webnovel

8

8√

Begitu Elsa turun dari moge alias motor gede milik Vian, dia melepaskan helmnya dan memberikan pada cowok yang masih duduk di moge itu.

Beberapa siswa siswi yang kebetulan berada di parkiran, berbisik bisik tentang Elsa dan Vian.

"Gue kira selera Vian itu yang baik baik"

"Iya, mukanya aja kalem banget. Ngga taunya suka sama yang bohay gini juga"

"Tergantung siapa yang menggoda sih"

"Penampilan yang kayak begonoh, emangnya siapa yang nolak"

"Ya Tuhan, Elsa makin hari makin cakep aja"

"Yoi, makin seksihh lagi"

"Kalo aja gue punya banyak uang, gue bawa deh dia satu malem aja"

Elsa tak acuh mendengar semua bisikan negatif maupun pujian itu. Terlalu sering dia mendengarkan hal seperti itu, hingga telinganya selalu terbiasa.

Saat ingin melangkah meninggalkan area parkir, dia mendengar teriakan seseorang yang sangat tak asing di telinganya.

"Kalau lo ngga mau mati, jaga ucapan lo" ucapan Vian dengan tegas mampu membuat cowok cowok itu sulit menelan ludahnya.

Cowok yang baru saja Vian peringati itu, mendekati Vian dengan wajah menantangnya.

"Kenapa? Lo ngga suka?" cowok bername tag Jerry itu mendorong bahu Vian "Lo juga macarin Elsa karena itu kan!" bukan sebuah pertanyaan tapi pernyataan.

Dan hal itu mampu membuat amarah Vian semakin naik ke ubun ubun. Tanpa aba-aba, di tonjoknya wajah Jerry dengan kasar dua kali tanpa memberi jeda.

Elsa terkejut dengan aksi Vian, ia tidak menyangka jika pria itu akan membuatnya jadi perhatian anak Aruma.

Ditariknya tangan Vian ketika cowok itu ingin melayangkan tangannya untuk ketiga kalinya ke wajah Jerry.

"Udah, gue ngga papa"

Vian menarik tangan Elsa keluar dari kerumunan orang-orang yang mengelilingi mereka. Langkahnya membawanya ke taman belakang sekolah.

Diam diam Elsa tersenyum menatap wajah Vian yang masih menyimpan amarahnya. Tanpa hitungan detik ia mencium pipi cowok itu.

Vian memijit pelipisnya, heran bagaimana cara cewek di sampingnya ini masih bisa bersikap agresif setelah cemoohan dari Jerry saat di parkiran tadi yang menurutnya sangat tidak layak di dengar.

"Thanks atas pembelaan lo tadi. Seharusnya lo ngga usah ngelakuin itu. Gue udah biasa denger kayak gitu"

"Em"

"Udah yuk, ke kelas" ajak Elsa. Vian menganggukan kepalanya, Segera berjalan disamping Elsa untuk mengantar cewek itu lebih dulu ke kelasnya.

Sesampainya di depan pintu kelas XII IPA 2, Vian memberi kode kepada tiga temannya untuk keluar dari kelas. Ketiga orang yang dipanggil itu segera menyandang tasnya di bahu.

"Kemana?" tanya Rendy. Vian menoleh ke arah teman temannya yang melangkah di belakangnya.

"Ke apartement lo aja ya Vin?" jawab Vian.

"Lah, gue kan tinggal sama orang tua. Yang tinggal di apartement kan Kevin"

"Emang tadi Al itu ngomong sama Kevin goblok, pede anjing lo" Vino meringis mendapat toyoran di kepalanya dari Rendy.

"Mana gue tempe, orang dia ngomongnya 'Vin'."

"Lo pikun atau gimana? Kapan kita pernah manggil lo pake sebutan Vin? Kita nyebut nama lo itu No. Lebih tepatnya Norakk"

"Udah, diem aja. Vian lagi ngga mood itu" lerai Kevin pada dua sahabatnya itu.

Vian melajukan mogenya hingga didepan gerbang yang sudah tertutup karena sebentar lagi bell akan berbunyi.

Pak Yoyo keluar dari posnya menghampiri Vian "Ada apa atuh den, kok mau keluar. Bentar lagi kan bel masuk"

"Iya, emang pak. Tapi saya diizinin pulang sama bu Atun (guru BK SMA Aruma). Nenek saya meninggal pak" alibi Vian dengan wajah memelas yang sebisa mungkin ia buat menyedihkan.

"Ya ampun, sabar ya den" semangat pak Yoyo pada cowok remaja itu. Vian mengangguk dan mengucapkan kata terimakasihnya.

Pak Yoyo mendorong lebar gerbang sekolah Aruma yang seharusnya tidak di buka lagi itu tanpa adanya surat izin dari guru BK. Namun melihat betapa menyedihkannya wajah Vian tadi membuatnya tanpa pikir panjang membukakan gerbang.

Vian memperlambat lajunya untuk ke luar gerbang karena melihat belum ada kode dari mobil Kevin.

Sesaat kemudian Vian melihat dari kaca spion bahwa Rendy mengacungkan jempolnya tinggi ke atas membuat dia tanpa membuang waktu memijak gas motornya.

Ketika Pak Yoyo ingin menutup kembali gerbang, mobil Kevin segera tancap keluar dengan kecepatan tinggi. Pak Yoyo membulatkan matanya.

"Astaga, itu den Alvian sama temen temannya. Bodoh banget aku" rutuknya pada dirinya sendiri "Kenapa baru inget kalau den Alvian udah 3 kali bilang neneknya meninggal.. Ya Allah" Pak Yoyo memukul mukul kepalanya.

Disisi lain, Vian terkekeh geli melihat wajah tak tega yang ditunjukkan pak Yoyo tadi padanya membuat dia bergidik ngeri.

Kevin, Rendy dan Vino bersorak gembira setelah berhasil melewati gerbang sekolah mereka.

"Yuhuuuu..." teriak mereka bersamaan.

"Kok tiap Vian yang izin selalu di kasih ya sama pak Yoyo?" heran Vino

"Gue juga heran, apa sih alasan dia?" tambah Rendy.

Kevin terkekeh mendengar celotehan dua sahabatnya itu. Memang setiap kali ingin cabut, mereka bergantian untuk izin pada si tua Pak Yoyo. Dan setiap giliran Vino dan Rendy selalu saja tak berhasil.

Beda halnya dengan Vian, cowok itu selalu berhasil tanpa mereka tahu alasan yang sahabat mereka itu berikan pada penjaga gerbang sekolah Aruma itu.

Sedangkan Kevin hanya pernah sekali saja yang berhasil, itupun dengan alasan yang tak masuk akal.

Mantan saya mau nikah pak.

Lah, masa iya sabodo? Pak Yoyo ngizinin dengan alasan baper karena pernah mengalami hal seperti itu.

Dasar.

Sesampainya di apartement Kevin, ke empatnya memasuki kamar Kevin yang tidak terlalu rapi tapi tak bisa di bilang berantakan juga.

"Lo kenapa tadi nonjok si Tom Jerry?" tanya Kevin sambil membuka baju putihnya menyisakan kaos biru di dalamnya.

"Sedikit masalah aja" ujar Vian tak ingin membahasnya.

"Kenapa Lo? Kok jadi ketutup amat gini? Lo ngga mau cerita sama kita?"

"Kalau gue bilang, gue ngga yakin lo pada ngga ngeledek gue" desis Vian malas, memutar bola matanya.

"Gue tempe nih" ucap Rendy setelah mengambil minum dan cemilan dari kulkas untuk mereka.

"Pasti Jerry godain binik lo kan?" terka Rendy menaik turunkan kedua alisnya.

"Kalau cuma godain, iya ngga masalah. Ini dia bilang 'Kalo aja gue punya banyak uang, gue bawa deh dia satu malem aja'" Vian berujar sambil mempraktekkan cara Jerry tadi mengucapkan hal tak pantas itu.

Setelahnya Vian bersikap pasrah, dia sendiri tau bahwa teman-temannya itu pasti tidak tinggal diam. Ketiganya akan meledek Vian karena alasan tersebut.

"Cemburu nih yee" tuh kan!

"Tauuu ah yang ngga mau biniknya di jelekkin"

"Yoiii.. Udah ada tanda tanda nih"

Vian kembali angkat suara setelah tadi sempat minum "Bukannya gitu, cuma gue ngga suka aja kalau cowok ngomong sehina itu" belanya sendiri.

Teman-teman Vian tertawa kecil "B aja" balas mereka bersamaan mampu membuat Vian kesal.

Drrrtt.

Vian membuka hpnya yang baru saja bergetar, dilihatnya nama Elsa muncul, mengirimkan chat Bm padanya.

Elsa : lo bolos ya?? Kemana?

Elsa : kok ngga ngajak ngajak?

Al_Gvn : lo belajar aja dulu!! Nanti gue jemput

Elsa : oke, SAYANG.

Tanpa Vian sadari, teman temannya berada di belakangnya membaca chattingan yang masuk dari Elsa.

"BYE SAYANG" cibir mereka bersamaan supaya Vian membalas kepada Elsa dengan panggilan sayang.

Vian melemparkan hpnya ke atas tempat tidur Kevin tanpa membalas pesan terkahir Elsa.