webnovel

GENG SEKOLAH

Oji tidak se-eksis teman-teman yang lain di sekolahnya. Contohnya Farid, Mail, dan Amar, mereka adalah salah satu teman Oji yang cukup terkenal namanya. Wajar saja, mereka adalah anak basket. Tapi Amar lebih terkenal dari sikapnya yang bisa dibilang gila. Ada juga anak yang eksis di sekolah karena memasuki sebuah geng. Bermacam-macam geng di 1994, tapi geng yang lahir dari angkatan angkatan Oji hanya ada dua, yaitu Piloks dan BoomBoom. Piloks sendiri sering nongkrong di kelas X-1, X-2 , X-3, X-4, dan X-5 karena anggota mereka rata-rata dari situ. Kecuali X-3, anggotanya cuma satu, yaitu Amar. Piloks gagal merekrut anggota dari X-3 karena teman-teman kelas Oji rata-rata tidak suka masuk geng, bisa dibilang kebanyakan dari mereka cuma "anak kelas". Adit juga adalah salah satu anggota dari Piloks. Adit adalah orang yang menyapa Oji di aula sekolah pada saat pembagian kelas. Sejak dia masuk Piloks dia berubah jadi anak yang nakal dan sok jagoan. Adit juga sering nongkrong bersama anak kelas 3. Kalau anak-anak BoomBoom sering nongkrong di pohon beringin dekat aula sekolah. Rata-rata anggota mereka dari X- 6, X-7, X-8, dan X-9. BoomBoom lebih eksis daripada Piloks karena keresahan yang dibuat BoomBoom lebih banyak. Kalau Oji disuruh pilih, dia lebih memilih BoomBoom. Di sana terdapat banyak perempuan yang lumayan cantik. Cewek-cewek sekolah yang join di BoomBoom tidak buat keresahan kok. Berbeda dengan Piloks yang isisnya semua batangan. Kasian sekali!. Fitrah, Farid dan Balfas juga join di BoomBoom.

"Ke tempat nongkrong saya yuk, jing." Balfas selalu mengajak Oji gabung di BoomBoom.

"Walau diajak beberapa kali pun saya tidak akan mau. Saya itu orang netral yang tidak mau disusahin dengan konflik-konflik geng." Oji.

"Ah anjing lebay kamu!" Balfas.

"Eh si Devi itu anak BoomBoom juga ya?" Devi adalah perempuan yang sekelas dengan Oji.

"Tanya aja sendiri." Balfas menjawab dengan cuek.

"Eh kantin yuk." Oji mengajak Balfas.

"Tidak ah, no duit." Balfas sambil meminum air gelas dari meja orang lain lalu pergi ke tempat nongkrong gengnya.

Oji melihat Devi berjalan keluar kelas sendirian. Oji menyusul Devi yang sudah keluar dari kelas.

"Eh anak BoomBoom juga ya?" Tanya Oji sambil berjalan menuju ke kantin.

"Tidak kok. cuma temanku banyak gabung di BoomBoom. Makanya sering ikut-ikutan duduk dekat pohon." Devi sedikit kaget karena Oji tiba-tiba muncul.

"Cewek-ceweknya cantik yah hahaha." Oji mengejek Devi.

"Btw, saya punya loh teman anak BoomBoom yang suka ngomongin kamu. Dia cantik." Devi.

"Hahaha, tidak tertarik." Oji yakin, Devi pasti hanya bercanda.

Oji memang bodoh, Devi tidak lagi bercanda. Sosok perempuan itu benar-benar nyata. Perempuan itu juga benar-benar cantik. Oji melangkahkan kakinya lebih cepat dari Devi setelah percakapan itu. Dia sama sekali tidak peduli dan memikirkan percakapannya dengan Devi.

***

"Tangan kamu, anjing! Nyenggol tangan saya terus!" Kalimat yang rutin diteriakkan Balfas ketika Oji lagi menulis.

Bukan cuma Balfas, teman-teman yang lain juga mengucapkan kalimat yang sama kalau sebangku dengan Oji. Wajar saja, Oji adalah orang bertangan kidal. Setiap menulis, tangan Oji dan tangan teman sebangkunya saling menyenggol. Di bangku Yaya juga sering ribut dengan hal ini. Wajar mereka berdua kidal. Oji dan Yaya tidak tahu diri sebagai pengguna tangan kiri, mereka lebih senang duduk dengan orang pengguna tangan kanan. Andai saja Oji dan Yaya sebangku, masalah itu bisa terpecahkan. Melihat orang ribut dengan tangan mereka itu menyenangkan baginya.

"Gila nih guru, udah bell tapi belum keluar," Mail sudah tidak tahan ingin kabur.

Setiap jam istirahat, kalau terlambat melarikan diri dari kelas. Mereka akan kena pajak dari senior. Mereka selalu melarikan diri sebelum bell berbunyi. Hari ini mereka harus ikhlas. Dari pintu kelas yang tidak tertutup sudah ada anak kelas tiga memegang tasnya sebagai kotak amal. Guru berjalan keluar dan mereka memasuki kelas.

"Setan." Oji mengontrol volume suaranya agar tidak terdengar oleh kakak kelasnya.

Mereka berjalan mengilingi semua manusia yang berada di kelas X-3 dan manusia yang terjajah siap dengan selembar uang seribu rupiah.

"Hancur hancur hatiku … hancur hancur hatiku … hatiku hancur." Amar bernyanyi sesuai dengan suasana hati kelas X-3. Yah lagu itu adalah lagu Olga Saputra. Lucunya lagi Amar bernyanyi ketika anak kelas 3 masih di kelas.

Belum sempat mereka keluar dari kelas. Anak kelas tiga yang lain datang, tapi kayaknya mereka tidak ingin meminta uang. Dari ekspresi wajah, mereka ingin memukul orang.

"Siapa di sini anak BoomBoom?!" Kakak kelas itu berteriak dari depan kelas memandangi semua orang.

Fitrah, Farid, dan Balfas ketakutan. Fitrah dan Farid menundukkan wajahnya, sedangkan Balfas terlihat lebih sedikit santai. Padahal Balfas sendiri cukup ketakutan, tapi tetap berusaha memasang muka santainya agar tidak ketahuan sebagai anak BoomBoom.

"Ini kayaknya deh anak BoomBoom. Saya sering liat nih anak nongkrong di sana." Kakak kelas itu menunjuk Fitrah.

Pukulan langsung melayang ke muka Fitrah. Oji dan teman yang lain hanya bisa melihat Fitrah dipukuli. Mata Fitrah berkaca-kaca, lalu melihat temannya satu persatu. Dari pandangannya timbul rasa kecewa yang besar pada teman kelasnya. Balfas dan Farid beruntung tidak dikenali. Belum sempat teman kelasnya meminta maaf ke Fitrah, sudah terdengar keributan dari kelas tetangga. Senior yang tadi berkeliling ke semua kelas untuk mencari satu persatu anak BoomBoom.

Mereka meneriakkan satu kalimat yang sama, "Siapa di sini anak BoomBoom?"

"Saya… emang kenapa?" Dengan penuh ketakutan dia memberanikan diri berkata seperti itu, supaya citranya sebagai anak nakal tidak malu-maluin.

Mereka langsung mendatangi anak itu. Amarah di kelas ini lebih panas dari kelas Oji. Kakak kelas itu mengangkat kursi dan siap menghantam kepala anak itu. Belum sempat kursi itu melayang, tiba-tiba Adit langsung memegang kursi itu. Adit adalah cowok yang berbadan cukup besar untuk ukuran anak 1 SMA.

"Sudah bro… sudah broo…" Adit memohon.

"Seandainya ini bukan teman kamu, gue hancurin sekarang kepalanya!" Mereka merespon permohonan Adit. Membuang kursinya, lalu memukul dengan tangan kosong. Adit bisa berbicara akrab dengan anak kelas tiga karena dia sering nongkrong bersama mereka. Untung ada Adit, kalau tidak ada, mungkin ajal anak itu akan tiba di kelas ini.

"Ngapain kamu semua pada ngumpul? Bubar!" bentaknya kepada penonton yang rata-rata kelas X. Senior itu tidak ingin kejadian ini diketahui sama guru.

Anak X semua langsung kembali ke kelas masing-masing. Di bangku paling belakang, Fitrah duduk sambil memegang wajahnya. Mukanya lima kali lipat lebih parah daripada muka Oji dan Balfas waktu dipukul oleh Fathan. Oji dan lain duduk di dekat Fitrah sebagai tanda mereka peduli dengannya.

"Saya kira kamu sering bergaul di anak kelas 3? Tapi kenapa kamu gak tahan mereka tadi?" Balfas menyalahkan Mail.

"Saya tidak begitu akrab anjing! Kamu juga, kalo kamu emang berani, kenapa kamu tidak tahan mereka?" Terjadi perdebatan antara mereka. Mereka saling dorong. Fitrah langsung berdiri dan memisahkan mereka yang sebentar lagi mungkin akan adu pukul.

"Sudah bro, saya tidak apa-apa." Fitrah berusaha menenangkan Mail dan Balfas.

Oji memandangi Balfas yang sangat marah dengan Mail. Bahkan Balfas menyenggol Oji dengan bahunya lalu keluar dari kelas. Balfas sadar dia adalah seorang pecundang karena tidak membantu Fitrah, padahal mereka berteman. Setelah itu, keributan suara di semua kelas X perlahan-lahan menghilang.