"Aku berangkat kerja dulu ya sayang." Ucap Melden lalu mengecup singkat kening dari wanita yang sedang berdiri di hadapannya itu.
"Hati- hati ya mas!!!" Ucap wanita dengan senyumin kecil yang terukir di sudut bibirnya.
"Ayahhhhh, bundaaaaaa."
Melden dan istrinya langsung mengalihkan pandangan mereka menuju arah datangnya suara itu.
"Jangan lari lari sayang, nanti kamu bisa jatuh." Ucap Melden sambil meraih tubuh mungil gadis kecil yang kini sudah ada di pangkuannya.
"Cleo ngak akan jatuh kok yah. Cleo kan jago dan kuat." Ucap gadis kecil itu.
"Nanti kalau kamu jatuh juga bakalan nangis."
"Cleo ngak akan nangis kok bun, kan Cleo ngak gampang nangis, iya kan yah?" Tanya Cleo pada sang ayah.
Melden hanya tersenyum melihat tingkah putri semata wayangnya tersebut.
"Anak kamu tuh mas, kalau di bilangin bisanya ngelawan aja kerjanya."
"Cleo kan anak kamu juga. Kamu lupa ya rutinitas kita tiap malam waktu buat Cleo? Sampe- sampe aku masih hafal loh teriakan kamu tiap malam apa." Goda Melden pada sang istri.
"Awwuhhhhhhh" Melden langsung meringis saat Audrey~ Istri Melden menarik telinga pria itu pelan.
"Sakit sayang." Ucap Melden sambil menyentuh telinganya yang panas.
"Kok bunda tarik telinga ayah sih? Kan itu sakit bunda." Ucap Cleo
"Lagian kamu sama ayah sama- sama bandel sih, jadi di tarik aja telinganya."
"Loh, kok aku bandel sih. Kan aku ngak ngapa- ngapain sayang."
"Ngak ngapa- ngapain gimana? Coba deh mas pikir sendiri, ngapain coba mas ngomongin hal kayak tadi di depan Cleo. Cleo kan masih kecil mas, ngak bagus kalau denger hal kayak gitu."
"Lah justru karena Cleo masih kecil jadi dia ngak akan ngerti."
"Tapi kalau dia inget trus ntar nanya maksudnya itu sama orang lain gimana? Yang malu siapa? Aku sama kamu juga kan mas."
"Iya sayang maaf deh, tapi kan...."
"Ayah sama bunda ngomongin apa sih? Cleo ngak ngerti apa emangnya?" Tanya Cleo yang sejak tadi bingung dengan perdebatan antara ayah dan bundanya.
Audrey langsung menatap tajam ke arah Melden.
Melden yang mengerti akan tatapan tajam dari istrinya tersebut hanya bisa tersenyum kecil.
"Ngak ada kok sayang, sekarang belum waktunya kamu buat ngerti masalah kayak gitu. Sekarang itu lebih baik Cleo fokus sekolah ya."
"Tapi kan Cleo juga pengen tau yah. Emang Cleo ngak bisa tau sekarang aja ya? Cleo penasaran soalnya."
"Ngak boleh sayang. Tunggu Cleo besar dulu baru belajar soal yang begituan, sekarang ngak boleh dulu okey."
Cleo langsung menundukkan kepalanya lemas.
"Udah, sekarang ayah mau berangkat kerja dulu. Cleo ngak sekolah kan hari ini?"
"Ngak yah." Jawab Cleo
"Ya udah, Cleo di rumah aja ya sama bunda. Cleo jangan kemana mana kalo ngak sama bunda. Di luar itu bahaya."
"Bahaya kenapa yah?"
"Anak kamu banyak nanya ya sayang." Ucap Melden pada Audrey.
"Anak kamu juga kali mas." Jawab Audrey malas.
"Ohh iya lupa. Kan kita sama- sama kerja keras tiap malam waktu bikin ini anak."
"Mas... jangan mulai lagi deh."
Melden hanya tersenyum puas saat melihat wajah istrinya yang kini sudah merah bagaikan tomat busuk.
"Udah udah... siniin Cleo. Nanti kamu ngak bakalan jadi pergi kalau kamu ngomong terus mas." Ucap Audrey sambil meraih Cleo dari gendongan suaminya.
"Kamu ngusir aku?"
"Iya. Buruan pergi sana."
"Jahat kamu yang. Ngusir suami sendiri kualat loh." Ucap Melden sambil memasang wajah memelas ke hadapan sang istri.
"Salim ayah tuh Cle. Ayah mau cepet- cepet pergi ke kantor." Ucap Audrey yang mengabaikan ucapan Melden.
Cleo langsung mencium tangan Melden lalu beralih ke pipi laki- laki itu.
"Dadah ayah."
"Dadah sayang. Jagain bunda kamu ya, jangan biarin dia cari ayah baru buat kamu."
"Gila ya kamu mas."
"Siap pak bos." Ucap Cleo dengan suara lantang yang membuat Melden tertawa puas.
"Udah sana pergi."
Setelah cukup lama menggoda istri dan putri kecilnya, Melden akhirnya memutuskan untuk berangkat ke kantor.
Tubuh Melden semakin lama semakin menghilang dari pandangan Audrey dan juga Cleo.
"Bunda!!!!" Panggil Cleo yang masih ada di pangkuan Audrey.
"Kenapa sayang?"
"Cleo laper, pengen makan."
Audrey tersenyum kecil saat melihat wajah memelas putri semata wayangnya itu saat meminta makan padanya.
"Kamu mau makan apa sayang? Tadi bunda masak nasi goreng, kamu mau makan itu atau mau di masakin yang lain?"
"Emmmm Cleo makan itu aja deh, tapi ada telur mata sapi juga kan bunda?"
"Ada kok, tadi bunda udah khusus masakin buat Cleo." Ucap Audrey sambil mencubit kecil pipi gembul wajah milik Cleo.
"Yeiyyyyyy makasih bunda. Cleo sayang bunda." Ucap Cleo lalu mengecup pipi Audrey singkat.
"Ya udah sekarang Cleo makan dulu, habis itu kamu langsung mandi. Cleo bau banget soalnya hehhehe."
Mendengar ucapan sang bunda, Cleo dengan cepat langsung mencium aroma sekitar tubuhnya.
Audrey mengerutkan keningnya bingung dengan apa yang di lakukan putri kecilnya itu.
"Kamu ngapain Cle?"
"Tapi Cleo ngak bau kok bun. Cium deh." Ucap Cleo sambil mendekatkan keteknya sambil mengangkat tangannya ka hadapan sang bunda.
Audrey yang langsung mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Cleo langsung tertawa lepas.
"Ahhhhhaaaaahhhhaaaa. Cle.... Cle. Bunda bercanda sayang. Kamu ngak bau kok. Putri bunda kan selalu wangi dan cantik."
"Tapi tadi bunda bilang kalau Cleo bau."
"Bunda cuman bercanda sayang. Udah- udah, sekarang mending Cleo makan keburu nasinya dingin, oke cantik?"
"Oke bunda." Ucap Cleo sigap
Audrey dan Cleo bergegas menuju meja makan yang tidak jauh dari tempat mereka sebelumnya.
"Jangan banyak- banyak ya bunda."
"Kenapa? Biar kamu gemuk Cle, ngak kurus kayak tiang listrik begini."
"Cleo ngak boleh gemuk bunda, nanti kalau Cleo gemuk, Cleo ngak bisa lari kenceng dong."
"Lari kenceng? Emang kamu mau ngapain lari kenceng?"
"Kalo ada penjahat kan Cleo harus lari kenceng buat tangkap dia bunda."
"Kamu ngapain tangkap penjahat? Kan kamu bukan polisi."
"Cleo kan pengen jadi detektif kayak yang di tv tv bunda. Jadi nanti kalau udah besar, Cleo bakal nangkep semua orang jahat di bumi ini."
"Di bumi? Kamu ngak salah Cle? Maksud kamu di negara ini kali."
"Yahhhh itu pun jadi lah bun. Pokoknya Cleo harus jadi detektif, dan bisa nangkep penjahat yang ada di luar sana deh."
"Ya ya ya. Bunda doain kamu bisa kejar cita- cita kamu ya sayang. Kamu harus bisa nangkep semua beban negara yang ada di luar sana."
"Siap komandan."
"Ya udah kamu makan ya." Ucap Audrey sambil meletakkan piring berisi nasi goreng dengan toping telur di atasnya.
"Makasih bunda."
"Sama- sama sayang."