webnovel

ACAK KELAS

Hari ini telah memasuki semester dua, banyak wajah baru yang berada di kelas X-3. Salah satunya cewek bertubuh indah yang duduk di samping bangku Oji, namanya Juli. Ada juga dua anak yang berbadan sangat besar, katanya mereka seorang atlit dayung. Oji berpikir mereka bisa dijadikan seorang tukang pukul. Namanya Riswan dan Bima, mereka duduk di bangku paling belakang. Oji kurang percaya kalau Bima adalah seorang atlit dayung. Tidak mungkin, seorang atlit menggunakan kacamata. Memang badannya besar, pantatnya juga besar. Bima memang tidak mengatakan dirinya seorang atlit. Mereka hanya mengira-ngira saja. Mereka belum memperkenalkan diri, Oji mengetahui nama mereka karena Amar berjalan ke bangku mereka dan melihat papan nama mereka.

"Akan ada lima atlit dayung yang akan memasuki sekolah kita." Itulah yang dikatakan kepala sekolah pada saat pidato upacara tadi.

Bell berbunyi, wali kelas X-3 masuk dan menyuruh memperkenalkan diri semua murid baru.

"Aku pindah karena sekolahku kurang bagus sebelumnya. Nama saya Juli." Semua murid laki-laki melirik tubuh Juli saat berdiri memperkenalkan diri.

"Halo teman-teman namaku Bima Sam. Panggil aja aku Bima. Aku suka banget sama vierra, the virgin dan suka lagu-lagu korea." Dugaan Oji salah. Bima bukan atlit dayung melainkan waria. Tawa memenuhi kelas, karena mereka salah sangka. Balfas sampai tertawa muncrat.

"Nama saya Riswan, saya seorang atlit dayung." Gigi Riswan seperti Yaya. Oji dan teman gilanya yang lain, reaksi mereka tidak seperti saat pertama melihat gigi Yaya yang ompong. Mereka dulu tertawa terbahak-bahak melihat Yaya. Coba saja melakukan hal itu ke Riswan, berarti mereka sudah tidak sayang dengan muka mereka sendiri atau mungkin Riswan bisa membuat gigi mereka persis dengan giginya.

Bahu Oji menyenggol Balfas, "kenapa kamu tidak ketawa?"

Bukan hanya siswa pindahan, siswa kelas X lainnya juga ada yang pindah ke kelas X-3. Teman kelas Oji juga banyak pindah ke kelas lain. Ini karena adanya acak kelas. Semua siswa siswi yang mendapat peringkat satu sampai lima dipindahkan ke kelas X-5 atau X-6. Sedangkan penghuni X-5 dan X-6 sebelumnya dilemparkan ke kelas lain secara acak. Tapi tenang, semua teman-teman baik Oji masih setia sama kelas X-3. Wajar, teman baik Oji semuanya bodoh. Oji mendapat sebuah bahan cuci mata setelah kelas diacak. Juli adalah bahan cuci matanya, dadanya sangat besar bagaikan perempuan dewasa.

Wilda kayaknya akan cukup tenang pada semester ini. Oji dan Balfas punya korban baru untuk diganggu yaitu, Bima. Mudah-mudahan Bima tidak akrab dengan Riswan, harapan Oji dan Balfas untuk menggangunya akan hilang. Siapa yang berani menggangu kalau Bima si waria punya bodyguard seorang anak dayung. Sekolah ini juga jauh lebih keren dari sebelumnya, setiap jam istirahat para murid bisa mendengar sebuah siaran radio langsung dari kelasnya masing-masing. Siaran radionya disiarkan oleh siswa siswi 1994. Jadi hati-hati saja dengan radio sekolah ini, gosip-gosip para murid 1994 bisa disebar luaskan langsung ke seluruh penghuni sekolah.

***

Sudah satu minggu setelah kelas diacak. Posisi duduk Oji berubah, Oji memutuskan sebangku dengan Juli. Oji tidak pernah merasakan ngantuk jika bersamping duduk dengan Juli. Lekukan dadanya berbeda dengan rata-rata anak SMA. Riswan tidak seburuk yang dibayangkan. Walau badannya besar dan berkulit hitam, dia anaknya juga hobi bercanda. Tapi jangan pernah coba-coba bercanda dengan menghina giginya. Kalau kalian tidak mau seperti anak kelas sebelah yang giginya hilang karena dihajar Riswan. Riswan sangat akrab dengan Oji, Riswan sangat suka cerita desawa yang diceritakan oleh Oji. Kalau Bima, ternyata dia benar-benar waria. Ke mana-mana selalu sama perempuan.

"Ganggu si waria yuk njing!" Balfas datang ke bangku Oji. Padahal Oji lagi enak-enaknya melihat Juli tidur.

"Kamu tidak puas-puas liat anunya Juli dari kemarin?" Juli terbangun mendengar Balfas menyebut namanya.

"Oji, kamu liat apaku?" Tapi Juli malah tersenyum saat bertanya begitu. Kayaknya dia suka saja dengan tingkah Oji.

Oji meninggalkan Juli dan berjalan ke Bima yang lagi asik mengobrol dengan teman perempuannya.

"Kalian tau ngak? berteman sama waria itu berbahaya loh. Kemarin gue nonton berita, ada cowok yang pura-pura jadi waria. Dia pengen aja dapat kesempatan. Contohnya, melihat kalian ganti baju atau mandi bareng sama kalian." Oji menakut-nakuti perempuan yang bergaul sama Bima. Bukan menakut-nakuti.

"Iya waria itu mahluk yang sangat berbahaya, hati-hati kalian diperkosa sama Bima." Sambung Balfas. Anak-anak yang lain, sangat asik tertawa melihat aksi Oji bersama Balfas.

Bima berdiri dari tempat duduknya, "Aku mau lapor kalian berdua, aku gak terimaaaa!"

Balfas menarik Bima ke belakang kelas. Karena sebentar lagi, Oji akan melakukan sebuah aksi yang tidak boleh dilihat oleh perempuan. Sekarang sudah banyak yang terlibat, bukan hanya Oji dan Balfas lagi. Anak-anak yang lain, memukul pantat Bima dan ada juga yang meremas dada Bima.

"Bima kalau kamu lelaki sejati, coba liat ini." Oji sambil menurunkan gesper celananya.

Bima menutup matanya, dia sangat takut melihatnya.

"Oji jorooooook!" Devi yang masih tetap memperhatikan Oji di belakang kelas.

Wilda dengan diam-diam membalikkan kepalanya ke belakang kelas. Wilda sepertinya tertarik melihat celana dalam Oji.

Hanya Reni si kungfu panda, seorang cewek yang masih setia menikmati aksi Oji. Wajalah, si Reni sudah menganggap dirinya sebagai laki-laki.

"Perkosa Bima! perkosa Bima!" Anak-anak yang lain semakin menggila.

Bima ditidurkan di lantai kelas. Cukup susah menidurkannya, badan Bima sangat besar. Anak-anak yang lain saling mendorong untuk menindih Bima yang sedang berbaring di lantai. Yaya adalah korban pertama yang terjatuh. Disusul teman-teman yang lain. Terjadi sebuah tumpukan siswa yang saling menindis. Untung Oji berada di tumpukan yang tidak terlalu di bawah. Fitrah dan Alam yang badannya sangat besar malah dia yang paling atas. Semua orang berteriak kesakitan sambil tertawa. Suara Amar paling ribut, dia juga berada tepat di atas Oji. Amar berteriak tepat di telinga Oji. Air liur juga banyak yang menetes di tumpukan orang yang saling menindis.

Fitrah dan Alam sudah puas menindis orang di bawahnya, Fitrah dan Alam bangun dan disusul sama anak-anak yang lain. Badan Oji sangat sakit. Yaya masih berbaring di tubuh Bima yang sexy. Bima melemparkan Yaya ke lantai, Bima langsung berlari keluar dari kelas. Bima ingin melapor. Tapi ada apa dengan yaya, dia belum bangun. Yaya masih tetap berbaring di lantai.

"Coba dengar detak jantungnya. Bunyi tidak?" Yaya badannya paling kecil dan berada di tumpukan paling bawah. Sangat luar biasa.

"Iya masih bunyi kok, si ompong ini masih hidup." lalu Yaya diangkat ke bawah meja, Supaya jasadnya tidak ketahuan sama guru yang sebentar lagi memasuki kelas.

Sedangkang Oji tidak begitu khawatir memikirkan laporan Bima. Soalnya cukup banyak yang terlibat. Sebuah speaker kelas masih bercuap-cuap, berarti masih jam istirahat. Oji memutuskan untuk tidak keluar kelas, mendingan Oji mendengar radio kelas.

"Oh ini ada yang request lagu, namanya Cia. Hmm... katanya juga dia mau pindah sekolah. Dia mau pamit sama kalian semua. Oke deh kita putar saja langsung lagunya Cia. The Virgin – Cinta terlarang."

Oji langsung terdiam mendengar Cia akan pindah. Padahal Oji belum sempat jujur dengannya. Bicara saja tidak pernah sama sekali. Padahal Oji sudah mulai menghilangkan perasaanya ke gadis berponi jatuh yang hanya dia lihat saat MOS. Oji sudah benar-benar menyukai Cia untuk saat ini.

"Mengapa cinta ini terlarang... saat ku yakini kaulah milikku... mengapa cinta kita tak bisa bersatu... saat ku yakin tak ada cinta selain dirimu... tuhan berikan aku hidup satu kali lagi... hanya untuk bersamanya... ku mencintainya sungguh mencintainya... rasa ini sungguh tak wajar... namun ku ingin tetap bersama dia untuk selamanya... selamanya... selamanya... Nah itu tadi lagu dari the virgin-cinta terlarang. Eh by the way yang merasa namanya Oji kelas X-3. Ini ada laporan, katanya melakukan pelecehan sexual terhadap sesama jenis. Silakan ke ruang BK ya sekarang. Dipanggil tuh."

Ha? Oji benar-benar kaget dan malu. Seisi kelas lalu melihat Oji dan tertawa.

Itu adalah laporan dari Bima si waria. tapi kenapa laporannya pelecehan sexual? Oji sama sekali tidak melakukannya. Dan sialnya bagi Oji, kenapa harus diumumkan lewat radio sekolah. Cia pindah sekolah dan Oji masuk BK atas tuduhan pelecehan sexual. Dan sialnya lagi hanya Oji yang dilaporkan. Sangat sial nasib Oji.

***

Guru-guru yang berada di BK melihat Oji seperti mahluk yang sangat menjijikan. Ini semua karena laporan si waria. Oji lebih memilih dilaporkan melakukan pelecehan sexual terhadap perempuan. Kesannya lebih keren. Oji berharap, mudah-mudahan laporan ini tidak sampai ke orang tuanya. Kalau laporan tentang bolos sekolah, terlambat, dan berkelahi masih bagus. Tapi kalau laporan melakukan pelecehan sexual terhadap sesama jenis, ini sangat menjijikan.

Oji duduk bersampingan dengan Bima. Dua orang guru BK sudah siap menghakimi Oji atas dosa yang diperbuatnya. Yang pertama adalah pak Amir. Oji sama sekali tidak takut sama pak Amir, dia guru yang humoris terhadap siswanya. Pak Amir hanya melihat Oji sambil tersenyum-senyum karena tuduhan pelecehan sexual sesama jenis. Guru yang kedua, guru ini sangat berlawanan sama pak Amir. Kumisnya sangat lebat dan di tangannya sama sekali tidak pernah berhenti memegang rokok, terlihat sangat kejam.

"Kamu apa-apaan melakukan hal seperti ini?" Guru berkumis itu bertanya tapi dia sama sekali tidak menatap Oji. Dia menutup matanya sambil merokok.

"Anu pak..." Oji Baru berbicara dan langsung dipotong.

"Kamu diam, saya tidak menyuruh bicara!" Sambil memukul meja. Padahal jelas-jelas dia yang bertanya.

"Pak Amir, kayaknya kita harus melaporkan anak ini ke pihak berwajib." Pak Amir hanya mengangguk-ngangguk sambil tersenyum.

"Pak Bima menuduh saya yang tidak-tidak."

"Kamu jangan bicara saya bilang!"

"Ada HAM pak! saya tidak terima dengan tuduhan ini."

Matanya yang dari tadi tertutup, sekarang sudah terbuka dan menatap Oji sambil menghembuskan asap rokoknya ke muka Oji. "Kamu tau apa tentang HAM? pak Amir tolong urus anak ini, saya ada urusan." Guru sok tahu itu keluar dari ruang BK. Oji merasa aman sekarang. Pak Amir mungkin bisa diajak kompromi.

"Kamu masih normal Fauzan?" Pak Amir memanggil Oji dengan nama absennya. "Saya beritahu bapak kamu bagaimana?" Sambil memegang telepon yang ada di meja. Melihat muka Oji yang panik, pak Amir langsung tertawa. Guru ini memang pandai melucu.

"Begini pak, saya tidak terima tuduhan Bima. Kok bisa dibilang pelecehan sexual?" Oji mencoba membela dirinya.

"Tadi Bima bilang begini, katanya kamu pegang-pegang pantatnya. Terus kamu bukain gesper celana kamu di depan Bima. Sampai-sampai anu kamu kelihatan." Pak Amir tidak bisa menahan tawanya.

"HA? perasaan saya cuman buka gesper. Gak sampai buka celana dalam pak." Benar-benar ini si waria sangat melebih-lebihkan. Oji menatap Bima yang berada di sampingnya.

"Kalau tentang pantat bagaimana?" Lagi-lagi pak Amir sambil tertawa.

"Iya sih pak, tapikan Bima cowok pak. Masa dibilang pelecehan sexual." Oji sambil menggaruk kepala.

"Sebenarnya memegang pantat cewek itu juga bukan pelecehan sexual tapi selama cewek itu tidak keberatan." Pak Amir melucu lagi. "Bima keberatan?"

"Iya pak, sangat keberatan. Pokoknya saya tidak terima." Bima dengan air matanya yang mulai keluar.

"Oke kalau begitu saya buatkan Fauzan surat panggilan orangtua." Tiba-tiba ketika pak Amir menulis surat. Handphone pak Amir berbunyi, Kayaknya ada sms yang masuk.

"Hmm jadi begini Bima, kita tidak usah memanggil orangtua Fauzan. Tapi kalau dia ganggu kamu lagi, kita langsung keluarkan saja." Tiba-tiba pak Amir berubah pikiran setelah membaca sms.

Oji pun keluar dari ruang BK. Kabar baiknya orangtua Oji tidak jadi dipanggil dan kabar buruknya Oji sudah tidak bisa maca-macam lagi dengan Bima. Benar-benar sial, padahal yang ganggu si waria ini banyak. Hanya Oji yang dilaporkan.

"Fauzan kenapa masih tinggal di situ?" Pak Amir melihat Oji yang masih berdiri di depan ruang BK.

"Anu pak, saya malu pak. Soalnya tadi diumumkan lewat radio 1994."

" HAHAHAHA rasakan!" Ejek pak Amir. Oji memutuskan kembali ke kelas daripada diejek terus menerus sama pak Amir. Sialnya ruang BK dan kelas Oji sangat jauh.

Oji masih santai ketika melewati kelas-kelas seniornya. Oji yakin, mereka tidak akan tahu dengan wajah Oji. Oji kan tidak eksis.

"Eh yang namanya Oji itu yang mana sih? gila banget kasusnya."

"Homo tuh anak hahahaha." Oji mendengar percakapan dari kelas 3.

Ketika hampir memasuki wilayah kelas X yang kelasnya berderet dari ujung ke ujung. Oji melihat guru yang berjalan seperti mayat hidup. Badannya yang tinggi kurus, rambutnya yang ubanan dan jalannya agak membungkuk ketika berjalan sambil membawa tasnya. Guru ini selalu jadi bahan tertawa ketika lewat ke kelas X. Oji memilih untuk bersampingan dengan guru itu. Kayaknya bisa jadi dijadikan sebagai pengalih perhatian. Mungkin mereka lebih menertewai guru itu daripada Oji.

Tapi itu cuma sia-sia "Itu yang namanya Oji ya? hahaha dasar homo hahaha." Itulah yang Oji dengar ketika memasuki wilayah kelas X. Semua kelas menertawainya. Pengalih perhatiannya tidak berhasil, mereka lebih menertawai Oji daripada guru itu.

"Woooiii Oji, kamu homo ya hahaha." Fadil, teman pertama Oji ketika tes. Dia muncul dan langsung ikut tertawa.

Hari ini dan untuk selamanya, Oji punya julukan yang sangat hina. Teman-teman sekarang memanggilnya homo.

"Sudah idiot, homoooooo lagi," Novi. Perempuan yang sering memanggil Oji idiot.

***

Sekarang kelas X3 lagi belajar Fisika. Pelajaran ke dua yang paling merusak otak setelah matematika. Untung gurunya sangat lucu, setiap dia menghapus penjelasannya di papan tulis. Guru ini langsung membuang penghapus ke lantai. Lalu mengambilnya kembali ketika dia ingin menghapus. Dia bisa melakukannya sampai enam kali dalam sekali menulis di papan tulis. Soalnya hasil penjumlahannya sering salah. Bayangkan saja dia harus menunduk setiap mau mengambil penghapus. Padahal jelas-jelas papan tulis mempunyai tempat untuk menaruh penghapus. Ibu itu adalah istri dari pak Amir.

Triiing... triiiiiing bell berbunyi, setiap jam istirahat Adit pasti masuk ke X-3 untuk menggoda Juli. Adit dulu sangat baik waktu MOS, sekarang dia menjadi sok preman di sekolah ini, mentang-mentang masuk geng Piloks.

"Innalillahi wa innailaihi rojiun." tiba-tiba lagu yang diputar di radio sekolah langsung dipotong. "Telah meninggal guru yang kita cintai, pak Hasanuddin. Dimohon doanya teman-teman."

"Eh pak Hasan yang mana sih?" Oji bertanya ke Balfas.

"Yaelah masa kamu gak tau sih homo. Itu yang waktu kamu masuk BK." Oji sebenarnya lebih suka dipanggil anjing oleh Balfas daripada dipanggil homo.

"Pak kumis itu yang sok tau?" Oji mengira-ngira

"Hu'uh."

Semua murid dipulangkan lebih awal karena guru-guru ingin melayat. Banyak murid ingin ikut melayat, Oji tidak niat sama sekali. Baginya, guru itu sok tau. Di dekat pagar sekolah Oji bertemu pak Amir yang seperti menunggu istrinya keluar. Dia memanggil Oji.

"Masih ingat yang di ruang BK?" Pak Amir.

Oji mengangguk.

"Ingat waktu ada sms masuk? terus saya langsung tiba-tiba berubah pikiran untuk tidak memanggil orangtuamu?" Kayaknya pak Amir lagi serius.

"Iya pak, masih ingat. isi smsnya memangnya apa pak?"

"Smsnya menyuruh saya untuk membatalkan saja panggilan orang tuamu. Sms dari pak Hasan." Oji sangat tidak percaya dengan apa yang dikatakan pak Amir. Jelas-jelas pak Hasan itu membentak-bentak dirinya di ruang BK.

"Pak Hasan katanya setuju saja kalau kamu ganggu si Bima. Katanya itu cuma masalah yang sepele." Pak Amir tersenyum.

Oji langsung berubah pikiran, ternyata pak Hasan yang sangat sok tahu di depannya. Kenyataannya dia adalah guru yang menyelamatkannya. Oji berpaling arah, lalu menuju ke teman-temannya yang ingin ikut melayat.