"Yu jangan nakal di rumah yah, mama dan papa hanya akan pergi semalam untuk acara amal, Yu khan sedang tidak enak badan jadi tinggal saja di rumah yah" seorang pria berwajah ramah jongkok di depan anak kecil berusia sekitar dua belas tahun, ia Yu kecil, Yu menahan tangan pria yang tak lain adalah papanya saat pria itu hendak berdiri, karena sakit flunya Yu tidak bisa ikut mama dan papanya ke acara makan malam salah seorang rekan bisnis papanya di pulau Yuang, padahal ia sudah lama menantikan perjalanan itu.
"Pa Yu tidak apa-apa besok pagi juga sudah baikan, biarkan Yu ikut yah pa"
Datang seorang wanita cantik dengan wajah lembut mendekati Yu, menurunkan tubuhnya memegang dua tangan anak kecil itu.
"Yu menurut yah, sekarang anak mama yang tampan ini sedang sakit jadi lebih baik istirahat di rumah, lagipula Yu bilang di sekolah sedang ada ujian dadakan, setelah Yu pulang dari sekolah mama dan papa pasti sudah dalam perjalanan pulang, jadi anak baik yah Yu sayang"
Yu berusaha menahan tangan mamanya yang berdiri dan menjauh darinya.
"Ma, pa, jangan tinggalkan Yu sendiri, Yu mohon ma ajak Yu yah, mama" tapi dua orang tuanya itu hanya tersenyum dan melambaikan tangan padanya, perlahan wajah mereka ditutupi asap dan semakin menghilang bersamanya, walau Yu berusaha mendekat dan berteriak tapi sosok dua orang tuanya terus saja menghilang.
"Ma! Pa!" suara teriakan Yu berlanjut bahkan hingga ia membuka matanya tiba-tiba dari mimpi buruknya, napasnya tersengal, dadanya sakit bukan main seperti ada benda berat yang menindihnya hingga sulit bernapas, Yu berusaha mengumpulkan udara di sekitarnya dan menghirupnya cepat, ia berada di atas ranjang, mimpi buruk yang menyita energinya.
"Hoh hoh hoh"
Hua yang baru saja beranjak keluar tadi masuk dengan cepat mendekat.
"Yu, kau mimpi buruk?"
Yu melihat wajah Hua lama, hingga masih terengah-engah ia bangun dan memeluk kak Hua-nya.
"Kak, jangan tinggalkan Yu"
Hua mengelus punggung Yu yang bergetar, membelai rambut belakangnya lembut menenangkannya.
"Heh anak ini siapa yang akan meninggalkanmu, kakak akan selalu di sini walau Yu sudah bosan pada kakak sekalipun"
Yu mempererat pelukannya, merasakan ketenangan saat memeluk tubuh besar Hua yang hangat, tubuh yang memberikan ia kekuatan selama ini, orang yang selalu tersenyum saat ia kewalahan dengan dirinya sendiri, bahkan dalam mimpi Hua selalu mengulurkan tangannya dan menggandengnya erat.
"Heh kak, Yu, bermimpi, Yu, harusnya ikut mama dan papa pergi, tapi, ems karena sakit flu, Yu tidak bisa ikut, kak, harusnya Yu ikut mereka pergi"
Hua mengelus punggung Yu, lalu melepaskan pelukannya dan melihat wajah Yu lama, membersihkan keringat dan airmata yang membasahi pipi Yu.
"Heh karena mama dan papa tahu, kalau waktu Yu masih lama di sini, karena mereka tahu, Yu, harus tetap hidup untuk menemani BaiHua, dan karena mereka sangat menyayangi Yu, hingga sekarang yang bisa Yu lakukan adalah hidup dengan baik tanpa mereka, karena mereka tahu kalau Yu adalah seorang anak yang sangat kuat"
Yu melihat wajah Hua lama, menghapus airmatanya.
"Tapi, kenapa rasanya sakit sekali kak, dada Yu rasanya ingin meledak, selama ini selalu ada yang sakit di sini, ems, kenapa mereka harus pergi begitu cepat kak, mama dan papa bahkan tidak bisa melihat Yu lulus sekolah menengah pertama, harusnya mereka ada di samping Yu kak"
Hua tersenyum, dibelai pipi Yu.
"Ada kakak dan semuanya di sini, Yu tidak akan sendirian, dan mama papa Yu pasti bisa pergi dengan tenang meninggalkan Yu karena tahu Yu berada di tangan yang tepat, heh, jangan terlalu bersedih yah, kakak juga sedih melihat Yu seperti ini"
Yu memeluk Hua kembali erat, ia menangis sebanyak-banyaknya hingga tubuhnya bergetar, Hua mencoba mendongakkan kepalanya menahan airmata yang juga akan turun karena melihat orang yang dicintainya begitu lemah, ia mungkin juga akan ikut meledak karenanya.
"Heh anak cengeng"
..............
Matahari bersinar terang. Beberapa kendaraan mewah sudah diparkir di halaman parkir rumah abu di pusat kota.
Hua mengandeng tangan Yu yang baru saja meletakkan bunga dan berdoa di depan tempat abu dua orang tuanya yang terletak di tengah ruangan. Terlihat BaiXu juga ikut memberi hormat dihari yang sama setiap tahunnya sejak kematian sahabat dekatnya GaoShi dan istrinya dua orang kandung Yu.
Hua mendekati papanya yang baru keluar.
"Pa"
BaiXu menunjuk pada Yu di samping Hua.
"Apa Yu sudah merasa baikan? Wajahnya masih pucat begitu"
Hua menarik Yu mendekat dan merangkulnya.
"Hua akan mengantar Yu pulang untuk istirahat kondisi Yu masih lemah jadi lebih baik istirahat dulu untuk hari ini yah"
BaiXu menepuk pundak Yu.
"Yu jangan terlalu bersedih, kalau papamu melihat Yu sekarang kelak saat berjumpa dengan papamu paman yang akan disalahkan karena tidak mengurus Yu dengan baik"
Yu mengangkat wajahnya melihat senyum lebar di wajah BaiXu, Yu tersenyum.
"He tenang saja paman ini karena Yu tidak enak badan saja, Yu tidak apa-apa kok"
Hua mengacak rambut belakang Yu dengan gemas.
"He tenang saja pa ada Hua yang menjaga Yu, ia tidak akan sempat memikirkan hal buruk, Iyah khan dik"
Yu menggeser tubuh Hua yang sejak tadi menempel padanya, padahal ia sudah bilang kalau flunya bisa saja menularinya.
"Kakak ke sana sedikit"
BaiXu terkekeh, ia sepertinya bisa mengandalkan Hua untuk hal ini.
"Hehehehe sepertinya memang paman saja yang berpikir sendiri, baiklah Hua papa akan ke kantormu, siang ini akan ada rapat manajer lapangan lebih baik kau tidak melarikan diri yah, papa ingin dengar pendapatmu soal proyek kita"
Hua sedikit menarik bibirnya, padahal ia ingin menemani Yu di rumah.
"Pa, Hua khan bilang mau ijin tidak masuk hari ini, papa memang tidak dengar yah tadi"
BaiXu, Hua, Yu dan asisten pribadi BaiXu juga Yi bergerak menuju keluar rumah abu.
"Tidak bisa Hua rapat ini penting, hanya dua jam saja setelah itu kau khan bisa pulang, lagipula kau bisa menganggu Yu istirahat di rumah, Iyah khan Yu"
Yu mengangguk saat BaiXu melirik ke arahnya, Hua segera menutupi pandangan papanya pada Yu.
"Mana ada menganggu, Yu khan sedang sakit tentu saja Hua harus mendampinginya"
BaiXu masuk ke dalam mobilnya sementara Hua masih terus protes.
"Papa"
Yu mencuri tawa, wajah Hua saat itu memang terlihat kesal.
"Ih papa ini"
Yu menggandeng tangan Hua erat.
"Sudahlah kak, ayo kita cepat pulang, kepalaku sudah mulai sakit lagi nih"
Hua menarik tangan Yu ke arah kendaraannya cepat.
"Ayo ayo kita kembali yah Yu"
#############