Sial sial sial sial! Bisa-bisanya boneka itu memberikan surat lamaran padaku.
.
.
Yah setidaknya rencanaku bisa saja terus berjalan. Jadi aku tidak perlu repot-repot mengirim lamaran padanya juga. Ugh, sungguh takdir yang aneh. Sebaiknya aku segera menyusun rencana dan melanjutkan kelas terakhir besok. Aku akan minta izin pada Marchioness dulu.
Merillia mengetuk pintu, memasuki ruang belajar. Marchioness Yubira sudah bersiap di mejanya dengan tumpukan buku dan lembaran perkamen.
"Halo Lady Merillia. Jadi bagaimana pertemuanmu dengan Duke?" Tanya Marchioness.
Merillia menunduk. Menyembunyikan tangannya di belakang yang memegang amplop. "Haha. Itu berjalan dengan baik." jawabnya nyengir sambil meneteskan keringat dingin.
Marchioness tidak akan curiga kan?
"Hmm? Tapi lady tidak terlihat baik. Apa terjadi sesuatu?"
Merillia terdiam. Ia tidak menjawab.
"Fiuh, baiklah. Kalau begitu kita tunda kelas hari ini. Saya tidak akan memaksa lady untuk bercerita, tapi saya akan menunggu lady menceritakannya pada saya." kata Marchioness.
"Benarkah?! Waaa... Aku sayang guruku!" Kata Merillia berlari memeluk Marchioness.
"Haha, sepertinya lady memang harus istirahat. Kalau begitu aku pamit dulu."
.
.
.
.
.
Setelah mengantar Marchioness pulang, Merillia segera pergi kembali ke kamarnya. Namun ditengah perjalanan, ia dicegat oleh wajah lucu adiknya dan terseret di lapangan latihan ksatria.
Sungguh pemandangan yang kacau. Saat itu, para kesatria Bethovel sedang berlatih tanding.
Aku disini untuk melihat adikku..
"Kak Merry!" Dorotha menghampiri Merillia yang duduk di bangku.
"Kerja bagus hari ini. Apa kau mau jus? Setelah latihan, ayo kita berbincang bersama."
"Ya ya! Aku mau!" Jawab Dorotha tersenyum.
Ugh. Siapa yang akan menolak senyuman imut itu? Adikku memang yang terimut seantero kerajaan
"Yo lady Merry! Apa kabar?" Seorang anak laki-laki memanggil Merillia mendekati mereka.
"Selamat sore, Victor. Bagaimana kabar Earl Gree?"
"Ayah selalu sehat. Kau bisa lihat di pojok sana" katanya sambil menunjuk seorang pria kekar yang sedang berteriak mengatur para kesatria.
Victor Gree. Putra tunggal Earl Gree. Sejak dulu keluarga Earl Gree merupakan kesatria dari keluarga Bethovel. Dan beberapa dari keluarga tersebut sudah banyak yang pernah menjabat sebagai kepala kesatria dari Bethovel, termasuk Earl Gree saat ini.
Di kehidupanku sebelumnya, Victor adalah kesatria yang membantuku menyerang pasukan Grand Duke Novale. Namun ia mati mengenaskan dengan dibakar hidup-hidup di tenda pasukan perang saat penyerangan dadakan oleh kekaisaran saat tengah malam.
"Apa itu kak? Surat? Dari siapa?" Dorotha melirik amplop yang sedari tadi tidak lepas dari pegangan Merillia.
"Haha. I-ini dari temanku."
"Tapi bukankah kakak tidak memiliki teman? Menyelenggarakan pesta teh saja tidak pernah, apalagi saat pergi ke pesta kakak hanya masuk ruangan dansa dan kabur ke taman sendirian." Dorotha menggeleng-geleng.
Ugh. Adikku memang yang paling mengenaliku! Meski perkataanmu setajam belati, aku tetap menyayangimu!
"Sebenarnya, aku ingin mendiskusikan ini padamu." Merillia menunduk.
"Kalau begitu Victor, aku dan Dobbie harus pergi. Selamat menikmati harimu." Merillia beranjak, dan mengandeng tangan Dorotha pergi dari sana.
.
.
.
.
.
.
"Cepat sekali. Padahal aku sudah lama tidak mengobrol denganmu."