"Apa kabar, Sky?" tanya Earth, seperti baru pertama kali bertemu dengan Sky.
"Kau bertanya kabarku? Bukankah kita bertemu setiap hari?"
"Hmmm, aku bertanya tentang bagaimana dirimu saat tahu kalau kita berada di kampus dan bahkan di kelas yang sama."
Sky diam, ia hanya memberikan senyum tipis kepada Earth.
"Lebih baik kita tidak mengungkit masa lalu, Earth. Aku senang kau sudah bahagia bersama Moon. Kau sangat mencintainya, bukan?"
***
"CHEERS!"
Seluruh tim merayakan keberhasilan mereka atas tugas besar yang telah selesai dan berjalan dengan baik.
Cloud terlihat ikut bersama mereka, meski ia hanya diam saja. Sementara Earth yang duduk di antara Moon dan Sky, merasa tidak nyaman dengan adanya Cloud bersama mereka. Namun sesekali Moon menyenggolnya, memberi pengertian agar Earth tidak terlalu memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap Cloud.
"Tidak nyaman," rengeknya, berbisik pada Moon.
"Dia juga hanya diam saja sejak tadi. Kau tidak boleh terus-terusan membenci dia, sayang …."
Sky yang mendengar samar pembicaraan Earth dan Moon, langsung melirik Cloud.
"Kak, pulang, yuk," ajak Sky. Ia sudah beranjak dari tempat duduknya.
"Sky … makanan kita baru juga datang. Makan dulu, baru pergi, ya. Jangan terburu-buru seperti itu," tegur Two.
"Iya, Sky. Duduklah lebih lama bersama kami," timpal Moon.
Sky melirik ke arah Earth, yang sama sekali tidak melihatnya. Sky menelan salivanya, ia benar-benar merasa tidak enak dengan ketidaknyamanan Earth karena Sky yang membawa Cloud untuk bergabung bersama mereka.
"Aku baik-baik saja, Sky. Kau jangan khawatir akan hal itu," ucap Earth, seolah memberikan jawaban atas pertanyaan batin Sky.
Sky tersenyum, melirik ke arah Cloud yang sepertinya tidak peduli dengan apa yang terjadi. Sky kembali duduk dan melanjutkan makan malamnya bersama teman-teman yang lain.
Usai menghabiskan makan yang telah mereka pesan untuk sekian banyak porsi. Mereka menutupnya dengan meminum minuman beralkohol. Itu adalah ide First, yang merasa kalau mereka sudah bukan lagi remaja dan sudah menginjak dewasa.
"Kau tidak boleh minum," ucap Earth, menarik gelas yang kini dipegang oleh Moon.
Moon menariknya kembali dan menuangkan minuman tersebut ke dalam gelasnya, seraya berkata, "Sedikit saja, tidak akan membuatku mabuk, kan?" balasnya, melawan Earth.
Earth hanya menggelengkan kepalanya, tidak bisa melarang Moon, karena tidak ingin membuat Moon merasa terkekang. Dan akhirnya, ia sendiri juga menengguk minuman tersebut langsung dari botolnya, seperti berniat untuk kehilangan kesadarannya malam ini.
Cloud tersenyum, ia belum menyentuh minumannya sama sekali, namun tetap memperhatikan adiknya dan Earth yang sudah mulai hilang kesadaran.
"Aku dan beberapa teman yang lain tidak akan banyak minum, untuk berjaga-jaga jika kalian tidak bangun. Aku dan yang tidak mabuk yang akan mengantar kalian pulang," ujarnya.
"Aku juga," sahut Moon. "Aku sudah cukup minumnya dan akan tetap terjaga."
Namun sepertinya tidak sedikit yang mabuk. First bahkan sudah mulai berbicara ngelantur dan menggoda Cloud yang duduk di sebelahnya. Cloud memilih untuk tidak minum sama sekali. Ia bertanggung jawab atas Sky yang sudah menunduk, hilang kesadaran.
"Kekasihku lebih tampan darimu. Tapi jika malam ini kau menginginkanku … aku tidak akan menolak," ucap First, yagng kini sedang bersandar di bahu Cloud. Sadar kalau First hanya mabuk, Cloud memilih untuk mendiamkannya dan tidak menghindar. Ia memilih untuk fokus pada Sky yang sudah mulai melirik pada Earth. Entah mengapa ada perasaan cemas saat melihatnya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Sky pada Earth.
Earth menunduk dan masih menahan diri, agar tidak kehilangan arah dalam berkata maupun berbuat. Pipinya sudah sangat merah, menandakan kalau dirinya sudah benar-benar mabuk.
"Earth, kau sudah mabuk. Bagaimana kalau kita pulang saja?" tanya Moon, mengangkat kepala Earth dan menahannya.
Earth tersenyum dan mendaratkan bibirnya di pipi kanan Moon. Ia kemudian kembali tersenyum dan bahkan terkekeh.
"Pacarku memang paling cantik. Sampai-sampai pria hidung belang itu dengan berani menciummu, padahal kau adalah milikku. Dia mungkin memiliki dendam dimasa lalu memiliki dendam padaku. Padahal itu semua bukan keinginanku. Aku juga tidak ingin seperti itu!"
Semua terdiam mendengar ocehan Earth yang semakin tidak dimengerti.
Cloud beranjak dari tempat duduk dan menarik lengan tangan Earth.
"Cloud—"
"Aku akan mengantarnya pulang. Aku khawatir dia akan menganggumu menyetir," ucap Cloud.
"Two, bantu aku memapah Earth. Dan Moon, bantu papah adikku, ya."
Moon mengangguk, ia memilih untuk menurut saja, meski dalam pikirannya masih berkecamuk dengan ocehan Earth yang tidak dimengerti olehnya.
***
Cloud menyetir tanpa teman sama sekali. Ia membiarkan Earth dan Sky duduk bersama di kursi belakang. Sesekali matanya melirik ke spion yang ada di dalam mobilnya, untuk melihat kondisi Earth dan Sky.
'Jika Moon yang mengantar Earth pulang, aku khawatir ia akan membongkar masa lalunya. Aku tidak ingin Moon terluka karena itu,' batin Cloud, ia memiliki niat yang baik.
Mobil Cloud menepi di depan rumah Earth. Ia segera keluar dan menghampiri Moon yang juga ikut bersamanya, namun dengan mobilnya sendiri.
"Aku serahkan padamu selebihnya. Aku hanya membantumu sampai di sini saja," ujar Cloud.
"Mengapa kau tidak membantuku memapahnya sekalian? Tubuh Earth cukup berat," tanya Moon dengan keluhan.
"Kau bisa sendiri, Moon. Aku harus pulang," balas Cloud, segera masuk ke dalam mobilnya dan tidak ingin membuat Moon berlama-lama dengannya, karena nantinya Moon bisa saja mencari informasi lainnya.
Moon yang merasa Cloud bertingkah sedikit aneh, memilih untuk segera membantu Earth masuk ke dalam rumah dengan memapahnya. Kedatangan mereka disambut oleh kedua orang tua Earth yang juga ikut membantu.
"Anak ini! Membuat susah orang saja!" gerutu Ayah Earth, kemudian mengambil alih Earth dari Moon dan memapah ke kamar sang anak. Sementara Moon berada di ruang tamu bersama Rang.
"Maaf, Moon. Sudah merepotkanmu," ucap Rang.
"Tidak masalah, Bu. Earth pasti sangat lelah, sehingga ia tidak dapat mengontrol kondisi tubuhnya saat sedang mabuk."
"Apa Earth tidak berbicara yang tidak-tidak saat mabuk? Bagaimana saat dalam perjalanan tadi? Apa ia tidak mengganggumu?"
"Eeeu … itu … tadi ada Cloud yang membantu. Aku berada di mobil sendiri dan Cloud lah yang mengantar Earth, bersama dengan Sky."
"Cloud? Sky?!" tanya Rang, sepertinya ia terkejut mendengar kedua nama itu disebut oleh Moon.
Moon menyeringai, sepertinya ia semakin bingung dengan ekspresi Rang. Sebenarnya ada apa antara Earth dan kedua pria itu? Bukan hanya memiliki dendam yang hingga kini belum terkuak, namu ibu earth juga terkejut saat mendengar nama-nama tersebut.
"Apa mereka teman satu kampus kalian?" tanya Rang, terlihat cemas.
"Ibu mengenal mereka?" Moon balik bertanya dengan rasa penasarannya.
"Eu … mereka … Sky dan Cloud itu sebenarnya …."