webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
47 Chs

CHAPTER 16 RAHASIA YANG TERKUBUR

Aku berdiri mematung tercengang menatap rumah besar di hadapanku, perasaanku bercampur antara kaget, takjub, dan penasaran. Hyun Soo tertawa kecil melihat ekspresiku menatap rumahnya, lalu menyikut kecil lenganku

"kau mau masuk tidak?" tanyanya jahil.

Aku yang masih tercengang melihat betapa besar rumahnya itu, menyikutnya kecil "hey.. hey.. apa di dalam sana kau bisa bermain bola?" tanyaku polos. Mendengar pertanyaanku, Hyun Soo tertawa lepas sambil menggeleng heran kecil. Ia meraih lenganku, melangkahkan kakinya menarikku masuk ke dalam, aku hanya mengikuti langkahnya sambil terus melihat sekeliling rumah takjub.

Hyun Soo mengganti sepatunya dengan sandal rumah santai, lalu meletakkan sandal rumah di depan kakiku, aku pun ikut mengganti sepatuku dengan sandal rumah sambil tersenyum cerah. Ia masuk beberapa langkah lalu berbalik menatapku, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana "masuklah, anggap rumahmu sendiri" sahutnya santai. Aku melangkahkan kakiku sambil terus melihat sekeliling rumah, perasaanku semakin aneh karena tidak ada tuan rumah lain yang ku lihat selain Hyun Soo

"hey, apa daepyonim tidak tinggal disini?" tanyaku penasaran.

Hyun Soo mengangkat alisnya santai "daepyonim?" tanyanya, "ahh.. appa juga tinggal disini, tapi saat ini ia sedang ke Paris " jelasnya.

Aku mengangguk paham sejenak mendengar penjelasannya lalu kembali melihat sekeliling, Hyun Soo meraih lenganku, menarikku ke lantai atas cepat. Aku mengikutinya bingung sampai lantai atas dan aku semakin tercengang sendiri setelahnya. Mataku langsung di manjakan dengan ruang santai yang luas berbentuk lingkaran, serta beberapa pintu di ujung ruangan. Aku langusng menjatuhkan diriku ke sofa sambil tertawa senang sendiri, merasakan empuknya sofa rumah Hyun Soo saat itu, aku terus menggerakkan badanku memantul di sofa senang. Hyun Soo menggeleng kecil melihat tingkahku, lalu kembali turun ke lantai bawah menunju dapur. Aku berjalan cepat ke arah balkon

"kau mau kemana?" tanyaku

"apa yang ingin kau minum?" teriak Hyun Soo dari dapur sambil membuka lemari pendinginnya,

"apa yang kau punya?" tanyaku licik

Hyun Soo tersenyum miring mendengar perkataanku "air, jus, susu, soda, dan.." jawabnya licik sambil mengeluarkan beberapa kaleng bir dari kulkasnya.

Aku tersenyum lebar melihat kaleng bir itu sambil menepuk tanganku cepat, Hyun Soo mengambil beberapa kaleng, lalu menutup pintu lemari pendinginnya pelan. Ia berlari kecil menaiki tangga lalu meletakkan kaleng bir itu di atas meja, kami pun duduk berhadapan di lantai dengan senyum cerah. Hyun Soo membuka satu kaleng bir lalu menyodorkannya ke hadapnku, aku tersenyum puas melihat sikapnya itu, menerima bir yang di sodorkannya. Aku menunggunya membuka bir miliknya lalu mendekatkan kaleng kami bersamaan. Setelah minum sedikit, Hyun Soo merampas kaleng bir dari tanganku cepat, aku menatapnya kesal membuka mulutku

"hey, aku bahkan belum menghabiskan satu"

"besok kau harus bekerja, aku tidak akan membiarkanmu mabuk hari ini" tepisnya santai,

aku mengedipkan mataku berusaha merayu "satu saja.. ya.. ya.." godaku imut.

Hyun Soo menjauhkan dirinya dariku sambil melemparkan tatapan anehnya, aku yang tidak peduli dengan tatapannya itu, terus berusaha merayunya "ayolah.. Soo -yah.." rayuku. Tawa Hyun Soo pecah melihat aksi imut yang menurutku sendiri mengerikan itu, ia menggeleg cepat "jika teman - temanmu melihat ini, mereka akan menghinamu habis - habisan" guraunya. Aku langsung memasang ekspresi kesalku, mencibir ke arahnya "ha.. ha.. ha.." tawaku garing. Hyun Soo mengembalikan kaleng bir di tangannya ke hadapanku "hanya satu" tekannya santai. Aku tersenyum licik melihat kaleng birku, langsung meraihnya cepat. Kami menghabiskan waktu dengan bercerita santai, sampai langkah kaki segerombolan orang tiba - tiba terdengar semakin dekat. Aku mengerutkan alisku memasang telinga

"hey, kau dengar itu?" tanyaku

Hyun Soo yang memasang ekspresi serupa denganku mengangguk kuat "aku mendengarnya" jawabnya. Samar - samar mulai terdengar suara langkah kaki seorang wanita yang masuk ke dalam rumah, Hyun Soo melebarkan matanya, langsung berdiri panik. Ia berdiri di tempanya cepat, mulai bergerak panik sambil menatapku lurus, sementara aku terdiam menatapnya bingung. Ia berlari ke arah balkon seiring langkah kaki yang terdengar semakin dekat, aku mengikutinya mengintip dari balkon

"apa kau mengenali suara langkahnya?" tanyaku penasaran.

Hyun Soo menoleh cepat menatapku di sampingnya yang meningintip ke bawah balkon. Matanya melebar semakin panik, ia mengacak - acak rambutnya bingung lalu menoleh ke sekeliling ruangan cepat. Ia menatap salah satu pintu yakin, lalu menarik lenganku cepat, dan memasukkanku ke dalam ruangan itu. Ia menoleh kecil keluar sejenak

"tunggulah disini dan diamlah! Sembantar saja, aku akan menyelesaikannya secepat mungkin" sahutnya dalam satu tarikan nafas,

Hyun Soo hendak menutup pintu ruangan itu cepat, namun aku menahannya "tunggu.. tunggu.. siapa yang datang?" tanyaku penasaran, Hyun Soo hanya meletakkan jarinya di depan bibirnya cepat. Ia menyambar kunci yang tergantung di daun pintu, mengunci pintu ruangan itu dari luar cepat. Aku berusaha membuka pintu ruangan itu paksa namun usahaku sia - sia, Hyun Soo mengetuk kecil pintu di hadapanku

"apapun yang kau dengar tetaplah diam disana, jangan melakukan apapun, yang terpenting jangan membuat suara apapun, aku mohon" bisiknya dari balik pintu.

Aku menghembuskan nafas tidak percayaku dari balik pintu, lalu menendang pintu di hadapanku kesal, Hyun Soo kembali mengetuk pintu di hadapanku panik

"aku mohon, Kyung Ji -ah.." bisiknya memelas

"keluarkan ak-.." kataku terhenti mendengar suara seorang wanita dari luar.

Suara wanita itu terdengar tegas penuh wibawa, aku pun termakan ras penasaran, menempelkan telingaku ke pintu berusaha mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Gyu Na ahjumma menatap Hyun Soo curiga "apa yang kau lakukan?" tanyanya ingin tahu, Hyun Soo membalikkan badannya kaget menatap ibunya canggung, ia meremas kunci di genggamannya erat sambil berusaha bersikap biasa. Hyun Soo memasukkan tangannya ke dalam saku celananya santai

"tidak apa.. hanya ingin melihat - lihat" jawabnya gugup

"apa kau menerima surat dariku?" tanya Gyu Na ahjumma canggung.

Hyun Soo memiringkan kepalanya kecil, ia berfikir sejenak, lalu teringat akan surat yang ia remukan hari itu, ia memutar matanya canggung sambil menelan air liurnya berat. Melihat tingkah aneh putranya itu, Gyu Na ahjumma kembali memastikan "kau menerimanya kan?" tanyanya lagi. Hyun Soo berdeham kecil, menatap ibunya lurus

"bukankah sudah kukatakan, aku tidak akan menemuimu lagi, sampai kau mengembalikan apa yang harusnya menjadi milikku" jawabnya dingin.

Aku mengedipkan mataku beberapa kali mendengar perkataan Hyun Soo barusan, pikiranku mulai bermain, dan pertanyaan - pertanyaan mulai bermuncukan di benakku. Gyu Na ahjumma menatap Hyun Soo bergetar

"aku tidak bisa mengembalikannya, maafkan aku" jawabnya canggung

"jangan salahkan aku jika aku tidak menemuimu" timpalnya dingin.

Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku mendengar percakapan mereka, aku pun memutuskan menjauhkan telingaku dari pintu. Aku mengeluarkan ponselku dari saku celana menyalakan lampu flash, melemparkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Setelah melihat - lihat sekilas, aku akhirnya mengetahui ruangan ini adalah kamar seseorang. Aku berjalan berkeliling pelan berusaha tidak mengeluarkan suara apapun, kamar itu terlihat sederhana, terdapat lemari buku di ujung ruangan, dan diseberang jauh lemari buku adalah tempat tidur yang tidakk terlalu besar. Aku duduk santai di ujung tempat tidur, senyumku melebar merasakan empuknya tempat tidur itu, membuatku terus melonjak - lonjakkan tubuhku senang. Aku menyorot lampu ke arah pintu, tidak menemukan tanda - tanda Hyun Soo akan segera membuka pintunya.

Aku menggeser tubuhku semakin ke tengah tempat tidur, membaringkan tubuhku perlahan. Senyum bahagiaku semakin lebar merasakan empuknya tempat tidur itu, aku pun langsung berguling - guling cepat di atasnya, menikamti suasana. Rasa kantuk menyerangku perlahan, semakin lama aku membaringkan badanku di atas tempat tidur, rasa kantuk itu semakin membesar. Aku menguap kecil, lalu mematikan lampu flash ponselku, memainkan ponselku santai sambil bersenandung kecil, sekali lagi aku menguap sambil menjatuhkan ponselku ke atas tempat tidur santai. Aku membenarkan posisi tidurku lebih nyaman hanyut dalam rasa kantuk yang menyerangku, sambil perlahan memejamkan mataku.

000

Gyu Na ahjumma menatap kosong keluar jendela, ia memainkan kukunya gelisah, sementara perkataan Hyun Soo terus bergema dalam pikirannya

"aku tidak akan menemuimu lagi, sampai kau mengembalikan apa yang harusnya menjadi milikku" kata - kata itu terus terulang dan tidak bisa ia hentikan sampai kapanpun.

Gyu Na ahjumma mengatur nafas berusaha menenangkan dirinya, 'dia masih hidup.. dia masih hidup..' ulangnya panik dalam hati, ia menundukkan kepalanya sambil memejamkan matanya erat. Rahasia yang ia pendam seorang diri itu terus menghantuinya, rahasia yang hingga detik ini menggangu hidupnya. Rahasia itu bagaikan bayangannya, ketika ia terbangun ia terus mengingat semuanya dengan jelas, ketika ia tertidur semua itu akan selalu menjadi mimpinya. Ia sangat tertekan, ia tidak sanggup menahan beban ini sendiri, namun ia tidak bisa menbaginya pada orang lain. Rahasia yang di simpannya hingga saat ini, rahasia yang tidak akan ia biarkan terbongkar sampai kapanpun.

000

Semua berawal sejak pertemuan pertamaku dengan Hyun Soo, Bae daepyonim diam - diam menyuruh seseorang untuk mengikuti Hyun Soo kemanapun ia pergi. Pria itu selalu memotret kegiatan Hyun Soo, kemana ia pergi, siapa yang di temuinya, sampai bagaimana perasaannya. Bae daepyonim sudah mengetahui segalanya tentangku dari pertemuan pertama kami, ia membiarkan kami terus bertemu karena ia merasa aku tidak membawa pengaruh buruk pada Hyun Soo, ia justru senang kehadiranku membuat Hyun Soo tidak merasa kesepian lagi. Di balik itu, Bae daepyonim juga menyadari siapa aku sebenarnya, maka ia memikirkan cara yang baik agar kami tetap bersama.

Hari itu, aku telah mendengar mengenai perceraian kedua orang tuaku, meskipun aku tidak mengetahui alasannya, aku memutuskan untuk menerimanya. Satu - satunya yang ada di pikiranku saat itu hanya, aku tidak ingin semakin melukai hati eomma. Suatu malam Gyu Na ahjumma datang tiba - tiba ke Rumah kami, hari itu merupakan pertemuan pertamaku dengannya. Sejak hari itu, aku sangat membencinya, aku membencinya setelah mendengar kata - kata kasar yang di tujukannya pada eomma waktu itu. Namun, aku mengetahui sesuatu yang berharga setelahnya, bahwa aku tidak seharusnya membenci seseorang, karena bayaran yang harus aku berikan adalah orang yang ku sayangi akan di rebut begitu saja dariku.

Mendengar keputusan Hyun Soo untuk tinggal sementara di Busan, membuat Gyu Na ahjumma semakin tidak tenang. Saat Hyun Soo pergi, ia mulai mencari segala cara untuk dapat memulangkan Hyun Soo kembali ke Seoul, ia tidak ingin keberadaan Hyun Soo menjadi penghalang bagi impiannya yang sedikit lagi akan terwujud.

Saat para bodyguard itu datang lalu membawa Hyun Soo paksa dari Gereja, aku terlalu sibuk menolong Hyun Soo, pandanganku bahkan hanya tertuju pada Hyun Soo. Saat itu aku sama sekali tidak menyadari bahwa Gyu Na ahjumma menyaksikan semua adegan dramatis itu dari dalam mobil, matanya bergetar menatapku dan appa bergantian. Ia hanya terdiam dengan mata melebar kaget, sampai mobil mereka melaju cepat meninggalkan Gereja. Rasa kesalnya mengetahui hubungan kami, membuat Gyu Na ahjumma melampiaskan perasaannya pada Hyun Soo. Ia mengurung Hyun Soo dirumah, memastikan Hyun Soo tidak bisa menginjakkan kakinya keluar dari kamarnya selangkahpun.

Satu rintangan yang di hadapinya belum selesai, rintangan baru yang lebih berat muncul di hadapan Gyu Na ahjumma saat itu. Gyu Na ahjumma yang awalnya meremehkan seseorang ini, tidak menyangka bahwa ia dapat membuat masalah semakin besar. Ya, seseorang ini adalah Chae Soo Kyung, ibuku.

Bae daepyonim memutuskan menghubungi eomma, untuk menceritakan semua yang di ketahuinya pada eomma, ia juga membujuk eomma untuk tidak menanda tangani surat perceraiannya dengan appa. Mendengar semua itu, tentu saja eomma menyetujuinya. Eomma langsung menolak perceraian mereka, membuat segalanya semakin rumit. Mendengar penolakan eomma, Gyu Na ahjumma semakin kesal. Cinta yang benar - benar membutakannya itu, membuat ia tidak bisa berpikir jernih. Pertengakaran hebat kedua orang tuaku malam itu, membuatku akhirnya mengetahui semua yang mereka sembunyikan dariku selama ini. Tanpa kami sadari, Gyu Na ahjumma sudah berada di luar mengamati rumah kami lurus - lurus. Saat mendengar kabar bahwa Hyun Soo berhasil kabur, ia langsung menyuruh bodyguardnya mengejar Hyun Soo, dan membawa kembali. Aku keluar dari rumah dengan wajah sembab dan langkah lesu, setelah mengetahui kebenaran yang ada tentang hubungan appa dengannya. Gyu Na ahjumma mengamatiku sejenak dan membiarkanku pergi begitu saja, setelah menunggu beberapa jam, ia melihat appa keluar sambil membawa jaket, wajah appa sangat cemas sambil menoleh ke sekeliling bingung.

Gyu Na ahjumma turun dari mobilnya menghampiri appa untuk berbicara, hatinya hancur mendengar perkataan appa yang tidak dapat ia lupakan hingga saat ini

"aku pikir, aku masih bisa memperbaiki semuanya dengan Soo Kyung, maafkan aku"

setelah mengatakan itu, appa pergi meninggalkannya begitu saja. Meskipun appa sangat mencintai Gyu Na ahjumma, tetapi saat itu yang ada di pikiran appa bukanlah dirinya sendiri, tetapi kebahagiaanku yang eomma perjuangkan sebelumnya.

Jika aku boleh mengatakan perasaanku, aku tentunya berharap Gyu Na ahjumma dapat mempertimbangkan alasan appa, atau merelakan semuanya sesuai keinginan appa. Tetapi seperti yang akhirnya terjadi, semua itu hanyalah harapanku sendiri, Gyu Na ahjumma justru semakin tidak menerima keadaan ini. Ia terus melawannya.

Bibir eomma bergetar panik setelah medengar kabar tabrak lari yang aku alami, tangannya terus bergerak mengetuk layar ponsel panik menghubungi Yoo Ki oppa menannyakan keberadaanku. Hatinya terus meyakinkannya bahwa aku baik - baik saja, terus menolak kenyataan itu. Air mata yang sejak tadi di tahannya perlahan mulai menetes dari ujung matanya, rasa cemas meremukkan hatinya yang berusaha menyangkal kabar yang di dengarnya. Tiba - tiba suara bel pintu berdering keras membuat harapan eomma semakin besar, eomma langsung mengusap air matanya, berlari cepat membuka pintu rumah penuh harapan. Sorot mata eomma meredup mendapati Gyu Na ahjumma berdiri di hadapannya, mereka hanya saling menatap hening sampai eomma memulai pembicaraan

"apa yang kau lakukan disini?"

"menemui Soo Kyung -ssi.." jawabnya singkat.

Eomma menghembuskan nafas besar dari mulutnya, kepalanya terasa berputar, membuat eomma memjamkan matanya rapat. Eomma menghembuskan nafas besar dari mulutnya singkat, kembali menghadapi Gyu Na ahjumma yang menatapnya datar sejak tadi

"bisa kita bicara nanti" minta eomma.

Gyu Na ahjumma hanya terus mentap eomma tanpa menjawab apapun. Eomma pun menunduk cepat, menggerakkan tanganya hendak kembali menutup pintu rumah

"apa alasanmu bertahan dalam penderitaan ini?" sahut Gyu Na ahjumma menghentikan gerakan eomma.

Eomma kembali mengangkat pandangannya lurus, ia menghembuskan nafas kecil dan memaksakan senyumnya

"kebahagiaan seseorang yang lebih penting" jawab eomma

"seseorang? Siapa?" tanyanya memancing.

Eomma berusaha memaksakan senyumnya "dirikku sendiri" jawabnya berbohong. Siapa yang bisa menyangka, kebohongan eomma barusan membuat Gyu Na ahjumma semakin marah pada keadaan yang di alaminya saat itu. Eomma membalikkan badannya cepat menutup keras pintu rumah, membiarkan Gyu Na ahjumma yang beridiri terdiam hanyut dalam emosinya. Eomma menghembuskan nafas kecil dari mulutnya, lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya kembali menghubungi seseorang. Dalam sekejap, seluruh isi Gereja mengetahui kabar tidak pasti tentang kecelakaanku.

Tiba - tiba gumpalan asap tipis menembus masuk ke dalam rumah. Dalam hitungan detik api merembet dari luar dan membesar, semakin membesar, menelan rumah yang penuh kenangan dan hari bahagiaku sejak kecil. Gyu Na ahjumma membalikkan badannya begitu saja mengambil langkah menjauh dari rumah itu acuh, saat sampai di depan mobilnya, ia menoleh sekali lagi ke arah rumah yang telah termakan api seutuhnya. Matanya melebar kaget, melihat seorang biarawati yang tanpa rasa ragu berlari menembus api masuk ke dalam rumah. Ia berlari kembali ke arah rumah di hadapannya hendak menghentikan langkah biarawati itu, namun langkahnya terlambat. Para penghuni sekitar mulai berlarian panik, beberapa dari mereka memberanikan diri masuk mencari korban di dalam, ada yang membantu menyirami api dari luar, dan beberapa sibuk dengan ponselnya.

Gyu Na melangkahkan kakinya mundur perlahan, rasa takut mulai menjalari hatinya, tubuhnya mulai bergetar hebat. Matanya terus tertuju pada kobaran api yang semakin membesar dan melahap habis rumah di hadapannya itu. Air mata mulai menetes dari ujung matanya perlahan. Seseorang menariknya dari belakang menuntunya masuk ke dalam mobil, dan melaju cepat meninggalkan rumah kami. Sejak hari itu rasa takut dan cemas terus menghantui Gyu Na ahjumma sepanjang hidupya.

***