webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
47 Chs

CHAPTER 5 PERASAAN

Aku duduk diam mengerjakan tugas kuliahku di lantai kamar, dengan buku - buku berserakan di sekelilingku, dan laptop menyala terang di pangkuanku. Keningku berkerut semakin dalam, membaca setiap kata yang tertulis di halaman buku mencari teori yang tepat untuk makalahku. Suara bell pintu tiba - tiba memecahkan konsentrasiku, namun aku tidak beranjak dari tempatku sampai suara bell kembali terdengar untuk kedua kalinya, keningku berkerut semakin dalam "EOMMA.." teriakku sambil terus mengetik makalahku. Suara bell pintu kembali terdengar untuk ketiga kalinya, membuatku menghentikan gerakan jariku dan beranjak dari tempatku cepat. Saat aku membuka pintu keluar dari kamarku, eomma juga keluar dari kamarnya memuat langkahku terhenti

"maaf, biar eomma yang membukanya, masuklah" sahut eomma cepat sambil melambaikan tangannya menyuruhku kembali masuk ke kamar.

Aku memiringkan kepalaku bingung kembali bergerak mundur ke dalam kamar, namun langkahku terhenti melihat wanita berambut panjang yang usianya tidak tampak jauh dari eomma, wanita dengan setelan jas kerja putih serta rok sepan itu masuk ke dalam rumah mengikuti eomma. Pandangan kami bertemu seketika membuatku langsung menunduk sopan ke arahnya, melihatku menunduk wanita itu hanya melemparkan senyum cangung lalu mengalihkan pandangannya ke sekeliling rumah mengabaikanku. Eomma menoleh ke arahku kaget, langsung menggerakkan tangannya memberiku tanda agar aku segera kembali masuk ke dalam kamar. Melihat tanda itu, aku dengan gerak cepat masuk dan langsung menutup pintu kamarku. Aku berjalan kecil sambil memiringkan kepala curiga

"wanita itu kelihatan kaya, tapi apa urusan wanita itu dengan eomma?" gumamku kecil.

Aku membalikkan badanku penasaran langsung kembali berlari ke arah pintu, menempelkan telingaku pada pintu berusaha mendengar pembicaraan mereka, meskipun usahaku itu sia - sia. Rasa penasaran yang semakin menjalar di tubuhku membuatku menggerakan tanganku ke arah daun pintu, perlahan aku membuka pintu kamarku, mencondongkan telingaku ke sela pintu yang terbuka mendengarkan pembicaraan mereka. Suara eomma mulai terdengar samar di telingaku

"dari mana Gyu Na -ssi tahu alamat kami? Tidak, itu tidak penting, apa maksud kedatangan Gyu Na -ssi kemari?" tanya eomma tegas.

Aku mengangguk kecil 'ooh.. jadi nama wanita itu Gyu Na ahjumma' kataku dalam hati dan kembali fokus mendengarkan pembicaraan mereka,

"aku hanya ingin melihat bagaimana kalian hidup dan seperti apa putri kalian" jawabnya sinis sambil melihat sekeliling ruangan.

Keningku berkerut kesal mendengar perkataannya "mwoya.." bisikku kesal,

"kalau sudah selesai melihat silahkan pergi" timpal eomma berani.

Aku menggangguk bangga mendengar jawaban eomma sambil tersenyum puas 'bagus' kataku dalam hati, 'tapi siapa dia sebenarnya?' pertanyaan itu terlintas untuk kesekian kalinya dalam pikiranku. Aku yakin ia bukan wanita biasa yang datang untuk berkunjung, aku juga baru kali ini melihatnya, dan dari cara bicaranya ia bukan orang Busan, simpulku setelah mengamati situasi. Eomma berdeham kecil "aku sudah memberikan apa yang kalian inginkan, jadi pergilah menjauh dariku dan Kyung Ji" sahut eomma tegas,

"Soo Kyung -ssi, aku datang untuk berterima kasih karena kau menceraikan Ji Yeol -ssi" jawab Gyu Na ahjumma dengan senyum puas menghiasi bibirnya,

mendengar itu mataku melebar dan aku menutup mulutku dengan satu tangan "ce.. rai.." bisikku. Aku mengedipkan mataku beberapa kali dan bayangan pertengkaran kedua orang tuaku kembali terlintas di kepalaku, aku menghembuskan nafas tidak percaya dari mulutku

"tapi belum tentu kau akan mendapatkan putrimu kan? Siapa tadi namanya? Kyung Ji? Nama yang bagus" lanjutnya percaya diri.

Eomma menyunggingkan senyum manisnya "aku akan mendapatkannya, kami sudah sepakat untuk itu, lagi pula Ji Yeol -ssi berkata dengan mulutnya sendiri kalau ia tidak menginginkan Kyung Ji" eomma diam sejenak sambil mengeluarkan ponselnya "aku punya bukti rekamannya, anda ingin mendengarnya?" tambahnya.

Mataku melebar mendengar perkataan dasyat yang keluar dari mulut eomma 'appa.. tidak menginginkanku..' ulangku dalam hati. Aku mundur selangkah besar dari pintu dan tidak sengaja menginjak bukuku yang berserakan dilantai, aku reflek menghindar kaget dan jatuh terduduk di lantai. Mendengar suara berisik keras dari kamarku, eomma berlari panik membuka pintu kamarku cepat, rasa cemas terlihat jelas di wajahnya melihatku tergeletak di lantai sambil memijat - mijat pergelangan kakiku kesakitan. Eomma langsung masuk mendekatiku "apa yang kau lakukan sampai terjatuh seperti ini?" omel eomma

"aku baik - baik saja" jawabku pasrah

"sini eomma lihat kakimu? Bagian mana yang sakit?" tanya eomma khawatir sambil memijat kakiku pelan, "sepertinya kau terkilir, eomma ambilkan obat untukmu sembentar" lanjut eomma cepat hendak beranjak pergi.

"Apa kau baik - baik saja?" sahut Gyu Na ahjumma sambil menatapku dengan tatapan yang tidak aku mengerti.

Aku membuka mulutku hendak menjawabnya, namun eomma menyela lebih dulu "jika tidak ada hal yang ingin kau sampaikan sebaiknya kau pergi, aku harus merawatnya" timpal eomma tegas dengan tatapan sinis. Ekspresi kesal perlahan terlihat di wajah Gyu Na ahjumma setelah mendengar jawaban sinis eomma, sementara aku hanya meringis sambil menahan sakit tanpa mengatakan apapun, sambil memutar mata mengalihkan pandanganku darinya.

000

Sinar matahari perlahan masuk dari sela jendela dan membuatku terbangun dari tidurku, aku menguap kecil membuka mataku perlahan. Keningku berkerut kecil sambil melirik jam yang tergantung di atas pintu "masih jam 8" gumamku pelan, aku menggerakkan kakiku cepat membuat merasa nyeri luar biasa langsung menyerangku. Aku memijat kakiku kecil dan teringat kejadian semalam

"bagaimana nasib keluaganya sekarang? Pasti sama sepertiku.. malang.." gumamku lagi di sela lamunanku.

Aku memutuskan untuk bangun dan meregangkan otoku sambil berjalan keluar kamar. Eomma yang sedang masak menoleh kaget mendengar suara pintu kamarku "kau sudah bangun" sahut eomma heran, melihat jam di atas lemari putih di seberang dapur "tumben kau bangun pagi sekali" tambah eomma

"kakiku nyeri" keluhku lemas sambil berjalan setengah pincang ke meja makan

"masih sakit? apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya eomma khawatir.

Aku menggeleng "tidak usah" tolakku cepat, eomma mengerutkan kening dalam "kalau masih sakit sebaiknya kita ke rumah sakit" timpal eomma sambil membawa panci berisi sup iga,

"tidak.. tidak.. aku baik - baik saja" tolakku santai sambil melambaikan tangan.

Eomma menghembuskan nafas kecil dari mulutnya sambil menaruh panci sup di atas meja "baiklah" jawabnya pasrah "sekarang cuci mukamu dan makanlah" perintah eomma,

"baiklah.." jawabku sambil tersenyum kecil dan beranjak dari kursiku masuk ke kamar mandi.

Aku menyantap makananku sambil sesekali melirik eomma, membuat suasana menjadi sangat cangung dalam hitungan detik. Aku mengedipkan mataku beberapa kali menyembunyikan perasaan canggungku, meskipun banyak pertanyaan muncul dalam hatiku namun tidak satupun bisa ku tanyakan pada eomma. Aku meletakkan sumpitku pelan lalu meraih gelas di ujung meja hendak mengambil air, namun eomma menahan tanganku dan melakukannya untukku. Aku melirik canggung ke arah eomma diam, menundukkan kepalaku sampai eomma menyodorkan segelas air padaku. Aku mengambil gelas itu dari tangan eomma cangung, meminum air di gelas itu sampai habis. Saat aku meletakkan gelasku kembali ke atas meja, eomma membuka mulutnya yang membuat gerakanku henti

"eomma dan appa akan bercerai" bukanya pelan.

Mendengar itu, mataku melebar dan detak jantungku terasa semakin cepat. Aku telah mendengar tentang hal itu semalam, namun mendengar hal itu langsung dari mulut eomma sendiri, membuat perasaanku lebih aneh dari pada mendengar itu dari orang lain. Aku menggaruk leher belakngku sambil tertawa canggung "eeyy.. eomma jangan bercanda" tepisku kaku, eomma meraih tanganku yang bebas dan menatapku lurus - lurus, sementara aku memutar mataku berusaha menghindari tatapan itu

"mianhae Kyung Ji -yah.. mianhae.." jawab eomma dengan mata berkaca - kaca.

Aku menarik tanganku cepat lalu berdeham kecil, aku menolak kenyataan bahwa kedua orang tuaku akan berpisah sembentar lagi, aku ingin lari dari kenyataan itu. Aku mengalihkan pandanganku menatap eomma dan kembali tersenyum canggung, sementara air mata mulai membasahi pipi eomma. Aku menggigit bibir bawahku ragu dan memberanikan diri membuka mulutku

"apa kalian berpisah karena aku?" tanyaku ragu.

Mata eomma melebar kaget, eomma kembali meraih tanganku dengan gerakan cepat sambil menggeleng kuat "tidak.. tidak sayang.. ini bukan karena kau.. maafkan kami telah menyakitimu seperti ini" bantah eomma meyakinkanku.

Aku memaksakan senyumku sambil mengusap air mataku yang telah jatuh membasahi pipiku cepat "baiklah kalau begitu, eomma tidak perlu minta maaf" jawabku dengan nafas tercekat. Aku menarik tanganku lagi lalu melanjutkan sarapanku, sambil menahan perasaan aneh yang menjalar dari hatiku ke seluruh tubuhku, aku sesekali melirik eomma yang berusaha menahan tangis sambil melanjutkan sarapannya.

000

Aku menutup pintu kamarku pelan, menyandarkan tubuhku lemas di balik pintu, aku menghembuskan nafas berat dari mulutku memikirkan semua yang tiba-tiba terjadi dalam hidupku ini. Aku berjalan meraih ponselku di atas meja kecil sambil duduk lemas di ujung kasur, mengetuk pelan ponselku lalu menempelkannya ke telinga

"oppa" panggilku lesu

"mwoya.. suaramu sangat mengerikan" sahutnya menggodaku,

"aku sedang tidak berminat mendengarkan candaan anehmu" timpalku lesu sambil menjatuhkan diri ke kasur dengan tatapan kosong.

Yoo Ki oppa terdengar berdeham kecil "mwoya kau terdengar aneh" jawabnya cemas

"aku akan jadi anak yatim.." timpalku datar

"Eun Kyung Ji, kau baik - baik saja?" timpal Yoo Ki oppa bingung,

"Yoon Yoo Ki -ssi kau akan men-" sahutku terhenti mendengar suara wanita yang familiar dari seberang telfon memanggil Yoo Ki oppa.

Keningku berkerut curiga "apa itu Hyo Ra??" tanyaku sambil menebak - nebak curiga, tawa kecil terdengar dari seberang telfon "kalau kau sudah tahu, kenapa kau bertanya?" jawabnya santai, "sudahlah.." jawabku datar dan langsung menutup telfonnya. Aku menghembuskan nafas berat dari mulutku sambil terus menatap kosong, aku merasa sudah tidak memiliki semangat hidup saat ini. Aku hanyut dalam lamunanku dan sekali lagi menghembuskan nafas berat dari mulutku, tanpa ku sadari kali ini air mataku menetes.

Dering ponselku membuyarkan suasana haru yang ku rasakan, aku mengangkat telfon yang masuk tanpa melihat nama yang tertera di layar

"hallo.." sapaku lesu

"Kyung Ji? Benar ini nomor ponsel Eun Kyung Ji?" tanya suara berat seorang pria dari seberang telfon,

keningku berkerut kecil dan aku menjauhkan ponselku dari telinga melihat nama yang tertera di layar, kerutan di keningku semakin dalam melihat tidak ada nama yang tersimpan di kontaku "nugu..?" tanyaku bingung.

Pria itu tertawa kecil mendengar pertanyaanku "hey, anak perempuan.. apa kau tidak mengenali suaraku?" sahutnya santai, mendengar kata 'anak perempuan' aku menarik tubuhku duduk sambil mengusap air mataku cepat "Hyun Soo -yah.." panggilku lega mendengar suaranya. Hyun Soo terdengar berdeham kecil "hey, ada apa? Kau seperti habis mengalami sesuatu lalu kau sangat lega menerima telfonku" sahutnya cepat, aku kembali menghembuskan nafas berat dari mulutku untuk ke sekian kalinya tanpa menjawab apapun. Mendengar hembusan nafasku, Hyun Soo juga ikut menghembuskan nafas berat "apa aku benar?" tanyanya canggung. Aku menaikkan kedua alisku "iya.. kau benar" jawabku sambil berusaha mengendalikan perasaanku.

Hyun Soo kembali berdeham kecil "gwaenchanha?" tanyanya canggung

"entahlah, aku hanya ragu apa aku bisa bertahan dalam keadaan aneh ini" jawabku pasrah

"haruskah aku menemuimu?" tawarnya canggung,

"tidak usah, lagi pula aku tidak bisa menaiki tangga Gereja saat ini" tolakku santai

"tidak bisa naik tangga? Kenapa? Apa kau sakit?" tanyanya terdengar cemas.

Aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya itu, Hyun Soo terdengar bingung mendengar tawaku "kau mengerjaiku?" tanyanya kesal. Aku menggeleng kecil "tidak.. aku hanya kepleset kemarin, lupakanlah.." timpalku santai "ngomong - ngomong nomor siapa ini? Milikmu pribadi?" tambahku, Hyun Soo terdiam sesaat "ini milik sekertaris ayahku" jawabnya santai "tenang saja dia bisa dipercaya" sahutnya cepat. Aku tersenyum kecil "baiklah aku akan menyimpannya kalau begitu" jawabku santai

"Kyung Ji -ah.." panggil Hyun Soo ragu

"wae?" sahutku langsung

"apa kau tidak ingin menceritakan padaku apa yang terjadi?" tanya Hyun Soo hati - hati,

aku tersenyum kecil sanbil menundukkan kepalaku "lain kali.. jika semuanya sudah membaik" gumamku dan menghela nafas berat "saat itu, aku akan menceritakannya padamu" tambahku sambil tersesnyum pahit.

Hyun Soo terdengar berdeham kecil "kenapa tidak sekarang?" tanyanya lagi,

"karena kita memiliki banyak waktu bersama" jawabku yakin "karena kita akan ter-" "aku harap waktu kita banyak seperti katamu" timpal Hyun Soo memotong perkataanku,

aku tertawa kecil mendegar perkataan Hyun Soo "tentu saja" jawabku tenang. Entah mengapa perasaanku jauh lebih tenang setelah mendegar suara Hyun Soo, kami tertawa kecil bersama sejenak sampai suara seorang wanita terdengar dari seberang telfon

"tuan.." panggil wanita itu

"Kyung Ji sembentar, pemilik ponsel ini meminta biaya telfon" bisiknya bergurau. Tawaku pecah mendengar gurauanya barusan dan aku terdiam menunggunya sambil mendengarkan percakapannya dari telfon

"tuan, daepyonin mencari anda" sahut wanita itu sopan

"sembentar lagi aku akan datang, aku sedang menelfon seseorang" jawabnya santai, "Hae In noona tolong rahasiakan semuanya, semua tentang Kyung Ji" sahut Hyun Soo dengan nada menekan.

Setelah Hyun Soo mengatakan itu, tidak terdengar apapun beberapa saat sampai suara langkah kaki di ikuti suara pintu yang tertutup terdengar pelan, "hallo.." sahut Hyun Soo santai

"sudah selesai?" tanyaku begitu mendengar suara Hyun Soo

"sudah" jawabnya, "apa kau mendengarnya?" tanyanya santai.

Aku kembali menjatuhkan diriku ke atas kasur "hmm.." gumamku santai, "apa kau tidak boleh bertemu dengan orang asing?" tanyaku bingung. Hyun Soo terdengar memindahkan ponselnya "begitulah" jawabnya santai, "mereka tidak ingin terjadi hal buruk yang merusak nama keluarga dan lain sebagainya" lanjutnya cuek. Aku mengangguk kecil "begitu rupanya" sahutku berkecil hati

"tapi kali ini aku akan melakukan apapun agar mereka tidak bisa menyentuhmu" timpalnya cepat setelah mendengar nada suaraku.

Aku menghembuskan nafas sambil menahan tawaku dari seberang telfon "baiklah.. baiklah.. aku percaya" sahutku dengan nada meremehkan, terdengar suara nafas kecil "kau tidak percaya?" tanyanya dengan nada curiga

"aku percaya tuan.." jawabku bergurau.

Tawa kecil Hyun Soo pecah setelah ia mendengar jawabanku "percayalah.. aku bahkan tidak menyebut namamu saat banyak orang di sekelilingku" timpalnya cepat. Mendengar jawaban itu keningku berkerut dalam "kau tidak memanggilku ditengah orang banyak.." ulangku, mataku langsung melebar kaget "ohh.. ja- jadi itu sebabanya kau selalu memanggilku anak perempuan" dugaku setelah berfikir keras

"mianhae" akunya singkat.

Aku melemparkan tawa canggung "eihh.. gwaenchanha.. aku senang kau peduli padaku" timpalku senang "meski dengan cara yang aneh" tambahku berbisik pelan sambil memutar bola mataku,

"apa katamu tadi?" tanya Hyun Soo bingung

"apa? kata apa?" jawabku menutupi perkataanku "aku tidak mengatakan apapun.." tambahku meyakinkan,

"aku yakin kau mengatakan sesuatu" sahutnya tidak mempercayai alibiku.

Aku memutar mataku panik " mengatakan apa? Gwaenchanha?" timpalku cepat

"bukan.." tepisnya

"kataku senang kau peduli padaku?" sahutku lagi,

"bukan.. setelah itu.. aku yakin kau mengatakan sesuatu setelah itu" jawabnya frustasi.

Aku berdeham kecil "tidak, aku tidak mengatakan apapun setelah itu" bantahku gugup, "aku yakin kau mengatakan sesuatu.." tepisnya curiga.

Aku tertawa canggung "ti.. tidak kok" timpalku, "kau bo-.." jawab Hyun Soo terputus mendengar suara ketukan pintu "hei, anak perempuan sudah dulu" sahutnya cepat langsung menutup telfonnya tanpa mendengarkan jawabanku. Keningku berkerut kecil sambil menjatuhkan tanganku "barusan, dia kembali memanggilku anak perempuan.." protesku di ikuti hembusan nafas kesal dri mulutku.

000

Hyun Soo berjalan menuju ruang rapat dengan langkah percaya diri, sesampainya di ruang rapat ia langsung mendengar deretan pertanyaan yang di haturkan ibunya

"kenapa kau lama sekali? Apa yang kau lakukan? Apa kau sakit? Kau tersesat?" tanya ibunya khawatir,

"tidak, langsung saja katakan apa yang ingin kalian sampaikan" jawabnya dingin.

Sekertaris Min menarik kursi untuk Hyun Soo di hadapan kedua orang tuanya, lalu mengarahkan Hyun Soo untuk duduk "aku tidak akan berlama - lama disini" tolak Hyun Soo,

"tapi orang tua anda ingin menyampaikan sesuatu yang penting tuan" jelas sekertaris Min menanggapi penolakan Hyun Soo.

Ia menghela nafas besar sejenak "mereka bisa langsung menyampaikannya" jawab Hyun Soo tegas,

"tap-" jawab sekertaris Min terhenti melihat Bae daepyonim mengangkat tangannya.

Semua orang keluar dari ruangan itu, membuat keheningan tegang menyelimunti ruangan dalam hitungan detik. Bae daepyonim melirik wanita yang duduk tenang di sampingnya "Gyu Na -ssi bisa memulainya duluan" sahutnya memecah keheningan

"kami ingin memberi tahumu, bahwa aku dan ayahmu akan berpisah" jelasnya canggung

"langsung pada intinya saja" sahut Hyun Soo cuek sambil melipat tangannya ke belakang,

"baiklah, kami ingin tahu apa kau ingin ikut appa atau eomma" timpal Bae daepyonim.

Hyun Soo mengehembuskan nafasnya lalu berdeham kecil "aku akan tinggal di Busan untuk sementara waktu" putusnya yakin, "Busan?" tanya Gyu Na ahjumma kaget.

Hyung Soo mengangguk yakin "ya, aku akan tinggal di Gereja untuk sementara waktu" sahutnya,

"tapi.. kenap-" tanya Gyu Na ahjumma terputus "baiklah, lakukan apa yang membuatmu tenang" sela Bae daepyonim sambil mengangguk kecil.

Senyum puas tersungging kecil di ujung bibir Hyun Soo "gamsahabnida" jawabnya tulus.

000

Setelah Hyun Soo pergi meninggalkan ruang rapat, sekertaris Min masuk dan menunduk sopan ke hadapan atasannya, "Hyun Soo akan tinggal sementara waktu di Busan, tolong urus semua keperluannya, dan beri tahu Gereja untuk menerimanya selama yang ia mau" perintah Bae daepyonim.

Sekertaris Min tampak mengangguk kecil "baik, daepyonim" jawabnya sopan lalu menuduk kecil meninggalkan ruangan.

Nafas tidak percaya keluar dari mulut Gyu Na ahjumma "Hyuk Joon -ssi, bagaimana kau membiarkannya pergi begitu saja?" sahutnya marah. Bae daepyonim menoleh kecil menatap Gyu Na ahjumma di sampingnya "Itu lebih baik dari pada dia tahu alasannya" timpal Bae daepyonim menekan, "Gyu Na -ssi, kau sudah memilih pria itu dan aku sudah memberikanmu apa yang kau mau" lanjutnya geram

"jadi apa yang kau mau sekarang?" tepis Gyu Na ahjumma menahan emosinya.

Senyum miring menghiasi bibir Bae daepyonim mendengar pertanyaan itu "aku memberikan Hyun Soo apa yang dia inginkan" jawabnya tenang,

"omong kosong, apa kau tahu keinginannya?" timpal Gyu Na ahjumma menantang.

Bae daepyonim terlihat sangat percaya diri menghadapi Gyu Na ahjumma yang tidak mempercayainya "tentu saja" jawabnya santai, "kedamaian, kebahagiaan, dan anak perempuan" lanjutnya

"anak perempuan?" tanya Gyu Na ahjumma bingung,

"ya, anak perempuan" timpal Bae daepyonim sambil berdiri lalu meninggalkan ruangan dengan senyum miring.

***