Su Lenghan memandangi adik perempuannya yang sekarang tampak begitu menyeramkan. Kepalanya berdenyut-denyut, dan dia mengerutkan alisnya yang indah. Cengkeramannya di tangan Su Lengxian semakin erat. "Lengxian, berhenti membuat keributan. Ini kantorku."
Su Lengxian tampaknya tidak bisa menerima kata-kata kakaknya. Pikirannya berantakan, dan dia berteriak, "Kakak, pe*acur mana yang berani menggodamu di kantor?!"
Su Lengxian terus memanggil 'pe*acur' setiap kali dia membuka mulutnya, dan itu membuat wajah Su Lenghan menjadi gelap. "Lengxian, kau adik perempuanku. Jangan berkata kasar. Koran-koran telah meliput berita tentangmu baru-baru ini. Aku mencari kemana-mana, tapi aku masih tidak bisa menemukanmu! Dari mana saja kau? Apakah kau tidak tahu Ibu dan Ayah sangat mengkhawatirkanmu? "
"Huh, mereka mengkhawatirkan aku? Mereka hanya berharap mereka tidak memiliki anak perempuan sepertiku!" Su Lengxian menangis kencang. Dia merasa seolah-olah hatinya terbakar, dan dia tidak bisa melepaskan amarahnya.
"Omong kosong! Ibu dan Ayah hanya mengatakan itu karena marah. Bagaimana mungkin mereka tidak mengkhawatirkanmu? Jika mereka tidak khawatir, mengapa mereka memanjakanmu selama dua puluh tahun terakhir?" Su Lenghan menatap Su Lengxian dengan saksama — apa yang terjadi pada adik perempuannya yang dulu begitu cantik dan patuh?
Su Lengxian mengangkat kepalanya dan melihat ekspresi kemarahan kakak laki-lakinya. Hatinya mengerut. "Kakak, kau tidak pernah memarahiku dulu. Apakah itu karena aku melakukan sesuatu yang salah? Aku tidak tahu apa yang terjadi hari itu di Luxury Emperor. Itu bukan salahku! Itu adalah para wartawan itu — mereka melakukannya dengan sengaja! Kakak, tidak bisakah kau membalaskan dendamku?" Pada saat ini, Su Lengxian lupa tujuan dia datang ke sini.
"Lengxian, tidak bisakah kau mengakui kalau kau melakukan sesuatu yang salah? Kau tenang saja, dan aku akan menutupi semuanya untukmu. Tidak masalah ketika rumornya mereda."
"Aku tidak mau, Kakak. Kau kakakku, dan kau harus membalas dendamku!" Pekik Su Lengxian.
Ketika Su Lengxian memasuki kantor dan mulai memanggil namanya, Meng Xinyan sudah bangun. Ada sedikit kemarahan muncul di matanya, dan dia sangat tidak senang dengan adik perempuan Su Lenghan.
Setelah merenung sebentar, sudut bibir Meng Xinyan melengkung menjadi senyuman. Dia mengenakan pakaiannya, dengan sengaja mengungkapkan tanda-tanda yang tercetak di lehernya dari tindakan gairah mereka — dia tampak sepenuhnya acak-acakan.
Dia perlahan membuka pintu dan bertindak seolah-olah dia baru saja bangun. Dia dengan hati-hati bertanya, "Lengxian? Apakah itu kau? Kau kembali! Kau tidak tahu betapa khawatirnya kakak laki-lakimu karena dirimu. Dia belum istirahat dengan baik." Dengan itu, dia bergegas maju dan memegang tangan Su Lengxian dengan penuh kasih sayang.
Su Lengxian langsung menghempaskan tangannya, matanya membelalak tak percaya. "Kau-kau … Kau dan Kakak?" Pada saat itu, dia mengingat adegan yang telah dia saksikan hari itu. Tanda merah di leher Meng Xinyan menyengat matanya, dan dia merasa sangat tertekan.
Meng Xinyan benar-benar licik! "Kakak, dia pasti menggodamu! Pe*acur tidak tahu malu, betapa tak tahu malu …."
'Plak!' Tepat saat Su Lengxian menyelesaikan kata-katanya, Su Lenghan menamparnya.
Su Lengxian tidak percaya ini. "Kakak, apa kau baru saja memukulku? Kau memukulku hanya karena orang seperti dia?" Dengan itu, air mata mulai mengalir di wajah Su Lengxian. Kakaknya telah memanjakannya sejak ia kecil, dan dia selalu percaya bahwa kakak laki-lakinya adalah miliknya. Dia tidak pernah berpikir bahwa dia akhirnya akan direnggut oleh Meng Xinyan dan akan memukul seseorang untuknya.
Ini adalah kebenaran yang tidak bisa dia terima dengan sukarela.
Merasa kesal dan kecewa, Su Lenghan berkata, "Lengxian, lihatlah bagaimana jadinya kau. Apa kau masih gadis yang sama cantik dan patuh dari sebelumnya? Xinyan adalah saudara iparmu kelak, jadi bagaimana kau bisa begitu bodoh? Apakah ajaran Ibu dan Ayah selama bertahun-tahun menjadi sia-sia? "