Hari ini Rivan memiliki jadwal untuk bertemu klien di kampung kuliner, Rivan bukanlah atasan yang suka jika harus bertemu dengan klien seperti ini ia melakukan semua ini karena tuntutan dari sang papa.
Beberapa berkas yang sudah di siapkan Andi langsung Rivan bawa kedalam ruangan, tidak tahu mengapa Andi datang sedikit terlambat mungkin saja Andi sedang berurusan dengan istrinya.
Seharusnya di usia Rivan saat ini ia sudah menikah dan memiliki anak tetapi itu semua tidak Rivan lakukan karena ada sesuatu hal yang orang lain tidak ketahui tentang dirinya.
Ketika Rivan sudah sampai di ruangan yang sudah dipesan oleh Andi Rivan langsung masuk dan terlihat jika klien yang akan ditemuinya belum datang.
"Tidak on time," Ucap Rivan kesal
Rivan tidak suka jika seseorang atau klien yang akan bertemu dengannya tidak pernah tepat waktu, Apakah mereka tidak paham jika waktu adalah uang. Rivan akan memberi sanksi kepada kliennya kali ini karena tidak tepat waktu
Untuk mendisiplinkan diri sendiri saja mereka tidak bisa apalagi harus mendisiplinkan sebuah perusahaan dimana ada pegawai yang bergantung kepada atasan dan jika atasannya sudah tidak baik maka bawahannya akan meniru atasannya.
Rivan keluar dari ruangan untuk melihat-lihat sekitar, dan ia menemukan sosok gadis itu lagi. Gadis manis yang beberapa kali ia temui, Rivan melihat jika gadis itu sedang bersama cowok seusianya.
"Wajar bukan jika gadis itu memiliki kekasih." Pikirnya yang langsung memalingkan wajah
Selama pertemuan Rivan tidak fokus karena pikirannya hanya tertuju pada gadis itu. Rivan bersyukur karena Andi dapat menghendle semuanya dan sesuai dengan perkataannya tadi, ia memberi sanksi kepada kliennya dengan tidak menjalankan kerja sama ini. Rivan sudah siap akan kemarahan ayahnya kerena sudah membatalkan kerja sama yang telah diatur oleh ayahnya.
Rivan tidak peduli karena dia hanya berpedoman pada kata-kata Time is money, jadi jangan pernah buang-buang waktu dengan hal yang tidak jelas. Rivan bukanlah seseorang yang bisa menerima alasan apapun tentang terlambatnya seseorang karena ia sadar jika setiap alasan yang diberikan kepada kita adalah awal dari sebuah kebohongan.
Rivan mencoba melihat dimana gadis itu duduk dengan temannya, ia hanya memastikan apakah gadis itu masih duduk disana. Ternyata gadis itu masih disana bersama temannya hanya saja sekarang bertambah satu gadis lagi, teman gadis itu putih, tinggi dan lebih feminim dari pada gadisnya.
Mengapa ia mengatakan kalau gadis yang sejak tadi diperhatikannya sebagai gadis miliknya?, sepertinya ada yang salah dalam diri Rivan karena beranggapan kalau gadis yang duduk disana adalah miliknya.
"Andi setelah ini tolong kamu urus kantor! Saya ada perlu keluar." Perintah Rivan pada Andi
"Anak bos gini banget ya." Sindir Andi
"Itu hak saya mau melakukan apapun, kamu hanya perlu mengurus beberapa berkas dan bukan urusan pribadi saya." Jelas Rivan mengingatkan
Walaupun Rivan dan Andi adalah teman Rivan tidak ingin jika Andi ikut campur dengan urusan pribadinya. Selama ini hanya Andi yang tahu apa yang ia sukai dan apa yang tidak ia sukai, Andi sebenarnya bukanlah sekretaris Rivan, dia hanya menggantikan posisi seseorang yang pergi meningglkannya.
"Pesan gue jangan jatuh untuk kedua kalinya." Ujar Andi meninggalkan Rivan
Rivan masih memandangi gadis itu dari kejauhan, ada keraguan dalam dirinya ketika ingin menghampiri gadis itu, tetapi ada persaan tidak suka pada dirinya ketika melihat tatapan yang diberikan oleh teman gadis itu. Tanpa pikir panjang Rivan langsung menghampiri mereka dan duduk disamping gadis yang sejak tadi ia lihat dari kejauhan. Gadis itu melihat Rivan dan tersenyum, untuk menghargai gadisnya Rivan membalas senyuman gadis itu.
Rivan pikir gadis itu akan cuek seperti sebelumnya jika mereka bertemu, tetapi kali ini gadis itu membalas senyumnya. Sedikit ada kemajuan antara Rivan dan juga gadis itu untuk mengenal lebih dekat lagi.
Rivan dapat melihat teman dari gadis yang duduk disampingnya saat ini kagum padanya tetapi dia juga mencurigai dirinya. Wajar saja kalau anak-anak seusia mereka terlalu waspada karena banyak orang diluar sana yang memanfaatkan anak-anak seusia mereka.
Rivan dapat melihat jika dua orang yng duduk didepannya sedang saling tatap menatap untuk mencari jawaban. "Dasar bodoh bukannya bertanya." Batin Rivan
Ketika Rivan memandang gadis disampingnya tiba-tiba saja salah satu dari teman gadis itu bertanya. "Sya siapa?" Tanya teman gadisnya yang sejak tadi memandangi Rivan.
Rivan yakin jika gadis disampingnya tidak bisa menjawab karena selama ini mereka tidak pernah berkenalan. Tenang saja hanya dia yang tidak mengenalnya karena Rivan mengenal dia bahkan Rivan tahu dimana alamat rumah gadis itu.
Rivan berinisiatif memperkenalkan dirinya sendiri karena tak ingin membuat gadisnya panik. "Perkenalkan nama saya Alexander Thanasrivan, saya seorang pegawai swasta." Jelas Rivan
Sudah Rivan duga jika teman dari gadisnya penasaran dengan dirinya, bahkan teman dari gadisnya itu mengatakan kalau namanya bukan seperti orang Indonesia.
Bukan hanya sekali orang-orang mengira kalau namanya bukan seperti orang Indonesi. Bahkan diantara mereka mengira kalau dirinya bukanlah orang Indonesia. Di saat pertama kali masuk kerja mereka semua berpikir kalau dirinya orang luar negeri yang akan bekerja di perusahaan papanya.
Setelah ini Rivan akan jujur dengan gadisnya kalau ia bukanlah pegawai swasta walaupun sebenarnya ia masih menjabat sebagai pegawai tetapi sering banget di suruh meeting oleh papanya.
Rivan melihat anak cowok itu sedang menelepon seseorang dan matanya menatap Rivan tajam seolah-olah ia pernah berbuat salah kepada anak cowok yang berada didepannya. Jika bukan anak kecil sudah Rivan basmi dia.
Rivan mengabaikan teman dan juga anak cowok itu yang semakin tajam menatap dirinya, sepertinya Rivan akan menjahili anak cowok itu.
"Tasya." Panggilnya yang membuat Natasya langsung menatapnya
"Iya mas." Jawab Natasya
"Kamu jangan panggil saya mas, saya nggak suka. Lagian saya juga tidak tua-tua banget," Ucap Rivan dengan pura-pura merapikan rambutnya. Sebenarnya Rivan tidak pura-pura memang rambut Tasya sedikit berantakan. Rivan melakukan itu untuk memancing emosi anak cowok yang duduk didepannya, ia igin tahu bagaimana reaksinya.
"Kalau bukan Mas saya harus panggil apa? Saya juga diajarkan oleh kakak sepupu saya kalau berjumpa dengan orang sebaiknya panggil mas atau mbak," Jelas Natasya.
"Kamu juga salah Sya, kamu terlalu mengikuti ajaran sepupu kamu." Sambung temannya Tasya
"Kamu siapa namanya?" Tanya Rivan basa-basi
"Ah saya om, kalau saya namanya Sisil." Jawabnya yang membuat Rivan emosi.
"Dia ngelarang Tasya memanggil dirinya Mas tetapi dia sendiri manggil dirinya dengan sebutan Om," Monolog Rivan dalam hati.
"Hahaha... Kamu sama aja sil, masih lumayan aku manggilnya Mas dari pada kamu manggilnya Om kan lebih tua lagi." Tawa Tasya puas
"Om tangannya dong jangan modus." Ucap anak cowok itu.
"Modus? Maksud kamu apa?" Tanya Rivan bingung.
"Itu tangan Om tadi kan pegang-pegang teman saya." Jelas anak itu.
"Saya tidak pegang-pegang teman kamu, saya hanya merapikan rambutnya yang berantakan." Ujar Rivan beralasan
Rivan tidak salah karena ia hanya merapikan rambut Natasya yang berantakan, dan ia sengaja untuk memancing emosi dari temannya Natasya.
"Alasan aja Om." Ucapnya tidak terima
"Kalau kamu tidak percaya kamu bisa bertanya pada Sisil dan juga Natasya secara langsung kalau saya hanya merapikan rambutnya." Jelas Rivan membela diri.
"Sya, Lo nggak di apa-apain kan sama Om om itu." Tanyanya dengan memutar-mutarkan badan Tasya
"Lebay amat sih Al, amat aja nggak pernah selebay Lo." Jawab Sisil yang tidak suka dengan sikap Alfi
Kali ini Rivan setuju dengan Sisil, benar katanya kalau Alfi itu terlalu lebay. Mungkin orang lain akan melihatnya perhatian dan tidak ingin temannya di ganggu, tapi menurutnya itu adalah rasa cemburu yang Alfi perlihatkan secara langsung didepan Natasya dan juga dirinya. Rivan cowok dan ia tahu apa yang sedang dirasakan oleh anak itu jika pujaannya di pegang oleh pria lain.
"Diam Lo Sil nggak usah ikut campur." Ujar Alfi melarang Sisil berbicara
"I am oke Alfi, Mas Rivan tadi cuma ngerapikan rambutku yang berantakan." Ujar Natasya yang dari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan antara Sisil dan Alfi
"Maafkan Alfi ya Mas, udah berburuk sangka sama Mas Rivan." Ucap Natasya meminta maaf
Ingin rasanya Rivan berkata pada Tasya 'kamu itu gak perlu minta maaf karena bukan kamu yang salah.' Tetapi apa daya yang terucap dari mulutnya juga berbeda "iya tidak masalah, wajar kalau teman kamu marah karena saya dan dia belum pernah bertemu dan dia meletakkan kecurigaan kepada saya."
"Bukan hanya Alfi yang akan curiga terhadap anda saya juga curiga dengan anda." Ucap anak cowok yang tiba-tiba saja datang menemui mereka.