webnovel

tangis

Setelah Tae Tae pamit pulang ...

Hana menangis "Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Aku sangat khawatir saat tak ada kabar darimu"

"Aku kira kau diculik"

Berani penculiknya culik aku?

Aku culik balik, Noona.

"Aku sempat mengira kau mungkin dibunuh"

Berani membunuhku?

Pembunuhnya akan bertemu malaikat maut terlebih dahulu.

"Noona ... Maafkan aku" Jari-jari Jung Kook mengusap air mata Hana.

Maafkan aku yang sudah membuatmu bersedih.

Sudah dua kali ini Hana menangis karena Jung Kook dalam waktu satu Minggu ini. Kejadian pertama saat Jung Kook tenggelam. Jung Kook sudah bertekad hanya boleh air mata bahagia yang keluar dari mata Hana. Bukan air mata kesedihan.

Jung Kook memeluk Hana.

"Kruuuk ... Kruuuk ... " Perut Hana berbunyi.

"Noona lapar?" tanya Jung Kook.

Hana menganggukkan kepalanya. Seharian ini ia belum makan karena memikirkan Jung Kook.

Jung Kook memesan makanan. Tak lama kemudian makanan datang. Mereka pun makan bersama.

Saat malam hari, waktunya tidur ...

Jung Kook menidurkan Kiki. Setelah Kiki tidur, Jung Kook merebahkan dirinya di ranjang. Ia melihat punggung Hana. Tidak biasanya Hana memunggunginya. Biasanya Hana selalu mendekati tubuh Jung Kook dan tidur dalam pelukan Jung Kook.

Jung Kook membalik tubuh Hana untuk menghadap ke arahnya. Ia melihat Hana menangis. Air mata sudah membanjiri mata Hana.

Sebenarnya Hana ingin melupakan kejadian hari ini. Menganggap hari ini seperti hari biasa. Tapi ia tidak bisa. Melihat barang-barangnya yang dikeluarkan Jung Kook. Apalagi barang-barang Kiki.

"Kookie ... Hiks ... Sampai kapan kau selalu meragukanku? Bukankah sudah kubilang kalau Tae oppa hanya sekadar teman dan rekan kerja Kiki. Apa karena aku dan Nam Joon oppa hampir ..."

Jung Kook menutup bibir Hana. Kejadian saat di taman. Kejadian saat Hana dan Nam Joon hampir berciuman. Ia tak ingin mengingatnya lagi.

"Noona ... Jangan lanjutkan lagi."

"Kookie ... Hiks ... Aku tidak masalah bila kau ingin mengusirku. Tapi kenapa kau juga mengeluarkan barang-barang Kiki? Kiki itu anakmu. Kau ayahnya. Kau tidak menginginkan Kiki lagi? Kiki bukan barang yang bila kau tak suka lagi bisa kau buang begitu saja." ucap Hana tanpa berhenti menangis.

Luka lama Hana terbuka lagi.

"Noona ... Maafkan aku. Aku dikendalikan emosiku. Seharusnya aku lebih mempercayaimu." Jung Kook mengusap air mata Hana.

"Mau sampai kapan kau masih bersikap kekanak-kanakan?" Hana menangis lagi. Ia sangat menginginkan pernikahannya dengan Jung Kook berhasil. Tapi butuh dua belah pihak yang mengusahakannya. Tidak bisa bila ia sendirian.

Hana selalu mencoba untuk memahami Jung Kook. Usia Jung Kook yang masih muda yang sudah berstatus sebagai ayah tentu saja tidak mudah bagi Jung Kook. Jung Kook dipaksa dewasa sebelum waktunya.

Jung Kook memeluk Hana. Hana belum bisa menghentikan tangisannya. Tapi perlahan-lahan Hana tertidur karena lelah menangis.

Pukul 3 dini hari ...

Hana yang sudah tertidur, terbangun. Ia merasa mual. Dengan cepat ia lari ke kamar mandi. Memuntahkan makanan yang berada di perutnya.

"Uwekkk ... Uwekkk ..."

Jung Kook ikut terbangun. Ia menggosok-gosok punggung Hana. Hana membasuh mulutnya dan kembali ke ranjang. Mengolesi perutnya dengan minyak angin.

Maagku kambuh lagi.

Jung Kook membawakan air jahe hangat untuk meredakan mual Hana. Tapi Hana masih merasa mual. Ia muntah lagi.

Hana sekarang terbaring lemas. Seharian tadi ia memikirkan Jung Kook sampai lupa makan. Sedangkan Kiki masih sempat meminum susu botol buatan Tae Tae.

Jung Kook menyelimuti Hana. Hana hanya terbaring lemas. Ia ingin cepat-cepat sembuh. Ia tidak boleh sakit. Ada Kiki yang harus ia jaga.