webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
47 Chs

CHAPTER 44 KERELAAN

Hyun Soo berjalan perlahan dengan wajah kaku lalu berhenti di depan pintu kamarku diam, ia menatap nama yang terdapat di dinding sebelah pintu. Wajahnya terlihat sangat tegang dan ia menggerakkan tangannya membuka pintu kamarku pelan. Ia melihatku terbaring tidur lelap lalu melangkahkan kakinya berjalan mendekatiku perlahan tanpa mengeluarkan suara apapun, ia mengamati tubuhku dari kepala sampai kaki dan menggengam tanganku lembut. Ia terus menggengam tanganku, semakin erat dan semakin erat. Tak lama ia pun mulai melepaskan tanganku dan mencium lembut keningku "semoga kau lekas sembuh" ungkapnya halus lalu menarik tangannya mneinggalkan ruanganku. Setelah pintu kamarku tertutup rapat, air mata langsung mengalir keluar dari mataku yang terpejam, aku semakin erat memejamkan mataku sambil mengepalkan tanganku erat menahan perasaan aneh yang ada di hatiku saat ini.

Hyun Soo menyandarkan tubuhnya lesu di balik pintu kamarku, ia menghembuskan nafas besar lalu menunduk dalam berusaha mengatur perasaannya. Setelah bersandar sejenak, ia berjalan menjauh meninggalkan kamarku dengan langkah berat. Langkhanya terhenti melihat wanita yang duduk di kursi roda dari arah berlawanan berhenti sambil tersenyum lebar menatapnya, ia menunduk sopan pada wanita itu sambil memaksakan senyum kecil di bibirnya. Eomma tersenyum hangat menatap Hyun Soo

"apa kau baru selesai menjenguk Kyung Ji?"

Hyun Soo mengangguk kecil "ne, ahjumma" jawabnya sopan.

Yoo Ki oppa yang kaget melihat interaksi itu menatap eomma dan Hyun Soo bergantian "imo pernah bertemu dengannya?" tanyanya penasaran, eomma tersenyum lebar "tentu saja, dia kan pacar Kyung Ji, bagaimana aku tidak mengenalnya" timpal eomma ceria. Hyun Soo hanya tersenyum pahit dan menunduk sopan sekali lagi "kalau begitu saya pamit" sahutnya sopan lalu kembali berjalan melewati eomma dan Yoo Ki oppa. Eomma yang merasakan adanya hal aneh dari Hyun Soo menoleh kebelakang "tunggu" tahan eomma menghentikan langkah Hyun Soo cepat, Hyun Soo kembali membalikkan badannya

"ne?" tanyanya

"bisa kita bicara sembentar?" minta eomma hati - hati.

Mereka duduk berhadapan di kantin rumah sakit diam, tidak ada siapapun yang memulai pembicaraan terlebih dahulu, Hyun Soo menggerakkan tangannya mengambil gelas kopi di hadapanya lalu menyesap sedikit kopi itu. Eomma menunduk sejenak lalu membuka mulutnya memulai pemicaraan

"bagaimana kabarmu?"

Hyun Soo tersenyum kecil "baik" jawabnya sopan.

Eomma mengangguk kecil lalu membuka mulutnya ingin kembali mengatakan sesuatu, namun Hyun Soo menyelanya terlebih dahulu

"uri heeojyeosseo"

mata eomma melebar kaget mendengar hal itu dari Hyun Soo, eomma mencondongkan tubuhnya cepat "ada apa? Apa ini karena..?" tanya eomma terhenti cemas. Hyun Soo menunuduk sambil tersenyum pahit diam tidak menjawab apapun, melihat sikap aneh Hyun Soo eomma pun menyimpulkan bahwa dugaannya benar. Eomma menghembuskan nafas berat mengetahui hal ini, ia mengulurkan tangannya meraih tangan Hyun Soo lembut

"apa kau masih menunggunya?" tanya eomma,

Hyun Soo mengangkat kepalanya "ne, kami telah berjanji"

"kau masih menyukai Kyung Ji?"

Hyun Soo mengangguk kecil "aku sangat menyukainya, tapi aku rasa aku tidak bisa bersamanya saat ini" jawab Hyun Soo ragu.

Kening eomma berkerut kecil mendengar keraguan yang keluar dari mulut Hyun Soo, mereka terdiam canggung sampai Hyun Soo kembali membuka mulutnya menyampaikan hal sejak tadi di tahannya

"aku kembali ke Amerika" sahutnya pelan.

Eomma terdiam mengamati Hyun Soo lekat - lekat sejenak, lalu kembali membuka mulutnya "Hyun Soo -yah, menunggu adalah bagian dari proses ini, jika waktu sudah menyembuhkan luka di hati Kyung Ji aku yakin ia akan kembali padamu" timpal eomma lembut. Mata Hyun Soo bergerak perlahan menatap eomma, senyum kecil pun perlahan terulas di ujung bibir Hyun Soo. Mereka hanya saling menatap diam dengan senyuman tulus mengembang di ujung bibir mereka, hati mereka di penuhi ketenangan dan keyakinan bahwa semuanya akan baik - baik saja.

000

Setelah perbincangan singkat itu, eomma masuk ke kamarku dan mulai meluapkan rasa khawatirnya dalam hitungan detik "apa kau baik - baik saja? Kenapa kau tidak hati - hati? Apa yang membuatmu sampai tergesa - gesa seperti itu?" hujan pertanyaan pun langsung melewati telingaku cepat. Aku mengedipkan mataku beberapa kali

"pelan - pelan.. pelan - pelan.." timpalku kebingungan,

eomma terdiam sejenak dan mengamatiku lekat - lekat "apa kau menangis? Matamu terlihat sembab" amatnya,

aku langsung meraba mataku cepat sambil menggeleng canggung "a- aniyo" bantahku.

Eomma kembali teringat akan pengakuan Hyun Soo di kantin beberapa menit yang lalu 'uri heeojyeosseo' dan menghembuskan nafas besarnya sekali lagi, eomma menurunkan tanganku pelan dan menatapku lembut

"Kyung Ji -yah" panggilnya.

Aku mengedipkan mataku beberapa kali canggung sebelum akhirnya menatap eomma lurus - lurus, eomma tersenyum sambil mengangkat tangannya mengusap lembut pipiku. Ia menghembuskan nafas kecil

"lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, jika kau masih ingin bersamanya.. kenapa kau meninggalkannya?" sahut eomma menasihati,

sorot mataku meredup mendengar perkataan eomma barusan 'aku meninggalkannya?' tanyaku dalam hati. Aku memaksakan diriku melepaskan tawa kecil cepat "ooh.. eomma apa yang eomma katakan, aku tidak meninggalkan siapapun" bantahku canggung. Mendengarku mengelak eomma menyipitkan matanya tidak percaya sambil menggeleng kecil, aku mengikuti gelengan kecil eomma canggung sambil meringis lalu menggaruk keningku sambil berdeham kecil. Aku kembali teringat akan perkataan Seo Rin 'tidak ada hal yang bisa kau sembunyikan dari ibumu,' akhirnya aku mengerti maksud sesungguhnya perkataan itu. Eomma menggenggam erat tanganku sambil menatapku lurus "aku tahu kau pasti merasa berat, tapi berpisah bukanlah keputusan yang menyelesaikan masalah" bukanya. Otakku mulai berputar berusaha mengerti maksud nasihat eomma barusan, keningku mulai mengerut menandakan ketidak pahamanku atas nasihat itu. Eomma menghela nafas kecil sejenak lalu kembali membuka mulutnya

"eomma paham, kau memutuskan untuk meninggalkannya agar segalanya lebih mudah kan?" tebak eomma,

mataku langsung melebar mendengar tebakan itu, itu benar - benar hal yang aku rasakan selama ini, aku ingin segalanya lebih baik dan satu - satunya jalan yang ada di pikiranku untuk membuat segalanya lebih baik adalah perpisahan. Eomma yang tampak memahami rekasiku tersenyum puas

"apa yang sekarang kau rasakan sekarang? Semuanya terasa lebih sulit kan?" tebak eomma lagi.

Aku menundukkan kepalaku dalam setelah mendengarkan semua perkataan eomma yang 100% benar, aku menghembuskan nafas panjang dari mulutku "aku takut.. eomma.." gumamku mengaku, aku mengangkat kepalaku menatap eomma lurus - lurus "aku takut merasakan sakit yang tidak ingin kurasakan" lanjutku. Eomma menarikku menunduk ke pelukannya yang nyaman lalu menepuk kecil punggung menenangkan

"Kyung Ji -yah, kau tahu apa yang eomma rasakan saat eomma berpisah dengan appa?" tanya eomma tiba - tiba, aku hanya diam dan menggeleng kecil beberapa kali

"penyesalan, eomma sangat menyesal saat itu" jawab eomma terdengar yakin.

Aku mengangkat kepalaku menatap eomma bingung "wae?" tanyaku, eomma memiringkan kepalanya "entahlah, saat itu aku sangat marah dan tidak berfikir panjang, setelah mataku lebih terbuka aku tidak bisa merasakan apapun selain penyesalan, terutama aku menyesal membuatmu merasakan semua hal ini karena keputusan gelap mataku" ceritanya tenang. Aku sangat tersentuh mendengar semua itu dari mulut eomma, aku hanya diam terpaku menatap eomma tanpa mengatakan sesuatu apapun. Eomma menghembuskan nafas kecil "tapi aku juga belajar, untuk merelakan apa yang seharusnya bukan milikku" lanjutnya santai,

"bukan milik eomma?" tanyaku

eomma mengangguk kecil "hmm.. ayahmu bukan milik eomma sejak awal" timpalnya cepat.

000

Appa kembali menutup pintu kamarku pelan setelah mendengarkan semua percakapan kami entah sejak kapan. Nafas besar terdengar keluar dari mulutnya dan appa menunduk memejamkan matanya rapat, raut penyesalan tampak terlihat jelas di wajahnya. Appa membalikkan badannya cepat meninggalkan pintu kamarku pergi meninggalkan rumah sakit menunju suatu tempat.

Taksi yang membawanya berhenti di depan gedung mewah yang menjulang tinggi, appa turun dari taksi berdiri menatap gedung itu dengan tangan mengepal kuat. Tekadnya sudah bulat dan ia mengambil langkah berani masuk ke dalam gedung itu, appa berhenti di depan meja resepsionis "aku ingin bertemu dengan Bae Hyuk Joon daepyonim" mintanya sopan. Seorang yang sedang berjaga di meja itu pun membuka mulutnya "apa anda sudah membuat janji tuan?" tanyanya sopan, appa menggeleng kaku "belum" jawabnya. Penjaga itu pun menunduk sopan "maaf tuan, anda harus membuat janji terlebih dahulu" tolaknya sopan. Appa pun mendesaknya "tolong beri tahu dia dan katakan padanya ini pria yang di temui nyoya Gong" minta appa sopan. Mendengar appa menyebut nyonya Gong, penjaga itu pun mengangkat gagang telfon dan memberi tahu Bae daepyonim akan kehadiran appa untuk menemuinya, penjaga itu menerima perintah Bae daepyonim sopan dan mengantar appa sesuai perintah atasannya.

Appa berusaha berjalan dengan keyakinan penuh sampai akhirnya ia bertemu dengan Bae daepyonim yang selama ini hanya ia dengar dari mulut orang - orang atau dari berita televisi. Bae daepyonim menunduk sopan lalu mempersilahkan appa duduk di ruang tamu ruangan kerjanya. Mereka duduk berhadapan diam, membuat suasana ruangan menjadi sangat canggung dalam sekejap. Appa berdeham kecil memutar matanya canggung lalu memmbuka mulutnya

"maaf aku menggangu waktu anda" bukanya sopan,

"tidak, tidak apa, apa ada hal yang ingin anda sampaikan?" tanya Bae daepyonim terdengar canggung.

Appa memperbaiki posisi duduknya sambil mengusap kecil pahanya canggung "mengenai Gyu Na -ssi" buka appa menyampaikan tujuannya, "kau pernah mengatakan padaku lewat surat yang kau kirimkan, jika aku tidak bisa lagi bersamanya.. aku bisa datang padamu" lanjutnya. Sorot mata Bae daepyonim menajam dan ekspresinya menjadi sangat serius, ia mengangguk kecil "ya, aku mengingatnya" jawab Bae daepyonim tenang. Appa mengepalkan tangannya kuat

"aku tidak lagi bisa bersamanya" timpal appa yakin.

Bae daepyonim dan appa saling menatap lurus, mereka terdiam sejenak dan appa bangkit dari kursinya cepat. Appa membungkukkan badannya dalam "bantulah aku" mintanya, Bae daepyonim mendongak kecil menatap appa

"apa aku boleh tahu alasannya?" mintanya canggung.

Appa kembali teringat akan perkataan eomma yang tadi di dengarnya di rumah sakit, ia tersenyum kecil "seseorang mengajarkanku untuk.. merelakan apa yang bukan milikku" jelasnya.

000

Dalam beberapa menit wajah Gyu Na ahjumma langsung memenuhi seluruh isi berita. Publik kembali ramai membicarakan alasan perceraian CEO HANSAN Group yang selama ini menjadi misteri yang tak terpecahkan. Komentar - komentar pedas pun mulai membanjiri berbagai situs berita, hingga tidak dapat di hitung lagi berapa jumlahnya. Hyun Soo menurunkan tangannya menutup ponsel di tangannya diam, ia menghembuskan nafas besar dari mulutnya menoleh menatap keluar jendela pesawat yang telah membawanya pergi jauh dari Korea. Pikirannya hanyut entah kemana dan perasaannya menjadi sangat aneh, ia merasakan rasa lega serta bersalah yang dalam namun ia tidak bisa mengungkapkan perasaanya pada siapapun, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat itu. Perasaannya itu membuatnya memilih untuk diam, kembali menunggu dengan harapan bahwa kami akan kembali bersama sambil memegang erat janji yang di bawanya.

***