Wang berusaha maju dan menggapai Yu tapi tangan Hua terus menghalanginya.
"Sudah kak jangan dekat-dekat, tolong jaga jarak"
Wang yang bersikeras membuat Hua kewalahan, Yu tertawa melihat sikap Hua dan Wang yang seperti anak kecil.
"Hehehe kakak Wang"
"Aduh Hua minggir"
Tiga belas tahun lalu, di rumah besar keluarga Bai.
Seorang anak pria berusia sekitar tiga belas tahun, rambut yang disisir ke samping dan memakai minyak rambut milik papanya yang membuat rambut itu kaku seketika, anak kecil berpakaian necis dengan gaya bak orang dewasa yang gemar berbicara hingga semua orang selalu melihatnya, ia ChiuWang, berdiri di bawah anak tangga rumah besar Bai dimana ia berdiri berhadapan dengan seorang anak kecil berwajah manis dengan rambut ikal coklat yang agak panjang, wajahnya halus dan manis sekali, ada jepitan stroberi kecil menjepit rambut depannya yang sudah agak panjang hingga tidak menganggu pandangannya, ia Yu yang masih berusia lima tahun tapi sudah memiliki wajah yang sangat menarik, mendongak melihat ChiuWang kecil seksama dengan sepasang mata bulat besar berwarna agak terang.
Tangan kecil Wang terus memegang tangan mungil Yu.
"Adik Yu yang manis, kelak kak Wang akan menjaga adik, jadi Yu tidak akan pernah kesepian lagi, biarkan saja tidak ada yang mau main bersama adik Yu nanti kak Wang saja yang main bersama adik yah, ayo, kita janji kelingking, kalau kelak hanya kakak Wang yang boleh menjadi pacar adik" anak kecil itu berbicara dengan suara lantang sambil mengulurkan kelingkingnya.
Yu kecil yang polos mengulurkan tangannya hendak mengikat janji kak Wang kecilnya, tapi seseorang menarik tangannya cepat.
Anak kecil dengan wajah tampan tapi sangat serius itu berdiri di antara Yu dan Wang kecil, ia menarik tangan Yu dan menyembunyinya di belakang tubuhnya.
"Adik Yu sudah menjadi milikku kenapa kak Wang tidak cari yang lain saja!" seru Hua kecil.
"Adik Hua jangan pelit begitu, adik khan juga belum mengikat janji dengan adik Yu, sebagai pria sejati kita harus bisa bertarung dengan adil"
Hua kecil melihat Wang kecil dengan mata tajam, ia lalu membalikkan tubuhnya dan mengulurkan kelingkingnya ke tangan mungil Yu, melingkarkan kelingkingnya ke kelingking kecil Yu.
"Ini, adik Yu jangan lupa yah, sejak saat ini adik Yu adalah milik kak Hua seorang"
Melihat itu Wang melengking.
"Waah itu tidak bisa tadi aku yang mau mengikat janji dengan adik Yu, kenapa adik Hua curang!"
Yu kecil hanya melirik kanan dan kiri melihat dua kakak di depannya bersikap aneh, keduanya lalu bertengkar dan saling berkejaran.
"Adik Hua kau curang!"
"Tidak aku tidak curang, memang begitu jadinya adik Yu memang milik Hua sejak lahir"
Wang kecil berusaha mengejar Hua kecil dan memukulnya.
"Adik Hua! Kita harusnya bertarung secara adil!"
"Tidak bisa kak, adik Yu memang milik Hua, bukan milik kak Wang"
.................
Matahari pagi bersinar dari balik tirai jendela kamar kecil itu, sinarnya langsung mengenai ujung ranjang di mana Yu masih menikmati tidurnya dengan pulas. Seseorang duduk di pinggir ranjangnya, lama melihat wajah imut Yu yang tidur memejamkan matanya rapat, mengangkat tangannya membelai rambut di dahi Yu, dan bangun mengecupnya.
"Cup, Yu ayo bangun, ini sudah mulai siang"
Perlahan Yu membuka matanya, tersenyum melihat orang yang sudah menundukkan kepala melihatnya sangat dekat, Yu mengangkat tangannya merangkul pinggang Hua, yang ternyata semalaman menginap di sana.
"Pagi kak, mau berangkat kerja yah?"
Hua tersenyum, Yu masih melanjutkan tidurnya setelah bertanya padanya.
"Ini hari Sabtu jadi kakak tidak kerja, lupa yah?"
"Hem, enaknya hari libur"
Hua membelai pipi Yu yang halus.
"Yu juga bisa libur khan, bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan, ke mall, atau pantai, atau mungkin keluar kota, em tapi, adik sedang kurang fit jadi lebih baik jangan terlalu banyak berkendara yah, em kita ke mall saja, nonton film yuk"
Yu mengangguk saja, padahal mungkin ia tidak mendengar dengan jelas karena setengah bangun.
"Iyah kak"
Hua menarik tangan Yu.
"Ayolah dik jangan tidur terus, ini sudah jam delapan pagi, bukannya kalian mau buka toko jam sepuluh yah, kau belum makan, kakak sudah pesan bubur seafood yang sebentar lagi akan datang, ayo bangun dan mandi yah"
"Tapi Yu masih mengantuk kak"
Hua terus mengecup kening dan pipi Yu bahkan menjalar hingga lehernya membuat Yu tidak nyaman hingga ia akan bangun.
"Ayolah anak manis, kalau kau tidak bangun kakak akan mencium mu sampai basah yah" Yu berusaha mendorong tubuh Hua menjauh.
"Ahh kakak Hua hentikan"
...............
Siang menjelang sore di mall besar tengah kota, Yu dapat libur setengah hari setiap Sabtu karena SuYang menggantikannya, jadi ia bisa bebas berkencan dengan Hua hari itu.
Hua menggandeng tangan Yu erat sepanjang jalan dalam mall yang mulai ramai. Keduanya asik menikmati sebatang es krim berwarna-warni yang sebentar lagi akan habis di tangan mereka.
Hua mempererat pegangannya saat tiba di kerumunan orang yang tengah menikmati bazar pakaian dan sepatu di bagian tengah mall, hari itu hari yang cukup ramai karena kebetulan di mall besar itu juga sedang ada acara live show promosi lainnya.
"Ayo dik kita cari restoran, kakak sudah mulai lapar nih"
Yu melirik Hua geli, padahal beberapa saat lalu sebelum berangkat Hua sudah menikmati mie buatannya di toko dengan lahap.
"Ayo kak"
Di antara kerumunan, tak jauh di belakang Hua dan Yu, terlihat dua orang mengendap-ngendap, seseorang yang mengarahkan teropong kecil di tangannya ke arah Hua dan Yu, ia ChiuWang yang mengendap diikuti seorang wanita muda di belakangnya, wanita cantik berambut ikal dengan pakaian casual itu sebenarnya agak malu dengan sikap ChiuWang karena beberapa orang melihat ke arah mereka dengan tatapan aneh.
"Eh bos, orang-orang mulai melihat kita seakan kita ini orang yang mencurigakan" bisik wanita itu, ChiuWang mengibaskan tangannya, ia berjalan maju kembali sambil terus fokus pada Hua dan Yu tak jauh di depannya, tidak boleh kehilangan keduanya, pikir Wang.
"Biarkan saja, ini sangat penting La, beruntung kita melihat mereka di jalan kalau tidak aku bisa kecolongan lagi, Hua itu punya wajah yang polos tapi ternyata ia licik sekali, selama ini ia sudah menipuku, benar-benar"
Wanita muda itu, ELa adalah asisten pribadi Wang yang masih harus diseretnya ke sana karena kebetulan mengantarkan dokumen ke tangan bosnya tadi pagi, kebetulan apanya, bosnya sepertinya sengaja mengatur pertemuan di depan toko bunga Mentari karena berniat bertemu Yu sambil mengambil dokumennya, tapi bukannya menemui pemuda itu bosnya malah melihat Hua menggandeng tangan Yu ke arah mobil dan bergegas mengikuti kendaraannya hingga ke sini, bisa saja bosnya ini.
ELa jadi penasaran bagaimana tampang dua teman yang sangat menarik perhatian bosnya ini.
"Bos, bagaimana kalau aku saja yang mengikuti mereka bos, mereka khan tidak mengenaliku, jadi aku bebas mengikuti mereka"
Wang menolehkan kepalanya ke arah ELa, benar juga sih kata asistennya itu, tapi, ini tidak akan jadi menyenangkan karena Wang hanya ingin melihat bagaimana Hua bisa menggoda Yu sampai sedekat itu.
"Sudah kita ikuti saja bersama" bisik Wang lalu melanjutkan pengintaiannya.
...............
Hua dan Yu menikmati makan siang mereka di salah satu restoran yang tidak begitu ramai pengunjung
Dengan wajah berseri-seri Hua menyumpit beberapa potong daging ke dalam mangkuk Yu.
"Ayo dik makan yang banyak, lihat kau semakin kurus begini"
"Terima kasih kak, kak Hua juga makan yang banyak"
Hua tak bisa berhenti tersenyum, diambil tisue dan membersihkan pangkal bibir Yu yang tersisa sedikit saus kecap.
"Ini masih ada sisa"
Wang yang duduk berapa meja di belakang Hua menahan dirinya, mengepalkan tangannya di atas meja melihat dengan mata besar, sementara asistennya mengambil kesempatan memesan makanan yang enak dan cukup mahal di restoran itu.
"Yah bebek kecap satu porsi, em nasi goreng seafood.."
Hua dan Yu terlihat menikmati makan mereka dengan santai dan penuh cinta, siapapun yang melihat keduanya akan tersenyum sendiri seakan bisa melihat cinta bertebaran di sekitarnya.
Wang hanya bisa menggigit serbet dengan gemas.
"Ichhh adik Hua"
###################