webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
47 Chs

CHAPTER 4 PILIHAN

Getar ponselku membangunkanku dari tidur, aku berusaha membuka mataku dan menggerakkan tanganku paksa ke atas meja kecil di sebelah kasurku. Aku mengetuk layar ponselku "hallo.." sapaku langsung tanpa melihat siapa yang menghubungiku, tawa kecil terdengar dari seberang telfon singkat "hey, Eun Kyung Ji.. kau masih tidur?" sahut suara seorang pria santai. Mendengar suara itu, aku tersenyum kecil "mimpiku indah sekali sebelum kau menggangguku, Yoon Yoo Ki -ssi" jawabku datar. Aku menahan ponselku dengan satu tangan menarik tubuhku bangun sambil mendengarkan celotehan Yoo Ki oppa

"sampai kapan kau akan tidur? kau tidak kuliah?"

"aku tidak ada kelas hari ini" jawabku singkat sambil meregangkan ototku di atas tempat tidur

"lupakan, aku menelfonmu bukan untuk membicarakan jadwalmu hari ini" tepis Yoo Ki oppa. Aku mengusap mataku pelan dengan tanganku yang bebas "lalu?" jawbaku santai

"jangan katakan apapun nanti" jawabnya serius,

mendengar itu aku mengerutkan keningku "nanti? memang nanti ada apa?" jawabku bingung

"dasar pikun, pokonya.. jangan katakan apapun!" timpalnya cepat, "kau harus me- halloo.. halloo.. oppa?" jawabku terputus karena Yoo Ki oppa sudah menutup telfonnya tanpa mendengarkan jawabanku. Aku menghembuskan nafas kesal dari mulutku sambil menggeleng kecil, lalu keluar dari kamarku. Aku menoleh ke sekeliling rumah "seperti biasa, tidak ada siapa - siapa.." kataku sendiri, aku berjalan menuju lemari pendingin dan menemukan catatan yang di tempelkan eomma

"eomma ada urusan sembentar, makanlah lalu bersiap pergi ke kampus."

Keningku berkerut membaca pesan itu "mwoya? Aku sudah bilang berulang kali, aku tidak ada kelas setiap Jumat" protesku setelah membaca pesan itu. Aku meremukkan kertas kecil itu membuangnya ke tempat sampah, lalu membuka lemari pendingin mengambil botol air dan meminumnya langsung dari botol. Aku duduk di meja makan, membuka penutup makanan melihat apa yang eomma masak untukku hari ini. Mataku melebar melihat telur gulung dan sepiring penuh bulgogi terpajang di dalam tutup saji, senyumku mengembang lebar seiring nafsu makanku yang bangkit. Dengan gerakan cepat aku berdiri, mengambil nasi segera menyantap makananku seakan ada orang yang akan merebutnya dariku. Getar ponselku kembali menganggu waktu makanku "ahh.. apa lagi sekarang" protesku dengan mulut penuh makanan, membanting sumpitku kesal ke atas meja. Aku mengeluarkan ponselku dari saku celana, keningku berkerut bingung melihat nama Hyo Ra terpajang di layar. Aku pun mengetuk layar ponselku lalu menempelkan ponselku ke telinga "wae?" tanyaku langsung tanpa basa - basi.

"Eun Kyung Ji kau dimana?" tanyanya berbisik kesal,

aku memindahkan ponselku ke tangan kiri, kembali mengambil sumpitku santai "aku sedang makan" jawabku santai "ada apa?" tambahku.

"MAKAN? HEY, EUN KYUNG JI KAU BERJANJI UNTUK KENCAN BUTA DENGANKU" timpalnya kesal

"aku akan datang tenanglah jam 11 bukan?" jawabku sambil menyantap makananku,

"kau pikir ini sudah jam berapa?" jawabnya semakin kesal

"ini jam sep-" kataku terhenti melihat jam di ruang tamu sudah menunjukkan pukul 11.10. Mataku melebar kaget "OHH..." teriakku menyadari kesalahku "Hyo- Hyo Ra -yah.. aku akan berlari secepat mungkin" jawabku cepat, langsung menutup sambungan telfonnya. Rasa panik mulai menjalari seluruh tubuhku, dengan gerakan cepat aku masuk ke kamar mandi mulai bersiap - siap. Aku membuka pintu hendak berangkat namun langkhaku terhenti kaget

"ohh eomma.. sudah pulang" sapaku cepat dengan senyum kaku,

"kenapa kau buru - buru sekali?" jawab eomma bingung melihatku

"tidak.. tidak apa.." bantahku cepat sambil menggeleng, mataku langsung tertuju pada amplop cokelat besar yang di bawa eomma "apa itu?" tanyaku sambil mengarahkan daguku ke amplop itu.

Eomma mengikuti arah daguku dan tersenyum kaku sambil berusaha menyembunyikan amplop itu dariku "tidak, bukan hal penting.." jawabnya canggung, "kau.. kau harus pergi" tambahnya mengalihkan pembicaraan. Mataku pun kembali melebar kaget teringat akan janji yang ku lupakan sejenak itu, aku melambai cepat ke arah eomma

"ohh.. aku pergi dulu.." timpalku sambil berlari melewati eomma.

000

Setelah sampai di depan cafe aku menghembuskan nafas besar dari mulutku, sambil berusaha menenangkan diri sejenak, sebelum melangkahkan kakiku percaya diri masuk ke dalam cafe. Aku menoleh ke sekeliling mencari Hyo Ra, namun aku tidak menemukannya dimanapun. Aku pun melangkahkan kakiku semakin masuk ke dalam cafe, sambil melihat ke sekeliling mengeluarkan ponselku dari kantong celanaku hendak menelfon Hyo Ra. Gerakanku terhenti melihat sosok familiar dengan kaca mata bulat, sedang berincang santai dengan Hyo Ra dan seorang lainnnya tampak sedang memainkan ponselnya sendiri, keningku berkerut kecil 'Yoo Ki oppa' kataku dalam hati. Aku menggerakkan kakiku melangkah semakin cepat memastikan penglihatanku benar

"Yoon Yoo Ki -ssi.. apa yang kau lakukan disini?" timpalku menyela pembicaraan mereka,

semua yang duduk di meja itu kompak menoleh ke arahku bingung, "ohh.. Kyung Ji, kau sudah sampai" sahut Hyo Ra dengan tawa garing lalu menarikku menjauh.

"Hey, apa yang kau katakan barusan? Kau mengenalnya?" bisiknya panik,

aku membuka mulutku hendak menjawab, namun aku teringat pembicaraan kami di telfon tadi pagi 'jangan katakan apapun' kataku dalam hati. Aku tertawa garing "tidak" sahutku berbohong singkat, kening Hyo Ra semakin berkerut dalam "dari mana kau tahu namanya Yoo Ki? aku belum memperkenalkannya padamu" tanya Hyo Ra curiga.

Aku pun memutar mataku panik "di.. dia.. dia cukup terkenal.. mmm.. anak - anak klub bela diri sering membicarakannya sebelum ia pindah ke Seoul" jawabku gugup. Aku berdeham kecil "kau tidak tahu?" tambahku meyakinkan, Hyo Ra mengangguk kecil dan melemparkan senyum garing padaku "aku tidak tahu" jawabnya datar, ia menyelipkan tangannya pada lenganku "aku sangat tertarik padanya" sahutnya dengan senyum lebar. Aku hanya menggeleng kecil "kita kembali" timpalku mengabaikan Hyo Ra dan membalikkan badan

"anyeonghaseyo.." sapaku sopan sambil tersenyum

"anyeonghaseyo.." sapa kedua pria di hadapanku bersamaan sambil menunduk kecil,

"aku Eun Kyung Ji, senang berkenalan dengan kalian" tambahku sambil menunduk kecil, mataku tertuju pada pria yang duduk di samping Yoo Ki oppa.

Pria dengan hidung lancip, mata bulat lebar, dan bibir tipis itu menatapku dengan tatapan yang tidak aku pahami maksudnya. Aku mengangkat tanganku meraba pipiku bingung "apa ada sesuatu di wajahku?" tanyaku cangung. Pria itu tersadar dan tersenyum miring "ya, ada sesuatu" jawabnya, mataku melebar kaget dan aku mulai meraba acak wajahku panik "sebelah mana? Apa sudah hilang?" tanyaku, senyum pria itu melebar lalu ia membuka mulutnya "kecantikan.. kau sangat cantik" jawabnya lembut sambil menggaruk belakang kepalanya malu. Aku menggedipkan mata canggung beberapa kali mendengar jawaban itu, sambil tertawa garing sambil menurunkan tanganku. Hyo Ra yang tercengang mendengar itu, hanya tetawa garing sambil memutar pandangannya ke arah lain. Yoo Ki oppa berdeham kecil

"aku Yoon Yo Ki dan ini Jo Si Hwan.." sahut Yoo Ki oppa sambil menunjuk temanya, "kau sudah mengenaliku jadi sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan diri" tambahnya

"aku juga tidak perlu memperkenalkan diriku padamu" bisikku santai sambil mengangkat sebelah alis,

"aku ti-" timpal Yoo Ki oppa "Kyung Ji -ssi boleh aku minta nomor ponselmu?" sahut Si Hwan memotong perkataan Yoo Ki oppa sambil meyodorkan ponselnya ke arahku.

Yoo Ki oppa tampak melirik kesal ke arah temannya itu dan melirik ke arahku, aku melemparkan senyum licik pada Yoo Ki oppa sambil menerima ponsel yang terulur padaku cepat memasukkan nomor ponselku.

000

Hyun Soo turun dari mobilnya menggerkkan kakinya berjalan cepat memasuki Gereja di ikuti oleh bodyguardnya. Seperti biasanya, ia berjalan meraba satu - persatu kursi yang di lewatinya lalu berhenti sejenak. Ia menoleh kecil "tunggu di luar" perintahnya singkat lalu kembali berjalan, bodyguardnya menunduk kecil dan berbalik arah sesuai perintah yang Hyun Soo berikan. Hyun Soo duduk diam di tempat biasanya, mulai mengetukkan jarinya cemas menunggu ke datangan seseorang yang di nantinya

"Hyun Soo? Apa itu kau?" panggil seorang biarawati yang masuk ke Gereja membawa rangkaian bunga.

Mendengar seseorang memanggil namanya, Hyun Soo mengerutkan keningnya kecil "iya, ini Hyun Soo" jawabnya singkat

"ahh.. aku pikir aku salah lihat" jawab biarawati itu "sembentar kalau begitu akan ku panggilkan biarawati Shin" sambung biarawati itu hendak pergi

"tunggu sembentar.." tahan Hyun Soo kaku.

Biarawati itu menoleh dan tersenyum manis "ada apa?" tanyanya,

Hyun Soo memainkan jarinya ragu "apa anak perempuan itu tidak datang?" tanya Hyun Soo canggung. Biarawati itu tampak memiringkan kepalanya bingung "anak perempuan?"

"maksudku Kyung Ji.. Eun Kyung Ji" jelas Hyun Soo.

"Kyung Ji tidak datang hari ini" sahut eomma dari depan pintu samping dengan vas bunga besar di tangannya "aku sedih, kau jauh - jauh kemari tidak untuk menemuiku lagi, melainkan untuk Kyung Ji" goda eomma dengan senyum jahil menghiasi bibirnya.

Hyun Soo tersenyun kecil sambil menundukkan kepalanya "aku hanya senang bertemu dengannya" jelasnya malu. Mendengar jawaban Hyun Soo, senyum di wajah eomma melebar indah. Ia menitipkan vas bunga yang di bawanya pada biarawati lain, lalu melangkah mendekati Hyun Soo. Eomma meraih tangan Hyun Soo, lalu membuka mulutnya "aku yakin, Kyung Ji juga senang bertemu denganmu" timpalnya lembut. Hyun Soo mengangkat kepalanya "apa aku bisa memanggilmu eomma seperti Kyung Ji?" tanyanya hati - hati. Mendengar perkataan Hyun Soo itu, senyum eomma semakin melebar "tentu saja" jawabnya sambil menggengam tangan Hyun Soo lebih erat.

000

Dering keras ponsel menyela pembiacaraanku, aku meraih ponselku yang tergeletak di atas meja dan keningku mulai berkerut melihat tulisan 'rumah kedua' tertera di layar

"siapa?" bisik Hyo Ra penasaran.

AKu menoleh kecil "Gereja yang biasanya ku kunjungi, sembentar ya" jawabku sambil berdiri berjalan sedikit menjauh, lalu mengetuk layar ponselku "eomma.." sapaku ceria seperti biasanya

"aku bukan ibumu" sahut suara pria dari seberang telfon.

Aku mengerutkan kening sambil menjauhkan ponselku dari telinga, melihat sekali lagi nama yang tertera di layar, 'ini benar dari Gereja' kataku bingung dalam hati. Aku kembali menempelkan ponselku ke telinga "nugu?" tanyaku bingung

"Hyun Soo.. kau dimana?" jawabnya cepat

"Hyun Soo" sahutku kaget "mwoya.." "kau dimana?" tanyanya lagi memotong perkataanku

"aku sedang di luar, ada apa?" jawabku singkat.

Hyun Soo terdengar menghembuskan nafas dari mulutnya kesal " hey, kau pergi kesana kan? kencan buta itu.." timpalnya menuduh

"aniyo" bantahku cepat

"aku tidak percaya padamu" tepisnya

"terserah kau kalau kau tidak percaya" sahutku dan menutup telfonya cepat.

Aku terdiam sejenak sebelum membalikkan badanku kembali menatap ponselku dengan perasaan gelisah, aku mengigit bibir bawahku 'ahh.. sial' kutukku dalam hati membalikkan badan. Aku langsung mengambil tasku dengan gerakan cepat, langsung berlari meninggalkan cafe mengabaikan Hyo Ra yang terus memanggilku.

000

Aku berusaha mencegat taksi, segera pergi menemui Hyun Soo di Gereja 'kenapa perasaan ini seperti perasaan bahwa aku ketahuan selingkuh dari pacarku?' tanyaku tidak tenang dalam hati. Sampai di Gereja, aku melihat sekelompok pria dengan setelan jas hitam di depan pintu, yang menandakan bahwa Hyun Soo masih ada disini. Aku segera turun dari taksi berlari secepat mungkin ke belakang Gereja

"eomma.." panggilku tiba - tiba, membuat semua orang di ruang administrasi menoleh ke arahku.

Aku mengamati satu persatu orang disana namun aku tidak menemukan eomma maupun Hyun Soo. Aku menghembuskan nafas kesal kembali berlari ke halaman belakang Gereja, aku menoleh ke sekeliling yang terdapat deretan pohon sakura yang akan mekar, mendapati Hyun Soo sedang duduk sendiri di salah satu kursi taman. Aku berdeham kecil mengatur nafasku sebelum berjalan mendekatinya

"kenapa aku marah padanya? Kalau dia pergi kencan buta lalu kenapa?" tanya Hyun Soo mengeluarkan isi hatinya tidak menyadari kehadiranku. Aku berusaha menahan tawaku mendangar perkataannya itu

"haruskan aku menelfonya lagi? Ahh entahlah.. aku tidak peduli" lanjutnya kesal sambil mengacak - acak rambutnya kasar.

Tawaku pecah melihat sikapnya yang lucu itu sementara ekspresi Hyun Soo berubah kaget, ia berdiri kaget "mwoya.. kau disini?" sahutnya sambil mengangkat tangannya megawang ke udara bingung. Aku mengangkat kedua tanganku dan meraih tangannya

"kau sangat lucu" jawabku santai

"kau.. tidak mendengarnya kan?" tanyanya hati - hati.

Aku memutar mataku jahil "aku tidak mendengar apapun" timpalku, aku mengerahkannya kembali duduk lalu membuka mulutku lagi "aku hanya mendengar, kau bertanya haruskah aku menelfonnya lagi?" tambahku sambil menirukan nada suaranya. Hyun Soo tertawa sambil menarik tanganku kuat "duduklah" timpalnya lembut. Aku pun duduk di sebelahnya lalu menarik pelan tanganku dari genggaman Hyun Soo, namun Hyun Soo kembali menggenggam tanganku erat merasakan gerakanku "aku senang kau datang" sahutnya. Mendengar itu, mataku melebar dan jantungku mulai berdetak lebih cepat. Senyum Hyun Soo semakin melebar "itu membuatku merasa kau memilihku" tambahnya. Mendengar itu, senyumku pun ikut melebar

"kau tahu? Sekarang, aku sedang tersenyum"

"aku tahu, aku sedang membayangkannya sekarang" jawabnya lembut.

***