Moon menepikan mobilnya dan Earth memberikan kecupan di pipi Moon, sebagai ucapan sampai jumpa untuknya. Earth belum keluar dari dalam mobil Moon, ia masih duduk di sana bersama kekasihnya.
Ting!
Ponsel Moon berdering, menandakan adanya pemberitahuan dari media sosialnya. Ia melihat ada nama Earth yang ditandai pada postingan tersebut dan membuatnya penasaran untuk melihatnya lebih dulu sebelum pergi.
Mata Moon membesar, ketika melihat sebuah postingan tersebut. Tangannya gemetar, entah membuat emosinya memuncak karena sebuah cemburu.
"Moon, ada apa?"
"Kau … tidak ada apa-apa," balas Moon, kemudian meletakkan kembali ponselnya pada dashboard mobilnya. Ia meminta Earth untuk segera keluar dari mobilnya.
"Jika ada yang membuatmu tidak nyaman, katakan saja," pinta Earth.
"Aku baik-baik saja. Sebaiknya kau segera keluar. Aku ingin pulang dan beristirahat," balas Moon lagi, nadanya terdengar sedikit ketus. Sikapnya tiba-tiba saja berubah menjadi dingin.
Earth mengangguk, ia mengerti dan memilih untuk menuruti permintaan dari Moon. Tidak lagi berkata apapun dan segera keluar dari mobil sang kekasih. Earth masih berada di depan rumahnya, di tepi jalan. Menunggu Moon berlalu pergi dengan mobilnya, hingga mobil itu hilang dari pandangan.
"Sepertinya Moon sedang tidak baik-baik saja," gumam Earth, kemudian mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Sejak tadi, ia sudah merasakan getara dibali saku celananya tersebut.
Earth melihat layar ponselnya. Selain ada pesan untuknya, juga ada notifikasi dari media sosialnya. Seseorang menandainya dalam sebuah postingan dan ia segera melihat postingan tersebut.
"Nine? Bukankah dia senior di kampus?" tanya nya, tidak yakin kenal dengan Nine, namun jelas di sana terdapat fotonya bersama gadis bernama Nine yang juga menandai dirinya dalam postingan tersebut.
Earth mengernyit, mengingat kapan foto itu diambil.
Flash back
"Permisi, apa kami boleh meminta tanda tangan serta foto Kakak?" tanya Earth, mewakili kedua temannya, First dan Two.
Perempuan itu tersenyum, mempersilakannya.
"Siapa namaku?" tanya nya, seperti sedang menguji.
"Kak Nine!" jawab Two menyahutinya.
Perempuan yang benar bernama Nine itu kembali tersenyum, memberikan anggukkan sebagai tanda kalau ia memberikan izin kepada tiga mahasiswa tahun pertama untuk melakukan foto bersama dan juga memberikan tanda tangannya kepada mereka.
***
"Sial! Itu hanya foto untuk tugas pengumpulan tanda tangan saja, mengapa Kak Nine memberikan caption hati seperti ini? Pasti Moon marah karena postingan ini," gerutu Earth, kemudian ia memilih masuk ke dalam rumahnya, memikirkan cara untuk menjelaskan kepada Moon yang nyatanya selama ini hampir tidak marah ataupun menunjukkan rasa cemburu seperti ini. Apa mungkin karena saat ini mereka telah berpacaran? Tetapi memang benar, sejak dulu Earth tidak pernah dengan perempuan manapun selain Moon. Earth memang membatasi pergaulannya dengan siapapun itu, termasuk pria.
Sementara itu, Moon yang baru tiba di rumahnya masih saja murung. Ia masuk ke dalam rumahnya dengan langkah gontai. Moon masih saja memikirkan postingan tersebut, apalagi banyak sekali komentar yang menyatakan kalau Nine sangat cocok jika disandingkan dengan Earth. Sebagai kekasih Earth, Moon jelas saja cemburu melihat postingan foto Earth dengan Nine yang diberi caption emoji hati, dengan komentar yang seolah mendukung hubungan mereka.
"Moon?"
"…." Moon masih saja melamun sembari melangkah masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak menyadari kalau mamanya sejak tadi berada di teras rumah untuk menanti kepulangannya.
"Moon?"
Moon menghentikan langkahnya yang sudah berada di dalam rumah. Ia berbalik badan, melihat keberadaan sang mama yang sedang berdiri di mulut pintu dengan tangan yang dilipatnya di atas perut.
"Ma, sedang apa di sana?" tanya Moon heran.
"Mama sejak tadi berada di sini untuk menantimu. Kau kemana saja? Pulang selarut ini," mamanya balik bertanya dengan raut yang sepertinya ingin marah, namun tak tega melihat Moon yang sepertinya sangat lelah.
"Ma, aku—"
"Pergilah ke kamarmu dan segera istirahat. Kita bicara besok pagi, ya," ujar mamanya, membiarkan Moon untuk lekas istirahat.
Moon mengangguk dan ia segera berlalu dan menuju ke kamarnya untuk beristirahat.
"Pasti sedang ada masalah dengan Earth. Tidak biasanya ia merengut seperti ini," gumam Mimi.
***
Moon
[Earth, aku berangkat dengan taksi. Kau bisa pergi sendiri]
[Maaf, ya]
Earth mendengus merasa kalau Moon sangat jelas sedang marah kepadanya. Ia menggarukkan kepalanya, memikirkan segala cara untuk bisa mengembalikan suasana hati Moon menjadi baik kembali.
Ia mengambil tas nya dan segera berlalu dari kamar. Earth tidak sarapan dan juga tidak berpamitan dengan kedua orang tuanya. Ia memilih untuk langsung pergi karena ingin tiba di kampus lebih awal dari Moon. Ia harus berbicara dengan Moon agar tidak ada kesalahpahaman seperti ini.
Jika tidak bersama Moon, Earth pergi ke kampus dengan bus dan harus pergi lebih awal, karena banyak pekerja, siswa ataupun mahasiswa yang menggunakan bus sebagai alat transportasi umum mereka.
Sedikit tiba lebih awal di kampus, sudah menjadi rencana Earth. Pagi ini ia sudah berada di gedung perkuliahan fakultas Moon. Untuk apalagi kalau bukan berbicara dengan Moon dan memberikan penjelasan mengenai Nine, agar kekasihnya itu tidak salah paham.
Cukup lama Earth menunggu, akhirnya yang ditunggu pun kunjung datang. Terlihat Moon yang sedang berjalan memasuki gedung perkuliahannya dan tanpa disengaja melihat Earth yang berada di sana. Rautnya berubah menjadi masam ketika melihat Earth. Ia masih melangkahkan kakinya, namu tidak dengan pandangannya yang kini beralih menoleh ke arah lain.
"Moon!" panggil Earth, berjalan menghampiri Moon. "Ada yang ingin aku bicarakan," ujarnya menarik pelan pergelangan tangan Moon.
"Bicara saja," balas Moon menepiskan tangan Earth secara perlahan. Memperlihatkan kalau dirinya sedang tidak baik-baik saja.
"Apa ada yang menggaggumu?" tanya Earth.
"Aku baik-baik saja," jawabnya dingin, namun ia masih mampu memperlihatkan senyumannya kepada Earth.
"Moon, mengenai postingan itu … kau perlu tahu. Aku dan Kak Nine melakukan foto bersama itu hanya karena tuntutan masa orientasi saja. Kau juga merasakannya, bukan?"
"Ini masih pagi. Mengapa kau berbicara hal yang tidak penting seperti itu," gerutu Moon, memalingkan pandangannya.
"Kau bilang tidak penting? Setelah melihat postingan itu, bukankah kau berubah seperti ini? Dingin dan enggan bicara juga melihatku?"
Moon beralih, kini melihat pada Earth.
"Kau cemburu, bukan?" tanya Earth.
Moon diam, menelan salivanya. Ia kembali mengalihkan pandangannya, terlihat gelagatnya seperti kikuk.
"Kalau kau cemburu, aku senang, Moon."
Deg
Moon kembali melihat Earth, dengan mata yang membesar.
"Earth! Bukan seperti itu—"
"Aku menganggap kau cemburu, karena kau kesal sejak melihat postingan itu, bukan? Aku berada di sini pagi-pagi sekali untuk menjelaskan padamu kalau kau hanya salah paham saja. Aku tidak ada hubungan apapun dengan Kak Nine dan bahkan aku tidak mengenal Kak Nine dengan baik. Bukankah kau tahu, wanita yang kucinta selama tiga tahun terkahir ini hanya kau seorang?"