webnovel

Mencari Celah

Benar-benar seorang teman yang baik karena mereka menjaga Natasya dengan baik, tetapi Natasya tidak suka cara mereka menjaga dirinya yang terlalu over seperti ini, dan mereka harusnya tahu jika Natasya sudah mengenal Rivan terlebih dahulu.

Di motor Raka hanya diam saja, ia tidak berbicara sedikit pun dengan Natasya begitu juga Alfi yang mengendarai moor tepat di samping Raka dan Natasya, ia tidak berbicara juga dengan Natasya. Biasanya mereka akan menggoda dirinya atau tidak mereka akan menjahilinya, tidak seperti saat ini mereka berdua hanya mendiamkan dirinya saja seperti belanjaan ibu-ibu yang baru balik dari pasar.

Natasya ingin memulai pembicaraan tetapi ia takut dengan aura mereka berdua yang sepertinya sudah siap menurunkan dirinya di jalan jika ia membuat salah satu diantara mereka terganggu.

1 jam perjalanan dari kampung kuliner kerumahnya, dan selama 1 jam full Natasya hanya diam tanpa ingin berbicara dengan mereka. Bahkan Natasya tadi ingin meminta Raka untuk berhenti di dekat rumah Ambar demi bakso aci, tetapi hal itu ia urungkan karena tidak ingin membuat kedua temannya semakin marah.

Ketika sampai rumah Natasya wajah Raka dan Alfi masih belum berubah, wajah mereka masih datar dan tidak ada senyum sedikit i wajah mereka berdua. Mereka berdua menjumpai orangtua Natasya dan ia tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, karena Natasya tidak berani masuk kedalam rumahnya sendiri.

Hingga sang Ayah memanggil dirinya, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain masuk kedalam dan bergabung dengan yang lainnya. Natasya dapat melihat jika tatapan Alfi dan Raka sangat tajam, mungkin jika ada daun yang lewat di depan mereka berdua dapat dipastikan daun itu akan terbelah menjadi dua.

"Kamu bertemu dengan siapa?" Tanya ayah yang ikut menatap Natasya.

Sepertinya hari ini adalah hari tersial bagi Natasya karena dalam kurun waktu kurang dari satu hari ia sudah dimarahi oleh empat orang. "Itu tadi temen Tasya, Yah!" Jawab Natasya sejujurnya.

"Kenapa Alfi dan Raka bilang kalau kamu berteman dengan Om om?" Sambung ayah Natasya.

"Ayah kita kalau berteman itu gak boleh Mandang umur, aku terima kuliah di swasta juga masukan dari Mas Rivan. Mas Rivan bilang dimana pun kuliahnya kalau kamu mampu kamu pasti bisa jadi orang dan belum tentu kalau aku kuliah di negeri juga bakal jadi orang sukses," ucap Natasya menjelaskan dengan menatap dua orang biang onar dari masalah ini.

Kali ini Raka dan Alfi tidak bisa berkomentar setelah ia mengatakan kalau Mas Rivan yang merayunya agar dirinya mau kuliah di swasta.

Natasya dapat melihat kalau Alfi dan Raka hanya saling tatap tanpa tahu harus berbicara apa, tetapi dasar si Alfi mulutnya lemes banget kaya cewek tetap saja ada yang di bahas olehnya.

"Terus kenapa tadi tangan Om itu modus pegang-pegang pipi kamu!!" Sambung Alfi yang membuat ayah Natasya menatap putrinya meminta penjelesan atas ucapan Alfi

"Ayah jangan lihat Tasya seperti itu," ucap Natasya menenangkan ayahnya

"Tadi Mas Rivan itu lagi ngerapikan rambut aku yang berantakan dan mengganggu makanku, Sisil juga lihat kalau Mas Rivan cuma merapikan rambut tanpa modus seperti yang di bilang Alfi," Jelasnya dengan melirik Alfi yang masih berusaha untuk membela diri tapi ditahan oleh Raka.

Natasya cukup jengah dengan ulah Alfi dan Raka pada hari ini, hari ini mereka berdua selalu mencari kesalahan Natasya. Mereka seperti menunggu momen dimana dirinya akan dimarah dan mereka berdua hanya jadi pemanas dan penonton saja. Jika orangtuanya sudah marah maka dirinya akan menjadi anak rumahan dan tidak bisa keluar kemana pun, mungkin untuk berangkat ke kampus nanti akan selalu di telpon setiap saat, hal itu akan mereka lakukan agar putri mereka dalam pantauan walaupun sedang berada jauh.

"Mau ngadu apalagi sama ayah sama ibu?" Tanyanya pada mereka berdua.

"Kamu juga Raka tumben banget kamu kasar sama aku, kamu tarik tangan aku sampai merah." Ucap Natasya dengan menunjukkan hasil perbuatan Raka. "Dan kamu Alfi jangan dibiasakan jadi cowok bar-bar ditempat umum. Aku nggak malu hanya saja aku nggak mau kamu di cap jelek sama orang-orang," sambung Natasya yang mendekati Alfi

Setelah mengatakan itu semua Natasya undur diri pada Ayahnya untuk kembali ke kamar, masa bodoh dengan Alfi dan Raka, Natasya tidak peduli dengan mereka berdua karena mereka berdua sudah membuat dirinya disidang oleh kedua orangtuanya. Jadi untuk kali ini ia tidak mau pusing dengan kedua sahabatnya.

Sepertinya Natasya akan marah dengan mereka berdua untuk beberapa hari, ia melakukan itu agra Alfi dan Raka sadar kalu dirinya bukan anak kecil yang harus diawasin terus. Ia sudah menginjak usia remaja dimana ia dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

Natasya merebahkan tubuhnya dan meletakkan tasnya di sembarang tempat, hari ini ia cukup lelah jadi ia langsung terlelap tanpa mengganti pakaian ataupun mencuci wajah dan tangannya.

Tidak terasa, waktu cepat berlalu dan saat ini sudah maghrib. Natasya masih terlelap dalam tidurnya, sang ibu yang merasa jika putrinya masih tidur segera menuju kamar sang putri untuk membangunkannya. "Sya bangun sudah jam setengah tujuh itu!" Ucap ibunya dari luar kamar.

Natasya masih tidak memperdulikan panggilan sang ibu, ia lebih memilih melanjutkan tidurnya tetapi tidak bisa karena ulah adiknya yang menggedor pintu kamarnya dengan keras.

"Kebo bangun udah mau Maghrib itu," Teriaknya masih dengan menggedor pintu kamar Natasya.

Natasya terpaksa bangun, ia juga tidak bisa melanjutkan kalau adiknya masih mengganggu dirinya dilur kamar. Natasya bergegas untuk mandi dan melaksanakan sholat maghrib, ia terkadang masih sering meninggalkan sholat hanya karena malas.

Selesai mandi dan sholat Natasya dan keluarganya berkumpul diruang makan untuk makan malam bersama. Tidak ada pembahasan yang aneh karena Ayah dan Ibunya tidak banyak bicara tentang Mas Rivan, orangtua Natasya sangat terbuka dalam pertemanan, mereka tidak melarang purtrinya untuk berteman dengan om-om ataupun seseorang yang berbeda agama. Orangtuanya masih menerima selama tidak membuat putri mereka salah jalan dan menjerumus pada hal-ha yang negatif.

"Kak minta uang," Pinta adik Natasya setelah selesai makan.

"Minta uang untuk apa?" Tanya Natasya heran.

"Mau beli mainan, tadi udah minta sama Ayah nggak di kasih minta sama Ibu bukannya di kasih eh akunya dimarahi," Jelasnya yang membuat Natasya tertawa.

Jelas saja sang adik dimarah, dia meminta uang untuk membeli mainan bukan makanan atau jajanan yang lain. Inilah adiknya Natasya yang irit bicara hanya suka dengan mainan sampai-sampai rumahnya penuh dengan mainan adiknya semua.

Natasya memberi dua ribu kepada sang adik, tidak baik jika adiknya dikasih uang telalu banyak karena pada akhirnya semuanya akan berubah menjadi mainan. Lagi pula dirinya belum menghasilkan uang, jadi ia tidak boleh boros.

Natasya kembali ke kamarnya untuk mencari handphone miliknya, karena sejak bangun tidur dirinya belum ada menyentuh handphone. Natasya membongkar isi tasnya dan ia menemukan benda aneh seperti KTP tetapi itu bukan sebuah KTP. Ia penasaran dan karena ia tidak tahu maka ia bertanya pada sang Ayah. "Ayah ini apa?"

"Ini itu kartu nama sayang," katanya dengan memukul bahu Natasya.

"Kartu nama yang seperti di televisi, itu?" Tanyanya memastikan.

"Iya kak, udah mau kuliah kartu nama saja tidak tahu," sambung ibunya

"Wajar Bu kalau Tasya nggak tahu, Tasya kan baru pertama lihat kaya gini," ucap Natasya membela diri

"Ayah itu ada namanya, kan? Itu siapa Yah namanya?" Tanya Natasya lagi.

"Alesa...ander anasrivan, ini nama atau apa kok susah banget," ucap sang ayah yang susah menyebutkan nama sang pemilik kartu itu.

"Alexander Thanasrivan Ayah bukan Alesa," sambung Natasya mengoreksi ucapan ayahnya.

Natasya sadar ternyata kartu nama yang ada di dalam tasnya mili Mas Rivan, ia langsung mengambil kembali kartu nama milik Mas Rivan dan tidak lupa pula ia membacanya. Natasya merasa heran, bagaimana kartu namanya Mas Rivan ada dalam tas miliknya?