?"

Tebakan Raza benar adanya karena memang Raza mengetahui kalau Tiara adalah secret admirer-nya Zaidan.

"Eh, gak sopan lu manggil nama. Lu kan masih bocil," protes Tiara.

"Kapan selesainya nih kalo kalian debat terus, gue udah di suruh pulang sama mami," kata Ciko melerai perdebatan Tiara dan Raza.

"Tau nih lu berdua, kita kan lagi ngerjain tugas. Buruan kerjain," lanjut Zia.

Jam sudah menunjukan angka empat, Ciko meminta pamit duluan karena maminya sudah menelepon berulang kali. Maklum saja Ciko adalah anak tunggal dan tidak boleh pergi dari rumah lama-lama. Sisa Tiara, Zia dan Raza yang meneruskan tugasnya karena memang Ciko sudah selesai dengan bagiannya.

"Ternyata masih ada di sini? Kalian gak laper? Udah sore loh ini," kata Sartika melihat bocah bertiga di ruang tamu yang masih berkutat dengan kertas karton dan spidol.

"Gak kok bu, saya engga lapar. Tadi Tiara kan beli burger," jawab Raza.

"Burger goceng mah kaga kenyang itu cuma sempilan doang. Emang mamah masak apa?" sela Tiara.

"Tadi mamah bikin ayam goreng sama sayur sop. Kalo mau makan nanti panasin lagi sayurnya. Mau?" tawar Sartika.

"Yaudah mamah panasin lagi, nanti aku ke dapur," jawab Tiara.

Sartika pun pergi ke dapur untuk memanaskan sayur sop dan menyiapkan tiga piring di meja makan.

"Eh gak enak tau, masa mama lu suruh nyiapin makanan. Lagian gue masih kenyang," bisik Raza.

"Iya lu, Ra. Enak banget nyuruh-nyuruh mama lu sendiri, durhaka lu," tambah Zia.

"Gak apa-apa kok nak, kalian kan tamu. Jadi harus di hormati dan di suguhi selagi ada," ucap Sartika dari dapur. Ternyata Sartika mendengar perkataan Raza dan Zia yang tidak enak hati.

Tiara pun menjulurkan lidahnya dan berkata bangga, "Tuh dengerin. Mama gue mah baik."

"Iya mama lu baik tapi anaknya jahat," celetuk Raza.

Raza mendapatkan tatapan siap menerkam dari Tiara setelah perkataannya sehingga Raza terkejut dan menunjukan ke dua jarinya bertanda V bermaksud untuk berdamai.

Setelah makanan sudah siap di atas meja, Sartika memanggil untuk segera makan. Dengan senang hati Tiara, Zia dan Raza pun makan sangat lahap sampai-sampai tidak sadar Sartika melihat dengan senyum puas karena membuat tamunya merasa senang.

Tugas kelompok sudah selesai, Raza dan Zia pun pamit untuk pulang karena sudah jam setengah enam.

"Makasih ya bu makanannya, maaf kita ngerepotin," ucap Zia dan beralaman dengan Sartika. Raza pun demikian.

"Iya sama-sama, ibu gak ngerasa di repotin kok. Kalian kan temannya Tiara. Ya sudah kalian hati-hati di jalan ya."

Zia dan Raza berpisah di ujung gang, karena rumah mereka berbeda. Zia pulang dengan naik ojek online sedangkan Raza melanjutkan dengan berjalan hanya berbeda gang saja dari rumah Tiara.

"Ma, aku mau ke kamar dulu ya. Mau mandi udah gerah banget," pamit Tiara pada mama yang sedang menonton tv di ruang tamu.

Sartika mengangguk dan melanjutkan aktivitas menontonnya. Bukan Tiara namanya kalau langsung melaksanakan sesuai perkataannya, justru dia merebahkan diri di ranjang nan empuknya.

"Mandinya entar ah, rebahan dulu. Cape." Tidak menunggu lama Tiara langsung tertidur.

Di rumah Raza.

"Assalamualaikum," salam Raza yang sudah sampai di rumahnya.

"Walaikumsalam, udah belajar kelompoknya nak?" tanya Tari saat membuka pintu.

"Iya ma, baru aja selesai terus aku udah kenyang tadi di tawarin makan sama mamanya Tiara," jawab Raza dan langsung pergi ke kamar untuk mandi.

Raza langsung pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri.

Setelah selesai mandi dan rapi, Raza langsung duduk di bangku meja belajarnya. Di raihnya bingkai foto yang menggambarkan dua manusia sedang tersenyum dengan bahagia. Raza mengingat kembali moment pengambilan foto tersebut. Baginya moment itu sangat berarti karena bisa menghabiskan liburan berdua bersama Tiara di suatu tempat yang masih hijau sejauh mata memandang.