webnovel

Jangan Marah

Pagi ini Natasya bangun telat karena setelah sholat ia tidur lagi, orangtuanya tidak marah karena mereka sudah terbiasa dengan kebiasaan putrimereka jika libur sekolah.

Tenang saja walaupun ia bangun telat ia tahu kok apa kewajibannya sebagai seorang anak jika libur sekolah.

"Alhamdulillah akhirnya aku selesai mencuci baju, tidak hanya bajuku saja melainkan baju satu rumah dan selama aku libur aku yang melakukan pekerjaan ini. Aku tidak pernah mengeluh jika pakaian yang aku cuci banyak karena aku tahu pekerjaan ibuku lebih berat daripada ini."

Setelah menyelesaikan mencuci baju Natasya langsung menyapu rumah dan merapikan pakaian yang akan ia setrika. Sebenarnya tidak banyak pakaian yang akan ia setrika hanya saja membuat pakaian lebih rapi itu lebih baik daripada berantakan dilemari.

Pukul 11 siang Natasya telah menyelesaikan semuanya. Ia segera mandi karena tubuhnya sangat lengket karena keringat yang membanjiri tubuhnya.

Yang masih menjadi pertanyan dikalanagn cewek adalah, mengapa cewek kalau ingin mandi ngumpulin niatnya itu berjam-jam? Seperti Natasya saat ini yang lebih memilih rebahan dibandingkan mandi padahal tadi sudah niat akan mandi karena tubuhnya lengket tetapi tidak jadi karena tubuhnya menempel pada tempat tidur.

Sudah pukul 1 siang dan ia masih belum mandi, lagian kalau mandi ia pun bingung mau ngapain setelah itu. Ingin keluar motornya masih dibawa Raka, kalau dirumah saja tidak asik.

Natasya masih kepikiran dengan sikap Alfi yang masih marah padanya, walaupun Raka bilang untuk mengabaikannya ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Ketahuilah ia dan Alfi sudah berteman sejak kelas 1 SMA kurang lebih sudah tiga tahun dan mereka tidak pernah bertengkar seperti ini, jika bertengkar biasanya akan cepat baikan.

Pesan yang ia kirimkan pada Alfi juga belum mendapatkan balasan, ketika di telpon Alfi juga tidak menjawabnya. "Apa terlalu fatal kesalahannya sehingga membuat Alfi semarah ini padanya? Ahh pusing mikirin Alfi yang marah padaku," Batin Natasya meratapi.

Akhirnya setelah 2 jam lebih berperang dengan dirinya sendiri tentang mandi Natasya bisa mengalahkan rasa malasnya karena saat ini ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk mandi. Dan ia yakin setelah sampai kamar mandi ia juga tidak akan langsung mandi melainkan akan melamun ataupun duduk tidak jelas di dalam kamar mandi.

Selesai mandi ia langsung mengecek handphonenya dan benar saja ada panggilan tidak terjawab dari Raka. Ia langsung menghubungi Raka kembali untuk bertanya ada apa ia menelpon dirinya.

Dering pertama tidak ada jawaban dari Raka hingga dering ke lima yang menjawab operator. Natasya masih mencoba untuk menghubunginya, lelah itu yang dirasakan oleh Natasya ketika panggilannya tidak mendapatkan jawaban dari Raka, seolah-olah Raka sengaja mengabaikan panggilannya.

Karena masih penasaran dengan Raka yang beberapa kali menelpon dan tidak ia angkat panggilannya membuatnya berinisiatif untuk menghubungi Alfi mana tahu dia akan menjawab panggilannya.

Sama seperti Raka karena di dering pertama tidak langsung di dijawabnya hingga deringan ketiga Alfi menjawab panggilan dari Natasya.

"Assalamualaikum," Ucapnya dari seberang telepon.

"Wa'alaikumsalam, Alfi kamu lagi sama Raka atau nggak?" Tanya Natasya.

"Iya ini gue sama Raka mau kerumah Lo mulangin motor," Jawabnya cuek, sepertinya Alfi masih marah terhadap Natasya. Setelah mengatakan kalau ia dan Raka menuju kerumahnya ia langsung memutuskan panggilan.

Natasya berharap semoga Alfi tidak butuh waktu lama untuk bisa menerima jika ia tidak bisa satu kampus dengannya. Tidak lama setelah panggilan tadi adiknya Natasya berteriak dari teras rumah.

"Kak kawanmu datang." Setelah berteriak adiknya pergi menghilang untuk bermain bersama teman-temannya.

Natasya bergegas keluar kamar untuk menemui Raka dan Alfi, ia yakin pasti akan disuguhi wajah juteknya Alfi yang masih marah padanya.

"Assalamualaikum," Ucap Raka dan Alfi yang langsung duduk di teras rumah Natasya.

"Wa'alaikumsalam, mau minum apa?" Ujar Natasya bertanya.

"Kalau ada es boleh tuh, tapi Es teh manis ya Sya," Pinta Raka. Natasya tahu sebenarnya yang menginginkan Es teh manis ini bukan Raka melainkan Alfi.

Natasya tidak ingin ambil pusing, ia segera membuatkan mereka teh manis dingin, dan juga menyediakan beberapa cemilan yang dibuat oleh ibunya sebagai pendamping minuman yang disuguhkan.

Di setiap obrolan ia dan Raka, Alfi tidak ikut menimpali berbeda sekali dengan Alfi yang ia kenal. Bahkan Alfi sengaja menjauhinya ketika ia ingin duduk disamping Alfi.

"Jijik gue lihat Lu kaya gini!" Ucap Raka yang memukul kepala Alfi.

"Lah salah gue apaan? Kok Lo enak banget main geplak kepala orang," Tanya Alfi emosi "Di fitraih ni kepala gue jangan sembarangan ngegeplak kepala orang," Sambungnya kesal.

"Ia di Fitraih tapi bodoh," Ujar Raka sarkas.

"Jangan sampai Raka dan Alfi berkelahi dirumah ku, aku tidak ingin Ayah dan Ibu tahu dan akan marah kepada mereka berdua," Batin Natasya panik yang melihat pertengkaran antara dua sahabatnya.

"Maksud Lo apaan!" Teriak Alfi tidak terima dikatatain bodoh oleh Raka.

"Itu hak Natasya mau kuliah dimana, jangan karena Lu dia jadi pembangkang," Lanjut Raka.

"Lagian dia cewek nggak baik juga kuliah jauh-jauh," Sambung Raka.

Raka mampu membungkam ucapan Alfi selanjutnya karena beberapa ucapan Raka memang banyak benarnya sehingga Alfi tidak bisa menolak permintaan Raka. Raka merupakan teman yang paling irit bicara tetapi jika ia sudah berbicara maka apa yang kami ucapkan tidak ada gunanya.

"Gue juga nggak ingin dia jadi pembangkang hanya saja gue kecewa kenapa dia nggak bilang dari awal kalau ingin kuliah di swasta," Ucap Alfi menjelaskan alasan dia marah padanya.

"Natasya saja baru tahu kalau dia harus kuliah di swasta, masa iya dia harus buat laporan ke elu, emang lu siapa? Pacarnya Natasya?" Ujar Raka.

Setelah beberapa pembicaan yang panjang tentang kuliahnya pada akhirnya Alfi bisa menerima jika dirinya tidak bisa satu kampus dengan Alfi. Dia juga memberi Natasya dukungan dan juga meminta maaf karena kemarin Alfi sudah salah paham dan juga marah-marah tidak jelas kepada dirinya.

Mereka berdua pulang setelah pembicaraan tadi dengan mengendarai motornya Raka, dan pada akhirnya motor kesayangan Natasya kembali, walaupun sebelum kembali harus ada drama terlebih dahulu tetapi ia tetap senang.

Setelah makan malam dengan keluarganya, Natasya dan keluarganya melakukan hal seperti biasa yaitu duduk diruang tamu dan berbincang tentang kegiatan kami satu sama lain. Malam ini sepertinya ia yang menjadi target utama Ayah dan Ibunya.

Natasya sudah menyiapkan dirinya jika Ayah akan bertanya apakah ia menerima kuliah di swasta atau ia tidak akan kuliah, dan sudah pasti jawabannya ia akan menerima kuliah itu tetapi ia ingin menunggu apakah ada kejutan yang disediakan oleh Ayahnya.

"Kak bagaimana?" Tanyanya tanpa Natasya tahu maksud dari pertanyaan Ayahnya.

"Maksud Ayah apa? Kalau bertanya yang jelas dong Yah."

"Mau nggak kuliah di swasta?, Kalau mau besok daftar sama ibu mu."

Natasya pikir ada imbalan yang akan diberikan oleh orangtuanya, biasanya mereka akan memberikan imbalan sebagai permintaan maaf karena tidak bisa menuruti permintaan anak mereka, tetapi kali ini tidak ada imbalan yang akan diterima oleh Natasya.

"Kalau di swasta Kakak bolehkan bawa motor sendiri?" Pinta Natasya pada Ayahnya.

"Naik angkot aja ya kak!!" Sambung ibunya.

"Ya Ibu, masa kuliah di swasta gak boleh bawa motor sendiri," Ujarnya cemberut.

"Nanti kakak capek, pulang kerja harus kuliah," Ucap ayahnya yang membuat Natasya bingung. Maksud dari kerja itu apa?

"Kerja? Kakak aja belum dapat kerjaan yah. Mau kerja dimana? Apalagi sambil kuliah? Emang ada orang kerja sambil kuliah?" Tanya Natasya beruntun.